Jessica Quinn,
gadis berusia 24 asal Selandia Baru ini awalnya didiagnosa penyakit Osteosarcoma
atau sejenis penyakit kanker tulang ketika usianya masih 9 tahun. Untuk mencegah penyebaran kanker, sebelah kaki Jessica pun harus diamputasi.
Sejak kehilangan
kakinya, Jessica pun harus berjuang hidup dengan kondisi fisiknya yang cacat. Awalnya
dia benar-benar malu dengan kondisinya itu. Tapi seiring waktu, dia akhirnya bisa
menerima dirinya dan kembali bangkit berjuang menjadi seperti dirinya saat ini.
Dengan bantuan
kaki palsu, Jessica bahkan bisa melakukan berbagai aktivitas sebagaimana orang normal.
Dia punya tiga kaki palsu yang biasanya dipakai untuk olahraga lari, berjalan dan
berenang. “Masing-masing kaki punya kepribadian yang berbeda karena memungkinkanku
untuk menjadi pribadi yang berbeda,” ucapnya, seperti dilansir dari Daily Mail.
Setelah 8
tahun menyembunyikan cacat kakinya dari semua orang, Jessica akhirnya memberanikan
diri menunjukkan dirinya apa adanya dengan mengenakan celana pendek di atas lutut saat hari terakhir sekolahnya.
“Aku
satu-satunya gadis yang selalu memakai rok panjang, aku tidak pernah memakai apapun
di atas lutut. Aku melakukan semuanya untuk mencoba dan menyembunyikan kakiku,” ucap Jessica.
Jessica membebaskan
dirinya dari rasa minder selama bertahun-tahun itu dengan berani ‘mengalahkan rasa
minder’ itu sendiri. “Aku tahu aku tidak bisa melakukan ini selamanya. Jadi aku perlu berubah. Aku mengatakan kepada diri sendiri bahwa aku tidak lagi mau (perasaan
minder) itu mengendalikan hidupku atau terus melanjutkan hidup dan mencoba untuk percaya diri,” terangnya.
Jessica mengatakan
bahwa penyakit kanker yang dia derita sudah merenggut sebagian besar hidupnya. Dan
dia tak ingin membiarkan penyakit itu merusak masa depannya. Teman-teman sekolahnya
bahkan menjadi alasan besar dirinya untuk berani keluar dari rasa minder itu. ‘Teman-temanku benar-benar mendorongku untuk mengenakan celana pendek ke sekolah. Aku selalu punya teman-teman yang mendukung sejak awal.”
Jessica bahkan
tampil dengan percaya diri di sosial medianya. Dia tak malu-malu menunjukkan cacat
fisik yang dia miliki kepada semua orang. Hal inilah yang membuatnya memiliki sekitar
15 ribu pengikut di Instagram. Meskipun tampaknya dia menjalani gaya hidup yang
menyenangkan, namun perjalanannya tidaklah mudah. Dia masih ingat bagaimana spenyakit
kanker tulang yang dia derita membuatnya hampir mati. Saat itu berat badannya bahkan
menurun drastis hanya sekitar 18 kilogram saja. Dia lalu harus menjalani beberapa putaran kemoterapi yang melelahkan di usianya yang masih 9 tahun saat itu.
“Aku cukup
sering menjalani kemoterapi setelah didiagnosa penyakit ini. Aku menjalani kemoterapi
selama lima enam bulan dan harus mengamputasi kakiku. Itu adalah saat yang
sangat buruk. Aku menjalani operasi dan kemo, satu per satu. Aku ingat di
Hari Natal, aku adalah orang yang paling sakit saat itu. Meskipun kankerku sudah hilang, tapi aku merasa sangat lemah,” kenang Jessica.
Sudah hampir
15 tahun berlalu sejak dari masa-masa berat yang dijalaninya itu, kini Jessica
bahkan lebih berani tampil sebagai model foto untuk sebuah kampanye kepedulian terhadap penyandang disabilitas sepertinya.
“Aku mungkin
tidak sempurna tapi saya ingin mengangapnya wajar, tunjukkan pada orang-orang semua
yang kamu alami. Lakukan rencanamu dan jadikan hal itu menjadi sesuatu yang menakjubkan.
Kita semua pasti pernah merasa tidak aman, tapi kamu haru meyakinkan dirimu sendiri,” jelasnya.
Melalui perjuangan
berat yang pernah dia lewati, Jessica mengaku mendapatkan banyak pelajaran hidup.
Terutama bahwa dirinya sekarang bisa menghargai hidupnya. Diapun berpesan
kepada semua orang supaya apapun masalah yang saat ini sedang terjadi, biarlah kita
tetap berpikir positif dan berjuang untuk melewatinya.
“Aku 100
persen mencintai diri saya sendiri. Aku bangga dengan hidupku karena aku berjuang
untuk memilikinya. Bagian yang terbaik adalah, kisah hidupku masih baru saja dimulai,”
tandasnya.