Setiap
tahun kita pasti selalu merayakan bulan ‘kasih sayang’ atau dikenal dengan Valentine.
Meskipun hari Valentine nggak berkaitan dengan Alkitab, tapi melalui perayaan kasih
sayang ini kita diingatkan, khususnya sebagai anak-anak Allah yang hidup di dalam kasih, supaya kita menghidupi kasih itu sendiri dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam Yohanes
15 ayat 17, Yesus berkata, “Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan
yang lain.” Dia menyampaikan hal ini kepada murid-murid-Nya hanya beberapa jam sebelum
kematiannya di kayu salib. Inilah perintah yang ditinggalkan-Nya juga buat kita.
Tapi benarkah
kita sudah melakukannya? Atau apakah kata-kata Yesus ini seakan jadi cambut dan
seakan jadi hukuman atas diri kita sendiri karena ketidaksabaran kita kepada
suami, kemarahan kepada anak, sensitif dengan sesama teman/orang percaya lainnya,
atau bahkan cenderung menghindar dari orang-orang yang membutuhkan kasih kita. Bagaimana
kita bisa menunjukkan kasih, seperti kasih Yesus, dalam segala keadaan, kepada semua orang yang ada di sekitar kita?
Yesus tidak memberikan perintah ini di luar dari apa yang kita bisa. Yesus menyampaikan kata-kata ini saat perjamuan Paskah terakhir dengan murid-murid-Nya, di malam sebelum penyaliban-Nya. Sesudah menunjukkan kasih-Nya yang sempurna kepada semua orang yang ditemuinya, Ia pun akan menunjukkan betapa besarnya kasih-Nya kepada dunia. Dia mengambil alih semua kegagalan kita untuk mengasihi dan membayar semua dosa-dosa kita di kayu salib. Sekarang, melalui iman di dalam Yesus, Allah tidak lagi melihat kegagalan kita, melainkan melihat melalui kasih Yesus yang sempurna. Sungguh hadiah yang luar biasa! Jadi, kita bisa mengasihi seperti Kristus perintahkan, karena kita sudah dikaruniai kasih yang besar dan indah di dalam hati kita.
Percakapan terakhir
Yesus bersama murid-murid-Nya ini meyakinkan mereka dan kita semua bahwa Tuhan
adalah sumber kekuatan kita untuk sanggup mengasihi, hidup dan bekerja di antara orang percaya.
Dalam
Yohanes 15, Yesus juga menyampaikan perumpamaan soal pokok anggur dan
ranting-rantingnya, yang menggambarkan tentang hubungan antara Yesus dan kita
sebagai orang percaya. Ranting yang terhubung dengan pokok anggur pada akhirnya
akan menghasilkan buah anggur. Kita sebagai ranting akan berbuah, bukan dengan kekuatan
kita sendiri, tetapi dengan kekuatan yang mengalir melalui Yesus sendiri. Inilah buah kasih itu!
“Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya.
Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yohanes 15: 5)
Ya, kita bisa mengasihi sebagaimana Kristus sudah lebih dulu mengasihi kita.
Bagi kamu
yang sedang berjuang untuk mau mengasihi orang-orang di sekitarmu, kamu bisa meminta
supaya Tuhan memampukanmu membagikan kasih-Nya. Ambil waktu sejenak dan mulai berdoa
mengikuti doa ini:
Tuhan Yesus, aku mengakui kegagalanku dalam hal mengasihi. Aku bersyukur dan memujiMu karena sudah membayar semua kegagalanku dan karena sudah mengasihi dengan sangat sempurna. Aku percaya akan janji-janjiMu bahwa Bapa Surgawi akan memberikan apapun yang aku minta dalam namaMu. Aku berdoa untuk kasih yang lebih besar, seperti kasih Kristus terjadi dalam setiap hubunganku. Bekerjalah melaluiku supaya aku menghasilkan lebih banyak buah, bagi kemuliaanMu. Dalam namaMu, aku percayakan doaku. Amin.
Sumber : Wels.net/jawaban.com