Angka Perceraian Indonesia Tertinggi di Asia Pasifik, Masa Depan Anak-anak Indonesia Dipertaruhkan

Nasional / 24 July 2017

Kalangan Sendiri

Angka Perceraian Indonesia Tertinggi di Asia Pasifik, Masa Depan Anak-anak Indonesia Dipertaruhkan

Puji Astuti Official Writer
30721

Pada tahun 2017 ini, tema perayaan Hari Anak Nasional adalah "Perlindungan Anak Dimulai Dari Keluarga" dan dengan pesan utama adalah "Saya Anak Indonesia, Saya Gembira." Perayaan dipusatkan di Pekanbaru, Riau tepat pada tanggal 23 Juli 2017 lalu yang dihadiri oleh Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana.

Menurut berita yang dirilis oleh Liputan6.com, tema ini diangkat untuk meningkatkan,  "kesadaran keluaraga Indonesia dalam pengasuhan anak. Karena di dalam keluargalah awal pembentukan kematangan indivi dan struktur kepribadian anak."

Meningkatnya Perceraian di Indonesia 

Tentu saja, keluarga adalah bagian terpenting dalam tumbuh kembang seorang anak. Tetapi, keluarga yang adalah komunitas terkecil dalam masyarakat ini juga rentan bagi anak, terlebih jika muncul konflik diantara orangtua. Fakta yang memprihatinkan adalah tingkat perceraian di Indonesia merupakan yang tertinggi di negara-negara Asia Pasifik. 

Sejak tahun 2009 hingga 2016, kenaikan angka perceraian meningkat 16-20 persen. Pada 2015 lalu, setiap satu jam terjadi 40 sidang perceraian atau ada  sekitar 340.000 lebih gugatan cerai. 

Akibatnya apa? Anak-anaklah yang menjadi korban, mereka terluka secara batin, merasa tidak aman dan seringkali tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang cukup dari orangtuanya. Tuhan tidak pernah menghendaki perceraian, dalam Alkitab pun dituliskan bahwa Tuhan membenci perceraian. Karena pada akhirnya yang paling menderita adalah anak-anak. Selain itu dalam sebuah survei di Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar, 30 persen anak pelaku kejahatan di penjara itu latar belakang keluarganya broken home. 

Meningkatnya Kriminalitas oleh Anak

Tahukah kamu bahwa tingkat kriminalitas yang dilakukan oleh anak meningkat dalam lima tahun terakhir? Tidak percaya? Berdasarkan data yang dirilis oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada tahun 2014 kasus kekerasan yang dilakukan oleh anak ada 67 kasus, tetapi pada tahun 2015 menjadi 79 kasus. Itu tidak termasuk kasus tawuran. Untuk kasus pelaku tawuran sendiri, di tahun 2014 ada 46 kasus, sedangkan di 2015 menjadi 103 kasus. Kasus-kasusnya juga cukup mengerikan, mulai dari kriminalitas perampokan, bullying, penganiayaan, hingga pembunuhan sadis. 

Bagaimana dengan umurnya? Ternyata pelaku kekerasaan anak tersebut ada yang masih sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA).

Apa yang menjadi penyebabnya?

“Anak sebagai pelaku krimininalitas lebih banyak dipengaruhi faktor lingkungan yang tidak bersahabat, pengaruh media atau perlakuan teman sekelilingnya,” demikian penjelasan Susanto anggota KPAI.

Anak adalah pribadi yang cepat belajar dan meniru, karenanya jika ia akrab dengan media, games dan pertemanan yang akrab dengan kekerasan, mereka akan terpengaruh. Terlebih orangtua dan orang-orang dewasa disekitarnya tidak mendampingi atau memberikan perhatian kepada mereka. 

Sungguh memprihatinkan bukan? Untuk itulah menjaga keluarga agar tetap utuh dan kuat sangatlah penting, bukan hanya bagi masa depan anak-anak tapi juga masa depan bangsa. Sebab anak-anak itulah yang akan menjadi generasi penerus bangsa Indonesia ini.Tentunya hal ini harus menjadi perhatian gereja, yaitu untuk bisa membantu jemaat membangun keluarga yang kuat seperti yang sudah Allah rancangkan. 

Dalam keluarga anak mendapatkan kasih sayang; disana juga mereka diperkenalkan dengan Tuhan, Allah pencipta mereka; dalam keluarga pula anak mendapat pendidikan dan dibangun nilai-nilai kehidupannya sehingga membentuk moralitas dan budi pekertinya. Keluarga mempersiapkan anak untuk menghadapi dunia nyata. Namun sudahkah keluarga-keluarga di Indonesia berfungsi maksimal dalam hal ini?

Sumber : Berbagai Sumber | Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami