Sekelompok massa
berkumpul dan menggelar demo penolakan terhadap Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja
Purnama (Ahok) di kawasan Kota Tua, Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Tamansari,
Jakarta Barat, Minggu (18/9). Demonstrasi
yang dipimpin oleh aktivis Ratna Sarumpaet ini dilakukan sebagai aksi protes atas majunya Ahok di Pilkada DKI Jakarta 2017 mendatang.
Sebagian besar
penolakan ini ditengarai atas unsur SARA (suku, agama, ras dan antargolongan). Ahok dinilai tidak pantas menjadi pemimpin karena berasal dari kalangan minoritas.
Tindakan penolakan
itu membuat sejumlah tokoh agama berkomentar, diantaranya adalah Ketua Ikatan Cendikiawan
Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie dan Budaya sekaligus pengajar Sekolah
Tinggi Falsafat Driyarkara, Franz Magnis Suseno (Romo Magnis). Seperti
disampaikan Jimly, penolakan kepad Ahok atas nama agama sangat tidak relevan untuk
saat ini. Karena banyak daerah yang berhasil dipimpin oleh orang-orang yang tidak seiman dengan penduduk mayoritas yang dipimpinnya.
“Sah-sah saja
jika memimpin bukan dari agama tertentu. Kalau dia memang berintegritas dan dirasa mampu memimpin daerah, ya boleh saja,” ucap Jimly, seperti dilansir Tribunnews.com.
Sementara Romo
Magnis menyerukan kepada setiap pemilih agar tidak membeda-bedakan calon yang dipilihnya
berdasarkan agama yang dianut. Umat Kristiani, khususnya, harus menyuarakan hak pilih berdasarkan prestasi bukan berdasarkan SARA.
“Saya mengharapkan
orang Katolik memilih gubernur DKI Jakarta tidak karena Kristen atau Katolik atau
Islam atau apapun, tetapi harus melihat dari prestasi. Jadi jangan memilih yang
mesti seagama dengan saya, jadi ukurannya adalah pakai saja kualitas seseorang,”
ucap Romo Magnis saat menghadiri siskusi bertemakan ‘DKI Jakarta Menuju Pemilihan
Gubernur Yang Bermartabat. Emang Ada Calon Yang Main Rasis?’ di Graha Oikumene,
Gedung Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Jakarta, Jumat (16/9).
Menurutnya,
banyak pihak yang semakin menggegerkan isu SARA dalam Pilkada Jakarta karena kota
ini menjadi tolak ukur pemerintahan di Indonesia. Baik Jimly dan Romo Magnis berharap
agar masyarakat memilih pemimpin berdasarkan kualitas, hati nurani dan pertimbangan
pribadi.