Pria asal
Mataram Sabar Nababan menimbulkan kehebohan setelah memposting sejumlah status di
akun Facebook-nya yang mengatakan bahwa dirinya adalah Tuhan. Dia juga memposting agama baru yang sedang dibangun bernama Agama Angkasa Nauli (AAN).
Tapi
berdasarkan pemeriksaan belakangan ini, Sabar Nababan diketahui sedang menderita
sakit skizofrenia (schizophrenia). Penyakit inilah yang diduga keras melatarbelakangi perubahan perilaku yang dialami Sabar.
Berdasarkan pengamatan yang ditemukan dalam akun pribadinya itu, Sabar Nababan diketahui telah menyampaikan dogma buatannya sendiri kepada pendeta gereja HKBP. Namun karena dirinya diduga menyebarkan dogma-dogma baru yang tidak sesuai dengan ajaran kitab suci Kristen, termasuk soal ajaran Tritunggal, dia akhirnya ditolak oleh pihak gereja.
Kondisi penyakit yang diderita Sabar Nababan diklaim benar adanya oleh Kapolres Mataram, AKBP Muhammad setelah pria ini diperiksa di Rumah Sakit Jiwa Nusa Tenggara Barat. “Kita mendapatkan surat dari Rumah Sakit Jiwa Provinsi NTB, yang isinya bahwa yang bersangkutan mengidap skizofrenia sejak 2015,” ucap AKBP Muhammad.
Skizofrenia
adalah gangguan mental kronis yang menyebabkan penderitanya mengalami delusi,
halusinasi, pikiran kacau, dan perubahan perilaku. Kondisi ini biasanya berlangsung
lama karena adanya gangguan mental dimana penderita merasa sulit membedakan antara kenyataan dengan pikiran sendiri.
Seorang dokter
ahli kejiwaan dr Andri, SpKJ, FPAM dari Rumah Sakit Omni Alam Sutra mengatakan bahwa
penderita skizofrenia biasanya akan mengalami sensasi berupa pendengaran berupa
bisikan, penglihatan, penciuman yang sebenarnya tidak nyata. “Pada banyak kasus
skizofrenia, yang paling sering dialami adalah gangguan halusinasi yang bersifat pendengaran,” ucap dr Andri.
Halusinasi dan
delusi membuat penderita tidak sadar dan bahkan merasa tidak mengalami gangguan
apapun, bahkan orang-orang di sekitarnya seringkali sulit meyakinkan penderita untuk berobat atau menyadari apa yang sedang dialaminya.
“Pasien merasa
halusinasi itu memang benar ada dan tidak bisa dipatahkan oleh orang di sekitarnya.
Pasien juga kesulitan dalam mengendalikan halusinasi tersebut sehingga menimbulkan gangguan fungsional pada pasien,” lanjutnya.
Munculnya halusinasi
dan delusi pada penderita skizofrenia sejatinya terjadi oleh peningkatan zat
kimiawi dalam otak yang bernama dopamin. Karena itu secara medis penyakit ini dianggap
masih bisa disembuhkan. “Karena ada hubungannya dengan peningkatan zat kimiawi
otak yaitu dopamine, maka pengobatannya bertujuan untuk menyeimbangkan dopamine kembali,” ucap dr Andri.
Saat ini Sabar
Nababan yang juga merupakan dosen di Universitas Mataram ini memang tidak diproses
secara hukum. Namun, pihak kepolisian akan terus memantau aktivitas pria ini dengan agama baru yang dibangunnya itu.
Pentingnya Diagnosa
Kalau kamu
atau orang terdekat kamu merasa mengalami gejala-gejala seperti dijelaskan di
atas, akan lebih baik menjalani pemeriksaan medis untuk mencegah kondisi yang lebih parah.
Karena
skizofrenia merupakan salah satu jenis gangguan mental, maka pemeriksaan harus
dilakukan oleh dokter spesialis kejiwaan atau psikiater. Penyakit skizofrenia akan terdeteksi pada diri pasien jika:
- Mengalami halusinasi, delusi, bicara meracau, dan terlihat datar secara emosi.
- Mengalami
penurunan secara signifikan dalam melakukan tugas sehari-hari, termasuk penurunan dalam produktivitas kerja dan prestasi di sekolah.
Pengobatan
Untuk
proses pengobatannya sendiri, dokter biasanya akan mengombinasikan terapi
perilaku kognitif (CBT) dengan obat-obatan antipsikotik. Untuk memperbesar
peluang sembuh, pengobatan juga harus ditunjang oleh dukungan dan perhatian dari orang-orang terdekat.
Meskipun sudah sembuh, penderita skizofrenia tetap harus dimonitor. Biasanya dokter akan terus meresepkan obat-obatan untuk mencegah gejala kambuh.
Sumber : Berbagai Sumber/jawaban.com