Pernah nggak
kamu berpikir tentang kasih terbesar apa yang sudah Tuhan lakukan untuk kita? Apakah
tindakan-Nya itu juga diperintahkan untuk kita lakukan juga? Yesus memberikan
kita amanat untuk mengasihi musuh kita. Apakah menjadi dosa bagi Tuhan jika Dia mengasihi musuh-Nya, termasuk iblis? Atau apakah Dia justru mengasihi mereka?
Mari menjawab pertanyaan-pertanyaan itu satu per satu.
Yang
pertama, apakah yang Tuhan perintahkan untuk kita lakukan namun jika Dia yang
melakukannya akan menjadi dosa bagi dirinya sendiri? Banyak hal yang Tuhan perintahkan
untuk kita lakukan. Salah satunya terpenting adalah bahwa Dia memerintahkan kita
untuk mengakui dosa kita sendiri (baca Yakobus 5: 16). Kita diminta untuk
saling mengakui dosa dan saling mendoakan. Tapi, dalam hal ini Tuhan sendiri tak
perlu mengakui dosa-dosanya karena Dia tidak pernah berbuat dosa dan kemunafikan apapun.
Kedua, setiap
anggota tubuh Kristus tak boleh mengatakan ‘Aku tidak membutuhkanmu’ (1 Korintus 12: 21). Ini adalah perintah yang perlu kita sadari dengan jelas
karena sebagai manusia, kita tetap akan tergantung dan membutuhkan orang lain. Tapi hal ini tidak berlaku bagi Tuhan sendiri,
karena Dia adalah sumber dari segala sesuatu dan tak memerlukan kita (yang adalah ciptaan-Nya) untuk tetap menjadi Tuhan itu sendiri.
Dalam Kisah
Para Rasul 17: 25, Yesus mengatakan ‘…dan
juga (Tuhan) tidak dilayani oleh tangan manusia, seolah-olah Ia kekurangan
apa-apa, karena Dialah yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu
kepada semua orang.” Bagi Tuhan sendiri, Dia tidak bergantung pada manusia karena
Dia adalah pribadi yang sempurna. Dia juga tidak bergantung pada pemahaman-Nya sendiri
karena Dia adalah sumber pengetahuan itu sendiri (baca Amsal 3: 5; Yesaya 40: 28).
Kita diperintahkan
untuk menyembah Pencipta kita karena kita adalah mahluk ciptaan-Nya. Sementara Dia tak perlu melakukannya karena Allah sendiri tidak diciptakan.
Dalam Roma 12: 19 dikatakan, “Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.”
Ada banyak hal
dalam Alkitab yang diperintahkan untuk kita lakukan dan yang salah satunya adalah
mengasihi musuh kita. Tapi pertanyaannya ‘apakah Tuhan juga mengasihi musuh-Nya
termasuk si iblis?’ Kalau Tuhan memerintahkan kita untuk mengasihi musuh kita,
yang notabenenya adalah manusia juga, bagaimana dengan Tuhan kepada si iblis? Tidak
ada bukti dalam Alkitab bahwa Allah mengasihi Iblis atau setan. Tak ada bukti Alkitab
yang memerintahkan kita untuk mengasihi si iblis. Karena Tuhan melampaui semua
penebusan, karena itu si iblis sudah diserahkan kepada pemberontakannya sendiri.
Lalu
bagaimana tindakan Tuhan terhadap musuh kita yang juga adalah manusia sendiri? Dalam
hal ini, Tuhan tetap mengasihi mereka, tapi tidak di segala hal. Bahkan, Yesus mengatakan
kepada kita supaya kita bisa jadi model kasih bagi orang lain. “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah
kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah,
sebab ada tertulis: Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan
berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu
menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang
yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan
orang yang tidak benar.” (Matius 5: 44-45). Lewat ayat ini, Yesus menyampaikan
bahwa Dia tetap mengasihi musuh-musuhnya dan tetap akan menurunkan hujan bagi
orang yang benar dan yang tidak benar. Jadi, jika Tuhan pun memperlakukan musuh-Nya serupa seperti orang-orang benar, begitu pula kita kepada musuh-musuh kita.
Sekalipun
kita tidak tahu seberapa berat tantangan yang akan kita hadapi saat hendak menyampaikan
kasih kita kepada mereka, Tuhan meminta kita untuk berdoa bagi keselamatan mereka
dan bekerja untuk keselamatan mereka sampai akhir. Meskipun Dia tetap tidak selalu
memberikan keselamatan kepada orang-orang itu (baca Kisah Para Rasul 13: 48; Efesus 2: 5; 2 Timotius 2: 25-26).
Jadi, dari semua penjabaran di atas kita bisa menyimpulkan bahwa: Pertama, Tuhan dan anak-anak-Nya hidup di dalam kasih terhadap musuh, termasuk si iblis. Kedua, Tuhan dan anak-anak-Nya mengasihi musuhnya tapi tidak dengan cara yang sama, karena Tuhan adalah pribadi yang Maha Bijaksana dan berkuasa, sementara kita terbatas dan begitu terbatas dalam pemahaman dan kebijaksanaan kita.
Sumber : Desiringgod.org/jawaban.com