Mari
kita merenungkan respon hati dalam menyambut natal dari orang – orang Majus.
Dalam kitab Daniel (Daniel 1:20) menjadi salah satu referensi bahwa orang Majus adalah segolongan “orang bijaksana” atau ahli nujum, yang memiliki keahlian menafsirkan mimpi dan pesan-pesan dari “allah-allah.” Jadi orang Majus dalam
Matius 2:1-12 ini kemungkinan adalah ahli nujum agamawi non Yahudi yang menarik
kesimpulan dengan mengamati bintang, bahwa seorang Raja Agung Bangsa Yahudi
sudah lahir. Mereka berasal dari Timur (Matius 2:1). Pertama kali orang Majus melihat bintang ajaib penanda lahirnya Kristus adalah sekitar 2 tahun sebelum mereka sampai di Istana Herodes.
Ada
tiga respon orang – orang Majus yang dapat kita contoh berkaitan dengan respon hati dalam menyambut Natal :
1. Orang – orang Majus memiliki kerinduan untuk menyembah Raja yang menunjukkan diri kepada mereka.
Orang
– orang Majus bukanlah Bangsa Yahudi namun mereka mau mencari Raja yang mereka
percayai memiliki kuasa. Adanya petunjuk dari bintang yang menyatakan kelahiran sang
Raja. Tuhan Yesus lahir untuk semua bangsa dan agama. Ia mau mengenalkan
diri-Nya kepada semua orang bukan hanya orang Kristen. Tanda – tanda-Nya yang
nyata menjadi bukti bahwa Tuhan Yesus adalah Tuhan yang layak disembah. Orang –
orang Majus mengerti tanda tersebut sehingga mereka mau menyambut Tuhan Yesus.
Tentu mereka tidak menyangka bahwa mereka akan menyembah Bayi dalam kandang.
Namun, walaupun mereka orang–orang yang bijaksana dan terpandang mereka tetap
mau menyembah Bayi tersebut. Hal ini berarti orang–orang Majus benar–benar
percaya dan rindu menyambut sang Raja. Orang Majus mengajarkan kita untuk memiliki hati yang rindu menyembah dan percaya pada Tuhan Yesus.
2. Orang Majus menyambut Natal dengan kerelaan untuk berkorban.
Orang–orang Majus berjalan selama kurang lebih 2 tahun untuk bertemu dengan Raja
yang baru lahir. Bayangkan orang–orang yang bijaksana meninggalkan rumah,
keluarga, dan pekerjaan mereka untuk mengikuti arah bintang dengan membawa
emas, kemenyan, dan mur. Tentu hal ini tidaklah mudah, pada zaman itu mereka
menggunakan unta bukannya seperti sekarang. Mereka bisa saja sakit, mengalami
kecelakaan, atau dirampok. Namun mereka terus berjalan mencari
sang Raja berkorban waktu, tenaga, dan harta. Orang–orang Majus ini mengajarkan
kita untuk rela berkorban. Pada moment Natal gereja, sekolah, bahkan rumah kita
sendiri akan penuh dengan kesibukan. Apakah kita memiliki hati seperti orang–orang Majus yang mau berkorban. Mengorbankan waktu dan tenaga untuk latihan–latihan mempersiapkan ibadah Natal di gereja atau sekolah. Mengorbankan tenaga
untuk membersihkan rumah atau gereja. Apabila kita mulai mengeluh dengan
padatnya jadwal latihan digereja mungkin kita perlu mengingat kembali pengorbanaan orang – orang Majus dalam menyambut Natal.
3. Orang Majus menyambut Natal dengan kerelaan untuk memberi.
Orang–orang Majus tidak datang kepada Yesus untuk meminta
sesuatu melainkan untuk memberi sesuatu. Mereka memberikan emas, kemenyan, dan mur, barang–barang yang sangat mahal
dan berharga pada saat itu. Mereka tidak datang kepada
Yesus untuk mendapat sesuatu melainkan untuk kehilangan sesuatu. Melalui
kerelaan mereka untuk berkorban itu, mereka mendapatkan sesuatu yang tidak
dapat dinilai dengan harta, yaitu “sukacita penuh” dalam Tuhan (Matius 2:10).
Sukacita yang mengalahkan waktu, tenaga, dan harta yang telah dikeluarkan. Natal disambut orang Majus dengan hati yang mau
memberi bukan meminta.
Marilah kita belajar dari orang Majus untuk memiliki kerinduan menyembah Tuhan Yesus, kerelaan berkorban, dan kerelaan memberi. Mari kita berpikir : apa yang dapat saya berikan untuk Tuhan di bulan Natal ini? Apa yang dapat saya berikan untuk gereja di bulan Natal ini? Apa yang dapat saya berikan untuk sekolah di bulan Natal ini? Apa yang dapat saya berikan untuk orang lain di sekitar saya di bulan Natal ini? Apa yang dapat saya berikan bagi teman sekamar, seasrama, sekelas, sekerja, tetangga, keluarga di bulan Natal ini? Apa yang bisa saya berikan bagi mereka semua ? Waktu … Tenaga … Pikiran … Harta …?
Jika kita menyadari betapa pentingnya Alkitab dalam kehidupan kita, kita PASTI akan meluangkan waktu untuk membacanya, untuk mengamalkan firman-Nya. Dan tentu saja kita tidak akan lagi membacanya hanya sambil lalu!
Tulisan ini adalah kontribusi dari visitor Jawaban.com, Anda juga dapat berbagi dan menjadi berkat dengan berbagi kisah inspiratif, kesaksian, renungan, pendapat Anda tentang isu sosial atau berita yang terjadi di lingkungan dan gereja Anda dengan menguploadnya langsung melalui fitur Berani Bercerita di Jawaban.com, info lebih jelas KLIK DISINI.