Aku tidak
bermaksud menjadi seseorang yang suka mengatakan hal-hal yang tragis, tetapi aku
berjanji ada akhir bahagia dalam cerita ini, begitu juga pelajaran yang sangat
berharga! Aku akan mencoba untuk mempersingkatnya karena aku tahu hampir setiap
orang tidak suka dengan hal-hal yang bertele-tele. Pada dasarnya, aku ingin berbagi cerita tentang masa-masa paling terpuruk dalam hidupku.
Pada tahun
2014, ibu ku didiagnosa kanker. Kedengarannya sesuatu yang sudah terlalu umum?
Itu adalah pengalaman pertama yang menegangkan bagiku. Aku pikir itu hanya sebuah
kesalahan dalam perjalanan hidup ibuku. Namun, dia mengubahnya menjadi sesuatu yang menginspirasi orang lain. Dia menjadi berkat bagi orang lain.
Saat itu
dia menderita kanker sarcoma uterus, penyakit yang sudah ditandai dengan
bendera merah bagi para ahli ankologi. Ini adalah kanker ganas dan aku mulai
menyadari bahwa dia tidak akan bisa melewatinya. Dan setelah berjuang selama satu tahun, ibu meninggal. Itu adalah realita yang paling sulit untuk aku terima.
Tidak ada
anak yang pasti siap untuk mengucapkan selamat tinggal kepada orang-orang yang
mereka kasihi. Tidak ada apapun yang bisa mengisi kekosongan ini. Bahkan saat
aku berpikir bahwa hidup itu benar-benar sulit dan semakin memburuk. Belum lagi
ketika ayah mulai berkencan denganw anita lain dalam waktu yang hanya kurang
dari sebulan (setelah kematian ibu). Adik perempuanku mengalami gangguan mental
dan harus menjalani pemeriksaan ke rumah sakit jiwa. Selain itu, pacarku bertindak
secara fisik. Saat itu, rasanya hidupku seolah berada di dalam lubang gelap,
dimana aku seakan tidak punya waktu untuk mendaratkan diri di atas permukaan
tanah. Kondisi ini berlangsung selama beberapa waktu sampai aku benar-benar
berkata kepada diriku sendiri. “Jangan menjalani hidup di bawah tekanan atau bergeraklah
dan buat perubahan.” Butuh beberapa dorongan tambahan tapi aku akhirnya
memutuskan untuk membuat perubahan drastis dan pergi jauh dari rumah, pindah ke California.
Aku menyadari bahwa aku tidak dihargai dalam
pekerjaan yang aku lakukan di sebuah perusahaan besar. Karena aku dianggap
tidak memberikan kontribusi apa-apa kepada masyarakat. Kemudian aku memutuskan
untuk menggunakan pengalaman pahit saat ibu masih ada untuk menciptakan sesuatu
yang akan memberikan para penderita kanker kesempatan untuk memiliki kenangan membahagiaan di akhir hidup mereka.
Dengan
cucuran air mata dan penderitaan yang begitu besar, aku membuat sebuah program perencanaan
untuk membantu orang-orang yang sedang berjuang melawan kanker ini. Program itu
aku namakan CanPlan dan sejak program itu berjalan, ribuan pejuang kanker di
seluruh dunia tertolong. Program ini bukan hanya sekadar perencanaan, tetapi sebuah peta
menuju pemulihan.
Pesan dari
kisah ini adalah bahwa seringnya kita akan menemukan inspirasi terbesar saat
dalam kondisi tergelap dalam hidup. Hanya ketika kita merasa ingin menyerah,
berpeganganlah sedikit lebih lama. Anda tidak akan pernah tahu apa yang akan
memicu kobaran api di dalam dirimu.