Menurut Pdt. Gilbert Lumoindong, pacaran
bertujuan untuk menikah, bukan untuk main-main, sekedar mengisi waktu luang,
mengusir rasa sepi, mengubah status single, dan sebagainya. Karena itu pacaran
sebaiknya dilakukan setelah orang lulus studi, bekerja dan hidup mapan serta
kondisi fisik, mental, rohani, emosional dan psikologis siap untuk menikah.
Sebaiknya selama masa remaja dan masa studi tidak pacaran dulu. Tapi
kenyataannya ketika orang mulai beranjak remaja, maka hormon seksual meningkat
sehingga orang mulai tertarik pada lawan jenis sehingga timbul keinginan untuk
pacaran yang kadang-kadang tidak bisa ditahan lagi. Karena itu ada yang berkata
bahwa kalau tidak bisa menguasai diri lebih baik kawin daripada semakin berbuat
dosa dengan melakukan perzinahan/percabulan atau merusak rumah tangga orang
lain. Tapi jika masih dalam masa remaja dan masih studi tentu masih jauh dari
persiapan menikah, kecuali masyarakat udik atau primitif yang tidak pernah
sekolah atau berpendidikan rendah. Karena itu bagi remaja yang sudah tidak
dapat menahan keinginan untuk tidak pacaran selama studi, maka harus memperhatikan etika pacaran, yaitu:
1. Pacaran harus di tempat yang terbuka. Pacaran di
tempat sembunyi justru akan merangsang orang untuk berbuat hal-hal yang tidak diinginkan, termasuk percabulan atau pemerkosaan.
2. Tidak boleh melakukan seks sebelum menikah. Ini
penting. Kalau sudah melakukan seks sebelum menikah lalu tiba-tiba hamil
sedangkan masih SMP/SMA, apakah sudah siap menikah? Kalau menikah lantas
isterinya mau dikasih makan apa? Lalu anaknya siapa yang akan mengurus? Itu
yang harus dipikirkan baik-baik saat masih pacaran agar jangan sampai kebablasan.
3. Harus bisa bagi waktu antara waktu studi dan
pacaran. Kalau masih pacaran, masa depan juga harus dipikirkan baik-baik.
Jangan sampai karena pacaran prestasi justru menurun. Kalau bisa lakukan pacaran yang intinya saling mendukung baik dalam prestasi maupun keluarga.
4. Pacaran harus di bawah pengawasan orang tua. Orang
tua harus tahu dengan siapa anaknya berpacaran dan sebaiknya kalau pacaran
orang tua juga ikut mendampingi agar tidak sampai melakukan hal-hal yang tidak diinginkan.
5. Tidak boleh pulang larut malam saat pacaran. Ini
bahaya! Remaja amat rentan berbuat cabul/memperkosa pacarnya saat sudah
mendekati tengah malam apalagi di tempat-tempat yang sepi/tempat-tempat maksiat.
6. Belajar saling menghargai dan menerima kekurangan
maupun kelebihan masing-masing. Ini juga penting. Kalau cuma mau menerima
kelebihan pacar saja, tentunya dia juga akan bertindak yang sama. Ini tidak akan membuat hubungan menjadi langgeng.
7. Belajar dewasa rohani. Belajar untuk bersikap
sabar, saling mengalah dan tidak mudah emosional dalam menghadapi masalah
apapun. Ingat, saat menikah kelak tentu masalah akan semakin bertambah banyak dibandingkan masa pacaran sekarang.
8. Untuk pria belajar untuk mencari nafkah. Suami akan
menjadi tulang punggung keluarga dan harus bisa mencukupi semua kebutuhan rumah
tangga. Karena itu pada saat masih pacaran harus mulai berpikir dan merencanakan pekerjaan apa yang akan diambil kelak.
9. Untuk wanita belajar untuk mengurus rumah tangga.
Saat sudah berumah tangga, isteri akan mengatur dan mengurus setiap keperluan
rumah tangga, meskipun ada pembantu. Jangan menyerahkan semua urusan rumah
tangga kepada pembantu tapi mulailah belajar mandiri saat mulai pacaran sebagai bekal berumah tangga kelak.
10. Belajar sikap kekeluargaan. Pacar harus bisa
menganggap keluarga anda seperti keluarganya sendiri dan mau menerima segala kondisi yang menimpa keluarga anda sekarang ini dan kelak.
11. Belajar untuk setia. Meskipun melihat orang lain
yang lebih cantik/tampan, lebih pandai, lebih kaya, lebih terkenal, dan
sebagainya; jangan berpaling kepada wanita/pria lain. Jangan suka ganti-ganti pacar kalau sudah cocok, nanti malah dianggap playboy/playgirl.
12. Belajar untuk meningkatkan sikap religius. Ini
paling penting. Dengan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan, maka akan semakin
mengurangi sikap-sikap yang tidak terpuji dan mendapatkan tuntunan untuk hidup
benar, termasuk berpacaran yang benar. Ajaklah pacar anda ke tempat ibadah secara berkala dan kalau perlu minta dibimbing oleh rohaniwan anda.
Sebetulnya
tidak perlu sampai terjadi patah hati, trauma yang berkepanjangan, ganti-ganti
pasangan jikalau tiap remaja mengerti etika berpacaran dengan baik dan benar
dan mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebelum memulai pacaran serta percaya
bahwa jodoh ada di tangan Tuhan. Manusia boleh berusaha, tapi Tuhan yang menentukan.
Karena itu bagi Anda yang masih remaja, apakah banyak
orang yang naksir atau suka menggoda Anda atau sudah ada yang benar-benar
serius ingin pacaran dengan Anda? Kalau ya, bagaimanakah tanggapan Anda? Apakah
Anda langsung pacaran dengan orang yang naksir Anda atau mengajak Anda pacaran
atau menolak dengan alasan ingin lebih konsentrasi studi dulu? Kalau Anda
memutuskan untuk pacaran di masa remaja Anda, sudahkah Anda mempersiapkan diri
dengan baik agar tidak sampai terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak diinginkan?
Kalau sudah silakan berpacaran dengan benar. Tapi kalau belum, lebih baik Anda
berkonsentrasi pada studi lebih dahulu demi masa depan yang cemerlang. Akan ada waktunya nanti Anda mendapatkan jodoh yang terbaik.
Tulisan ini adalah kontribusi dari visitor Jawaban.com, Anda juga dapat berbagi dan menjadi berkat dengan berbagi kisah inspiratif, kesaksian, renungan, pendapat Anda tentang isu sosial atau berita yang terjadi di lingkungan dan gereja Anda dengan menguploadnya langsung melalui fitur Berani Bercerita di Jawaban.com, info lebih jelas KLIK DISINI.