Pendeta keturunan
Tionghoa Kiki Tjahjadi (54) akhirnya lega setelah ikut memberikan hak suaranya dalam
pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2017 kemarin di TPS tempatnya tinggal di Jalan
Petamburan III, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Meskipun TPS tempat pencoblosan itu
merupakan markas kelompok Front Pembela Islam (FPI), namun dia mengaku tidak mendapat gangguan saat memberikan hak suara.
TPS yang hanya
berjarak puluhan meter dari Markas DPP FPI itu tak sedikit pun membuat pendeta Kiki
gentar. Karena selain dirinya, banyak warga Tionghoa di daerahnya yang juga turut serta dalam pencoblosan kemarin.
Dalam penuturannya,
bapak yang satu ini mengatakan sengaja ikut mencoblos karena ingin menjadi warga
negara yang baik. “Kita harus memberikan hak suara kita. Jadi itu kan sebagai kewajiban kita untuk memberikan hak suara,” ucap pendeta Kiki, seperti dilansir Jawapos.com, Rabu (15/2).
Bersama enam
anggota keluarga lainnya, Kiki mencoblos di TPS 17 pada pukul 11.00 WIB, satu
jam setelah pimpinan FPI, Habib Rizieq Shihab memberikan hak suara. Saat pencoblosan,
dia menuturkan kalau ada satu keluarga yang datanya terselip sehingga nggak bisa
nyoblos. Tapi mereka tak khawatir karena dia tetap bisa mencoblos asal ada KTP dan
Kartu Keluarga (KK). “Sesuai peraturan megatakan boleh nanti membawa KK dan KTP kan, tapi setelah jam 12.00 WIB,” ucapnya.
Pendeta Kiki
berharap, siapapun yang menang nantinya bisa memimpin DKI Jakarta menjadi lebih
baik. “Harapan kita sebagai warga Jakarta siapapun yang terpilih kita ingin Jakarta bisa lebih baik lagi,” tandasnya.
Seperti
kita ketahui bersama, hasil suara pilkada di markas FPI bahkan membuat banyak orang
keheranan. Pasalnya, paslon yang unggul dalam pemugutan suara ini malah calon nomor
dua, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang justru adalah calon yang ditolak keras oleh
kelompok FPI.
Dari pantauan
di kertas hasil suara, Ahok-Djarot unggul dengan 278 suara mengalahkan Anis-Sandi
sekitar 212 suara dan terendah adalah pasangan Agus-Sylvi dengan 38 suara saja.