Setelah vokal
menyoroti beragam kejadian yang melanda umat Kristiani di dunia, Paus Fransiskus
baru-baru ini diketahui menyampaikan komentar soal kekeliruan yang dilakukan para
penginjil dalam menyampaikan kebenaran iman melalui perdebatan dan adu argumen.
Dia mengatakan bahwa penginjil sejati seharusnya hanya membuktikan kebenaran imannya
melalui tindakan dan cara bertutur yang lemah lembut, penuh kasih dan tidak berhasrat untuk memenangkan argumen tertentu.
Hal ini
disampaikan Paus saat dirinya disodori pertanyaan menyangkut bagaimana sikap umat
Kristen dalam menghadapi orang-orang yang tidak percaya Tuhan (Atheis). “Hal
terakhir yang perlu Anda lakukan adalah mengatakan sesuatu! Mulai melakukannya,
dan dia akan melihat apa yang sedang Anda lakukan dan dia akan bertanya tentang
hal itu; dan ketika dia bertanya, maka jawablah,” terang Paus melakukan misa di kediamannya di Casa Santa Marta pada Jumat (9/9) pekan lalu.
Dia menjelaskan,
semua orang Kristen memiliki kewajiban untuk menginjili. Namun bukan berarti penginjilan
dilakukan dengan mengetuk pintu tetangga (yang belum mengenal Tuhan) lalu
mengatakan ‘Kristus telah bangkit!’. Penginjilan berbicara soal iman, menyampaikan
dengan lemah lembut, dengan cinta, tanpa keinginan untuk memenangkan argumen,
tetapi secara gratis seperti yang diberikan Tuhan kepada saya. Itulah arti sesungguhnya dari penginjilan.
Paus Fransiskus
menolak anggapan bahwa memenangkan jiwa bagi Tuhan adalah sebuah ‘kemegahan’. Karena
menginjili seharusnya dimakna seperti apa yang disampaikan rasul Paulus dalam 1
Korintus 9: 16 katanya, “Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak
mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah
aku, jika aku tidak memberitakan Injil.”
Paus menjelaskan
bahwa memberitakan injil adalah suatu keharusan, bukan malah untuk memegahkan
diri sendiri.