This Is My Life...

Kata Alkitab / 9 November 2016

Kalangan Sendiri

This Is My Life...

Jeanny Contributor
8571

Aku menulis cerita ini bukan untuk menyombongkan diri maupun bermegah atas hidupku. Aku hanya ingin berbagi tentang pengalaman imanku yang kurasakan selama hidupku ini. Kuakui tidak mudah menjalaninya, tapi apa dayaku, selama Tuhan masih mengijinkanku bernapas di dunia ini, aku hanya bisa berserah untuk melakukannya sebaik mungkin. Aku sebagai manusia memiliki keterbatasan akal dan pikiran, tetapi aku memiliki Tuhan yang tidak terbatas.

Aku dilahirkan dalam keluarga Kristen sehingga selama hidupku sejak mulai sekolah hingga aku lulus kuliah, semua pendidikan yang kujalani berlatar belakang Kristen. Aku sudah mengenal Tuhan berkat keluargaku yang mengajakku untuk beribadah di Gereja Baptis Bandung, dan disanalah untuk pertama kalinya aku diajari untuk mengenal Tuhan. Aku menjalani kehidupan bergereja sebagai suatu rutinitas yang harus kujalani setiap minggunya sampai pada suatu hari, aku ingat saat itu aku masih menginjak usia sekolah kelas 2 SD, kakak perempuanku mengajakku untuk berdoa supaya aku menerima Tuhan sebagai Juru Selamat dalam hidupku. Kakakku mengajakku untuk percaya bahwa ketika aku mengundang Tuhan masuk ke dalam hatiku sebagai Juru Selamatku, aku tidak perlu khawatir mengenai masa depanku bahkan ketika aku dipanggil Tuhan suatu hari nanti. Akupun mengiyakan lalu kami berdoa bersama-sama atas kelahiran baruku. Aku bukan lagi manusia lama melainkan manusia baru di dalam Tuhan. Aku percaya saat itu, Tuhan telah menebus dosaku dan aku adalah ciptaan baru di dalam-Nya.

Kupikir setelah menerima Tuhan Yesus dalam hidupku sebagai Juru Selamat dalam hidupku, semuanya akan berjalan dengan baik, namun semakin aku mengenal-Nya, banyak tantangan yang kuhadapi dalam hidup ini. Kenyataan lain yang kudapat adalah manusia tidak kebal oleh dosa. Sekalipun aku sudah mengambil keputusan untuk lahir baru, bukan berarti aku kebal dari dosa. Kemungkinan untuk melakukan dosa tetaplah ada karena aku hanyalah seorang manusia yang memiliki kelemahan dan bukan Tuhan yang tidak terbatas. Aku menjalani kehidupan pendidikan tanpa tahu mau dibawa kemana arah kehidupanku. Aku bersekolah karena orang tuaku yang memintanya dan aku menikmati kehidupan pendidikan sampai dunia perkuliahan. Aku bersyukur orang tuaku tidak mengekangku untuk pengambilan keputusan dalam hidupku, semuanya dibebaskan pada anak-anaknya karena mereka tahu, setiap keputusan yang kami ambil akan ada konsekuensi yang menyertainya, tetapi sayangnya aku tidak mengerti akan hal itu. 

Keputusan penjurusan di masa SMA jatuh pada pilihan IPS karena nilai akademisku lebih baik dibandingkan dengan IPA sedangkan keputusan perkuliahan jatuh pada pilihan Akuntansi. Dalam hatiku, kuingin mengambil jurusan ilmu komunikasi di Universitas Padjajaran yang pada saat itu adalah universitas negeri terbaik di Bandung. Aku tidak mengambilnya karena orang tuaku tidak mengijinkannya dan mereka juga tidak memberikanku kursus untuk persiapan masuk universitas negeri. Pilihan jurusan Akuntansi akhirnya kuambil dengan pemikiran, aku tidak ingin membuang waktuku untuk dunia pendidikan dimana aku masih semangat menjalaninya, jurusan itu mungkin tidak akan sulit untuk kujalani karena aku memiliki dasar di bidangnya, dan aku juga mengikuti teman-temanku yang mayoritas mengambil jurusan itu. Aku juga berpikir, jika aku tidak bisa memasuki jurusan yang kuinginkan, aku ingin berkuliah dimana kampus tersebut memiliki nama baik yang cukup bagus untuk dunia kerja nanti. Universitas Kristen Maranatha Bandung menjadi kampus yang kupilih untuk menjalani dunia perkuliahan setelah lulus SMA. Kuakui, selama menjalani masa kuliah, aku tidak menyukai jurusan itu, tapi aku menyukai proses yang kujalani selama perkuliahan dan kedewasaanku semakin dibentuk disini. Dunia perkuliahan berbeda dengan dunia saat aku SMA dan semakin berbeda ketika sudah berada dalam dunia pekerjaan dimana ego setiap orang akan semakin terlihat.

Untuk kehidupan rohani, kakak perempuanku pernah berkata padaku, "Tidak wajib untuk datang ke gereja karena tubuh kita ini adalah Bait Allah. Cukup dengan saat teduh setiap hari." Perkataan inilah yang membuatku malas untuk datang beribadah ke gereja. Setiap hari aku mencoba untuk saat teduh tapi tetap saja aku merasa ada yang tidak beres dengan diriku dan sampai setahun, aku tidak datang beribadah di gereja. Saat itu aku benar-benar menyerah lalu kuputuskan untuk mencari gereja yang bisa membuatku merasa nyaman. Setelah berjemaat di Gereja Baptis Bandung, aku berpindah ke gereja lain seiring dengan perpindahanku ke sekolah yang baru. Aku pernah dipercayakan melayani disana namun aku merasa tidak sanggup karena jemaat sekaligus pengurus yang sedikit membuatku mundur dari gereja itu. Aku merasa tidak ada kehidupan ketika aku beribadah di sana. Beberapa gereja sempat kudatangi dan tidak ada satupun yang membuatku bergairah untuk kembali pada Tuhan.

Mungkin dunia perkuliahan yang kuambil adalah jalan Tuhan supaya aku kembali pada-Nya. Ketika menjalani awal perkuliahan, aku mengenal seorang teman dari jurusan lain yang mengajakku untuk datang ke Gereja Mawar Sharon. Kebetulan saat itu akan diadakan KKR A Trip to Hell oleh Ps. Philip Mantofa. Seorang hamba Tuhan yang pernah mengalami penglihatan perjalanan ke neraka. Seingatku saat itu, Gereja Mawar Sharon masih baru di kota Bandung dan Ps. Philip Mantofa sudah menjadi hamba Tuhan yang cukup ternama di Indonesia. Karena aku sudah lelah mencari gereja akhirnya aku mengiyakan ajakannya. Aku menghadiri KKR yang menjadi titik balik dalam hidupku. Sudah lama sekali tidak kurasakan hadirat Tuhan ketika datang beribadah. Setelah mengikuti KKR itu, aku tidak langsung datang beribadah di Gereja Mawar Sharon karena masih ada rasa malas yang masih tersisa di hatiku. Persekutuan yang diadakan oleh Gereja Mawar Sharon juga kuikuti namun tidak rutin. Rasa malas yang sudah membentukku selama setahun benar-benar sulit untuk menghilangkannya dari diriku.

Tahun 2009, pada saat Ps. Philip Mantofa datang kembali ke Kota Bandung untuk KKR "Secret of U", aku mengambil keputusan untuk dibaptis selam untuk pertama kalinya. Aku mulai rutin datang beribadah di Gereja Mawar Sharon Bandung, dimana waktu itu tempat ibadah masih terletak di BTC Fashion Mall lt. P1. Mengikut Yesus lebih sulit dari yang kukira dan ada harga yang harus dibayar untuk itu semua. Bukan sejumlah uang atau materi, tapi lebih ke waktu untuk berkomitmen semakin dekat dengan Tuhan. Memilih untuk kesenangan hati milik pribadi atau waktu yang lebih berkualitas dengan Tuhan, itu adalah pilihan juga. Hasilnya memang tidak akan terlihat secara instan karena di dalam Tuhan tidak ada yang instan, harus ada proses yang menyertainya. Tuhan tidak mau aku hanya kembali mendekat sekedar beribadah kepada-Nya. Berbagai peristiwa yang terjadi membuatku untuk selalu mengingat-Nya dan mengandalkan-Nya dalam kehidupanku terutama setelah memasuki dunia pekerjaan. Dunia pekerjaan lebih menekankan pada ego masing-masing orang dimana setiap orang memiliki kepentingannya sendiri. Persahabatan yang dulu sangat erat, hanya karena pekerjaan semuanya bisa hancur. Aku pernah mengalami pengalaman tidak mengenakkan hanya karena hal sepele yang mengakibatkan persabahatan itu menjadi rusak. Sakit hati itu pasti dan juga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa memaafkannya. Sekarang aku sudah memaafkan mereka yang telah menyakitiku karena Tuhan telah lebih dulu memaafkan dosaku di atas kayu salib. Disaat seperti itulah, aku memerlukan komunitas yang bisa membangun hidupku menjadi lebih baik.

Komsel demi komsel kuikuti di Gereja Mawar Sharon sampai akhirnya aku menemukan satu komsel, yang saat ini disebut dengan Connect Group. Aku bergabung di CG Pro 7 dengan seorang pemimpin di dalamnya. Awalnya aku hanya bergabung untuk mengisi waktuku yang kosong sepulang kerja. Setelah menjalaninya beberapa kali, aku merasa nyaman berada di sana karena aku tidak diperlakukan seperti orang lain, tetapi seperti keluarga dimana aku bisa saling mendukung satu dengan yang lainnya. Sudah 2 tahun aku bersama-sama dengan CG ini dan banyak hal yang kupelajari dari anggotanya. Aku belajar bagaimana cara orang-orang menghadapi hidup ini bersama dengan Tuhan melalui kesaksian dan sharing yang mereka ceritakan. Aku juga tidak mau hanya menjadi saksi yang hanya mendengarkan dari orang tetapi aku juga ingin mengalaminya sendiri. Aku belajar bagaimana menyerahkan seluruh kehidupanku ke dalam tangan Tuhan. Tidak mudah dan perlu iman di dalamnya, tapi aku tidak mau menyerah menjalani kehidupan ini karena Tuhan selalu besertaku. Ada saat-saat dimana aku merasa tidak sanggup menjalani apa yang kurasakan bahkan aku sempat berpikir untuk mengakhiri hidupku. Aku merasa tidak memiliki pilihan lagi dan aku merasa semua jalan tertutup bagiku. Di saat itu, aku ingat jika perbuatan itu akan membuat hati Tuhan menjadi sedih dan Tuhan sangat membenci perbuatan itu. Saat itu juga, hatiku dikuatkan kembali supaya aku bisa bersemangat menjalani hidup ini. Masih banyak orang lain mengalami hal yang lebih berat dariku dan mereka bisa tetap on fire dalam menjalani hidup ini.

Perjalanan CG selama 2 tahun:

    * Membentuk karakterku menjadi lebih baik dalam menjalani kehidupan ini. Selalu mengucap syukur atas semua hal yang terjadi dalam hidupku. Hal yang baik dan buruk tetap disyukuri karena itu semua akan membuatku menjadi pribadi yang lebih dewasa lagi di dalam Tuhan.

    * Lebih baik lagi dalam mengontrol emosi yang berlebihan karena segala sesuatu yang dilakukan dengan melibatkan emosi yang tidak terkontrol, tidak akan membuat itu menjadi lebih baik.

    * Mengingat Tuhan dalam setiap waktu yang terjadi. Di saat mengalami waktu yang sulit, ingatlah Tuhan tak akan pernah tinggalkan. Di masa yang senang, Tuhan akan selalu ada di sampingku, apalagi waktu yang sulit. IA rindu aku datang lebih dalam lagi di hadirat-Nya.

    * Minta bantuan pemimpin CG saat ada hal yang mungkin tidak bisa dibicarakan bersama-sama karena mungkin di saat itulah Tuhan tunjukkan jalan yang harus kujalani selanjutnya.

    * Pengenalan akan Tuhan yang lebih mendalam kudapat dari CG dan ibadah di Gereja Mawar Sharon Bandung. Gereja bukan perkara gedung tapi setiap orang yang ada di dalamnya. 

    Terima kasih untuk semua teman-teman yang telah hadir dalam hidupku. Aku percaya kalian semua hadir dalam hidupku bukan karena kebetulan tapi karena Tuhan inginkanku belajar dari kalian bagaimana menjalani hidup ini bersama dengan-Nya, selalu mengandalkan-Nya, dan mengucap syukur pada-Nya. Untuk kalian yang pernah menyakiti hatiku, mungkin kalian tidak sadar pernah melakukannya padaku, tapi aku sudah memaafkan kalian. Terima kasih untuk semua teman-teman di Gereja Mawar Sharon yang sudah banyak membantuku membentuk karakter yang semakin serupa dengan Kristus. Terima kasih juga untuk semua orang yang mengajariku bahwa menjadi berkat bagi orang lain adalah sebuah lifestyle. Tidak banyak kata-kata yang bisa kutulis disini tapi aku sungguh bersyukur atas hidupku yang telah Tuhan berikan padaku untuk kujalani. God bless for you all..

    Ini adalah ceritaku, bagaimana denganmu...??

    Ibrani 10:25

    "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang semakin mendekat."

    Tulisan ini adalah kontribusi dari visitor Jawaban.com, Anda juga dapat berbagi dan menjadi berkat dengan berbagi kisah inspiratif, kesaksian, renungan, pendapat Anda tentang isu sosial atau berita yang terjadi di lingkungan dan gereja Anda dengan menguploadnya langsung melalui fitur Berani Bercerita di Jawaban.com, info lebih jelas KLIK DISINI.

    Halaman :
    1

    Ikuti Kami