Menurut
Virly, laki-laki adalah sampah. Untuk itu dia sempat memiliki hobi, yakni
menyakiti laki-laki. Miris memang ketika seseorang memiliki hobi menyakiti
orang lain. Sosok ayah yang direkam dalam ingatannya menjadi awal mula ia
membenci lelaki. Pertengkaran kedua orangtuanya seringkali dilakukan di
depannya. Tidak segan-segan, ayahnya bahkan menggunakan kekerasan terhadap
ibunya. Hingga akhirnya Virly benar-benar merasa kehilangan ayahnya setelah perceraian kedua orangtuanya.
Dia memilih
untuk tinggal bersama ibunya, karena menjadi orangtua tunggal, ibunya sering
bepergian meninggalkan Virly di rumah untuk bekerja. Tidak mau sendirian, dia
memutuskan untuk tinggal bersama keluarga pamannya. Kepindahan inilah yang
kemudian membuatnya semakin membenci lelaki. Awalnya semua baik, setelah
beberapa bulan Virly mulai curiga dengan pamannya yang sering memandangnya dengan tatapan tidak wajar.
“Pernah satu
waktu paman melecehkan saya, saat saya pura-pura sedang tertidur.” Virly tidak
menyangka pamannya tega melakukan hal tersebut. Dia hanya bisa diam, takut, dan
sengaja tidak menyadarkan diri. “Saat dia pergi, saya hanya bisa merenung dan
menangis, kenapa ini bisa terjadi?” Saat malam datang Virly selalu ketakutan
karena pamannya selalu datang ke kamarnya dan melecehkannya. Peristiwa ini yang
kemudian membuat dirinya merasa kotor dan merasa sia-sia menjaga dirinya, tetapi semua kesedihannya hanya bisa dipendam sendiri.
Tidak
tahan, akhirnya Virly memberanikan diri untuk keluar dan merantau ke Jakarta.
Awalnya dia bebas dan senang bisa mengontrak satu kamar sendiri, tanpa bertemu
dengan pamannya. Tetapi bayang-bayang pelecehan itu sering muncul dalam benaknya.
“Saya mengingat masa lalu, yang menimbulkan sakit hati saya kepada laki-laki dan saya bertekad ingin menyakiti laki-laki.”
Pernah ada
seorang laki-laki yang menyatakan rasa sukanya kepada Virly, dan dia
menerimanya. Hanya sehari berpacaran, keesokannya dia langsung memutuskan tanpa
sebab. “Saat saya melihat dia memohon-mohon, perasaan saya sangat puas dan
bahagia. Karena sudah berhasil menyakiti satu pria dan saya lebih percaya diri
lagi untuk membuat pria lain berlutut di kaki saya.” Hal ini terus berlanjut bahkan ia juga tidak segan merebut pacar orang lain untuk memuaskan hobinya.
Hingga dia
bertemu dengan seorang pria bernama Bobby, kesan pertama yang didapat Virly
bahwa Bobby adalah tipikal pria bawel. Masih melakukan hal yang sama, ia
mengerjai Bobby dengan sengaja membuatnya menunggu lama, mengacuhkan, dan
membuat Bobby harus mencuci semua pakaian Virly. Kemudian dia merasa bahwa pria
ini berbeda dengan pria lainnya. “Saya sempat merenung, kenapa cowok ini engga kapok saya kerjain? Ada muncul tanda tanya besar.”
Kemudian
Virly memberanikan diri bertanya kepada Bobby, apa yang membuat dia mau
bertahan dengan sikap buruknya? Bobby pun menjawab karena ia mengasihi Virly
sama seperti yang dilakukan Isa Almasih, oleh sebab itu ia bisa bersabar.
Jawaban ini membuat Virly merenung dan menyadari bahwa apa yang dilakukan itu
salah. “Saya selalu menyakiti orang-orang yang tidak bersalah. Saat saya minta ampun ke Tuhan, saya merasa ada sesuatu yang menjamah hati saya.”
Saat itu
Virly berkomitmen kepada Tuhan untuk mau mengampuni orang-orang yang sudah
menyakitinya dan mau meminta ampun kepada orang-orang yang telah disakitinya.
“Dari situ kehidupan saya berasa lega, berasa seperti habis di upgrade, hidup
tanpa beban, dan tanpa dendam. Rasanya sangat damai bersama Tuhan.”
Saat ini
Virly sudah hidup bahagia bersama lelaki yang dicintainya yakni Bobby dan
memiliki satu orang anak. Bobby juga merasa bahagia dengan keluarga kecilnya.
“Saya sangat bersyukur memiliki istri seperti Virly. Dia penuh kasih dan
perhatian.” Virly merasa apa yang dicarinya dan telah didapatkannya saat ini
adalah kasih. “Setelah saya mengenal dan menerima Isa Almasih dalam hidup, saya
merasa Dia adalah kasih yang sejati. Dia menerima dan mengasihi saya, bahkan
Dia mengampuni dan memulihkan kehidupan saya.”