Saat Gubernur
DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), pemimpin Kristen yang dikenal jujur
dan tegas, itu dijatuhi hukuman 2 tahun penjara oleh Hakim Pengadilan Negeri Jakarta
pada Selasa, 9 Mei 2017 kemarin, air mata berurai di wajah setiap pendukungnya.
Jika kita saja yang hanya sebagai pengagum atau pendukungnya bisa melinangkan air
mata dengan hati yang dibalut rasa pedih, apalagi seorang Veronika Tan, istri sang
gubernur yang setia mendampingi Ahok sepanjang perjalanan karirnya memimpin Jakarta.
Kalau kita bertanya 'Kenapa Ahok tetap bisa terlihat kuat, tabah dan tegar meski dijatuhi hukuman 2
tahun penjara? Ada apa dengan dia? Apakah dia sudah mati rasa? Sekuat itukah seorang
Ahok? Ahok tetaplah manusia biasa yang juga punya kelemahan diri. Dia juga tetap
bisa menangis, apalagi menangis pilu atas kasus yang menimpanya. Tapi sebagai seorang pemimpin, dia berusaha bersikap kuat dan tabah.
Kekuatan yang
dimiliki seorang Ahok ini tak terlepas dari orang-orang terdekat dalam
hidupnya, mulai dari Veronika Tan, ketiga anaknya (Nicholas, Nathania dan Daud) serta imannya kepada Tuhan.
Apa peran masing-masing dalam membentuk karakter seorang Ahok? Dimulai dari Veronika Tan. Saat kita sedih dan tak terima dengan hukuman yang diterima Ahok, apakah kita pernah bertanya bagaimana perasaan seorang Veronika? Sebagai istri dari seorang pejabat negara dan politikus, Veronika menjalani peran yang cukup rumit dalam menjaga keseimbangan kehidupan dalam keluarganya. Saat Ahok harus diterpa beragam berita negatif yang sengaja ditebarkan oleh musuh-musuh politiknya, sebagai istri dia tetap turut merasakan beban itu. Dia juga harus ikut menanggung apa yang mesti ditanggung Ahok. Sebagai seorang ibu, Veronika juga harus mampu memberikan pengertian kepada ketiga buah hatinya soal kondisi yang sedang dihadapi sang ayah. Mudah? Tidak sama sekali! Sosok Ahok yang kita lihat tegar, tenang, jujur dan teguh pada prinsip hidupnya adalah hasil dari pendampingan ideal seorang istri bernama Veronika Tan. Demikian pepatah berkata ‘Dibalik seorang pria yang sukses, selalu ada wanita hebat’.
(Baca Juga :
Sementara kehadiran
ketiga buah hatinya juga turut membentuk Ahok menjadi seorang ayah dan
sekaligus pemimpin yang tegas. Hal ini disampaikannya dalam suatu kesempatan ketika
dirinya membawa seluruh keluarga ke posko pemenangan di Rumah Lembang. “Saya adalah
orang yang percaya kekuatan dibangun dari keluarga. Dalam bekerja, kita mau tidak
mau libatkan keluarga. Itu juga yang saya ucapkan pada anak-istri dalam setiap keputusan,” ucap Ahok.
Pernyataan ini
jelas sekali menggambarkan bagaimana Ahok juga ditempah menjadi pemimpin yang jujur
dan mau bekerja sama melalui anak dan istrinya. Dengan itu, seluruh keluarga memahami
betul bahwa apa yang dikerjakan oleh sang ayah bukan semata-mata hanya untuk kepentingan
dirinya, tetapi sebagai sebuah keluarga mereka saling mendukung dan berjuang untuk kepentingan orang banyak.
Di atas dari kekuatan yang dia dapatkan dari istri dan anak-anaknya, Ahok juga dikenal sangat taat dalam keyakinannya. Dia adalah pemimpin Kristen keturunan China pertama yang memimpin ibu kota. Karena latar belakang itulah dirinya ditolak dan difitnah oleh sejumlah kaum mayoritas di tanah air. Meski banyak mendapat perlawanan, Ahok tak sedikit pun mundur dari visi yang diberikan Tuhan atasnya. Bahkan di suatu kesempatan yang lalu, dia terang-terangan menyampaikan keteguhan imannya untuk berani mati. “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan,” katanya seperti dikutip dari ucapan Rasul Paulus dalam Filipi 1: 21. Ahok menyadari betul bahwa kekuatannya hanya berasal dari Tuhan saja. Karena itu, dia tidak pernah gentar menghadapi lawan-lawan politiknya dan orang-orang yang menolaknya.
(Baca Juga :
Sebagai manusia
biasa, Ahok tetap saja punya kekurangan sama seperti kita. Ucapan-ucapannya yang
lantang dan tegas tapi mengandung kebenaran dan kejujuran justru membawanya masuk
ke dalam situasi yang tak pernah terbayangkan, dijerat sebagai pelaku penista agama.
Kesilapannya mengucapkan ayat kitab suci agama tertentu memang adalah titik
kelemahan yang membuatnya harus terhenti menunaikan mandate kenegaraan sebagai
Gubernur DKI Jakarta. Tapi semoga dengan kasus yang menjeratnya saat ini, Tuhan
menambah-nambahkannya kekuatan baru dan membentuknya menjadi pemimpin yang lebih
baik.
Ahok adalah
figur seorang suami, ayah, pemimpin dan hamba yang taat dan patut diteladani. Semoga
setiap ayah dan suami bisa mencontoh kepemimpinannya dalam kehidupan rumah tangga
masing-masing.