Penulis kenamaan
C.S Lewis pernah mengatakan kalau, “Menyesal
itu adalah hal yang tidak mengenakkan. Ini adalah sesuatu yang jauh lebih sulit
dari sekadar makan pie dengan rendah hati. Itu artinya belajar meninggalkan
semua keangkuhan diri dan kehendak pribadi yang sudah melatih kita selama ribuan tahun.”
Di Alkitab kita
bisa menemukan orang-orang yang meminta maaf, tapi mereka tetap tidak bertobat.
Misalnya, kekerasan hati Firaun untuk mengakui dosanya. Dalam Keluaran 9: 27 kita
juga bisa membaca bahwa “Firaun menyuruh memanggil
Musa dan Harun serta berkata kepada mereka: "Aku telah berdosa sekali ini, TUHAN itu yang benar, tetapi aku dan rakyatkulah yang bersalah.”
Tapi
setelah itu Firaun kembali mengulangi kesalahannya dengan sengaja. Hal ini sama
dengan ketidaktulusan Raja Saul mengakui dosanya kepada Nabi Samuel. Dalam 1 Samuel
15: 24 dituliskan, “Aku telah berdosa,
sebab telah kulangkahi titah TUHAN dan perkataanmu; tetapi aku takut kepada
rakyat, karena itu aku mengabulkan permintaan mereka.” Tapi pengakuan itu tidak menghentikannya dari tindakan yang salah.
Dalam Matius
19: 16-22 dikisahkan tentang seorang pemuda kaya raya yang datang kepada Yesus dan
bertanya bagaimana dia bisa memperoleh hidup yang kekal. Ketika Yesus menjawab hal
itu, pemuda itu malah merasa sedih dan pergi tanpa ada rasa penyesalan. Dia tak mau bertobat!
Orang-orang
di atas adalah pribadi yang seperti kata Rasul Paulus adalah mereka yang mengalami
‘dukacita duniawi yang tidak berakhir dengan pertobatan, dan akibatnya mereka tetap mengalami kematian secara rohani’ (2 Korintus 7: 10).
Penyesalan
dan pertobatan adalah dua hal yang berbeda. Seseorang menyesal ketika dosanya berakibat
buruk atas hidupnya. Mereka menyesal ketika mereka mulai menuai apa yang mereka tabur. Tapi penyesalan tidak semata-mata membuat mereka bertobat.
Kalau kamu juga
benar-benar menyesal dengan cara yang benar, maka kamu tidak hanya akan menyesali
semua yang kamu lakukan, tetapi hal itu akan mengubah perilakumu.
Hal ini
harus jadi pelajaran penting supaya kita jangan hanya paham atau tahu soal
kebenaran, tapi tidak melakukannya dalam kehidupan. Jangan hanya duduk pasif dan
mendengar tanpa mau menerapkannya dalam kehidupan kita.