Tentunya kita
sudah dengar kabar soal memanasnya konflik antara Palestina dan Israel di
Yerusalem. Kondisi ini terjadi setelah pemerintah Israel memberlakukan penutupan
sejumlah pintu masuk menuju Masjid Al-Aqsa dan hanya membuka dua gerbang masuk
yang juga dijaga ketat oleh petugas kepolisian Israel lewat pemasangan alat deteksi logam. Hal ini membuat marah umat Muslim
Palestina lantaran mereka dinilai tak lagi bebas menunaikan ibadah di tempat
suci kepercayaan mereka itu. Akhirnya bentrokan di depan situs suci itu pun terjadi.
Sementara pihak
Israel malah bersikeras tidak akan mencabut detektor logam tersebut. Sebagaimana disampaikan Perdana
Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa dirinya masih akan mempertimbangkan alternatif
pengamanan yang lebih baik jika ternyata warga Palestina keberatan dengan pemasangan detektor logam di gerbang masuk situs itu. Namun dirinya meyakinkan agar keamanan di situs tersebut harus ditingkatkan menyusul serangan tak terduga yang menewaskan dua polisi Israel pada Jumat, 14 juli 2017 lalu.
Situasi Yerusalem
yang semakin menegang inilah yang mendorong pemimpin gereja-gereja di dunia menyampaikan keprihatinan dan doa-doa mereka.
“Hatiku dan doaku menyertai Anda dan gereja Anda
hari-hari ini, dan kepada semua orang beriman di Yerusalem dan Tanah Suci. Kami
meminta gereja-gereja di seluruh dunia untuk mendoakan Anda belakangan hari ini
dan demi perdamaian yang adil bagi Yerusalem. Kami yakin gereja-gereja di
seluruh dunia mengikuti Anda dengan penuh simpati dan dengan tekad yang besar,
bersama-sama, kami akan mengubah situasi ini,” ucap Dr Olav Fykse Tveit, sekretaris sjenderal Dewan Gereja Sedunia, dalam surat pastoralnya.
Tveit menambahkan
bahwa hingga saat ini mereka tetap setia memantau situasi di Yerusalem. Tindakan
kekerasan yang bahkan terjadi di sana merupakan konflik yang muncul dari perdebatan panjang antara orang Yahudi dan Muslim.
“Sebagai persekutuan
gereja di seluruh dunia, kami mendesak tubuh gereja dunia dan semua orang yang memiliki
niat baik untuk bersatu dalam doa untuk solusi yang adil dan terwujudnya perdamaian di Yerusalem,” lanjutnya.
‘Kami
berdoa dan memohon kepada kedua belah pihak dalam situasi genting ini untuk
berdiskusi satu sama lain dan sampai pada solusi terbaik terkait masalah akses masuk
ke situs suci. Sehingga orang-orang beriman bisa beribadah dengan damai. Inilah satu-satunya jalan menuju koeksistensi dan kekerasan akan berhenti.”
Terlepas dari
serangan penembakan dua polisi Israel itu, orang-orang Palestina percaya bahwa pemasangan
detektor logam di gerbang yang dijaga ketat oleh polisi Israel itu melanggar status
quo. Banyak yang akhirnya menolak untuk melewati detektor logam tersebut dan warga
Palestina bahkan menggelar unjuk rasa di sana. Pasukan keamanan Israel bahkan menembak
mati tiga demonstran pada Jumat lalu.
Karena itu,
pemimpin gereja Yerusalem pun akhirnya angkat suara dan menyerukan supaya kondisi
yang ada di sana kembali pada status quo. Mereka juga mendesak supaya kedua negara
bertetangga itu berdamai dan menjamin kebebasan beribadah kepada semua agama.