Tidak mudah memang menerima perubahan. Apalagi bila perubahan tersebut mengancam masa depan. Nikolaus Supin kehilangan fungsi tangan kanannya akibat tertimpa pohon besar saat membantu keluarganya membuka lahan di hutan.
Pria yang akrab dipanggil Niko ini sebenarnya anak yang ceria dan semangat untuk mengejar kesuksesan. Namun akibat patah tulang di tangan kanannya, seketika melenyapkan semangatnya dan membuatnya kerap murung.
“Peristiwa itu berlangsung saat saya remaja. Saya mulai memotong-motong kayu yang berukuran sebesar tangan, sementara orang-orang berteriak untuk saya pergi dari situ karena ada pohon yang akan tumbang. Saat saya lari ke arah bapak, pohon itu langsung menimpa saya,” kenangnya.
Mengalami patah tulang, Niko tidak langsung dibawa ke rumah sakit. Masa itu, pengobatan ke dukun menjadi kepercayaan warga setempat. Ayahnya, Muran Supin langsung memercayakan kesembuhan anaknya pada dukun dengan menjalani berbagai ritual untuk memberi makan roh-roh kegelapan.
Hasilnya tentu jauh berbeda dengan apa yang diharapkan. Selama tiga bulan pengobatan, kondisi Niko bukan semakin baik, malah semakin buruk. Melihat keadaan ini, Sang ayah akhirnya membawa Niko ke rumah sakit terbaik di kotanya. Sayang dokter tidak bisa berbuat banyak. Tangan Niko tidak bisa sembuh karena sudah terlambat untuk diobati.
“Saat tahu tangan saya tidak bisa sembuh, saya pasrah dan sedih meratapi hal ini” terang Niko. Dia pun bertanya-tanya dalam hati, ‘kenapa hal ini bisa terjadi padanya?’ Bersamaan dengan itu, harapannya untuk menjadi orang sukses juga sirna. Sebab kondisi tangannya tidak memungkinkan Niko bergerak leluasa. Ini pula yang menyebabkan Niko sering ketinggalan pelajaran saat di sekolah, terutama olahraga.
Tidak jarang dia juga mendapat olokan dari teman-temannya. Rasa malu dan dalam keadaan terpuruk, dalam hati Niko sudah tidak ada pengharapan lagi. Bahkan dia juga sempat berpikiran untuk mengakhiri hidupnya dan bunuh diri.
Sang ayah yang sadar dengan kesedihan Niko berusaha untuk menyemangati anaknya dan mengusulkan untuk mengunjungi saudara di Pontianak. Sesampainya di sana, Niko melihat bahwa tempat saudaranya merupakan panti asuhan.
Selama beberapa hari tinggal di sana, dia pun menemukan kebiasaan yang dilakukan sekumpulan anak dan saudaranya, yakni rutin mendoakan orang lain dan termasuk dirinya. “Ketika saya didoakan oleh anak-anak panti dan saudara saya, perasaan damai itu melingkupi hati”.
Saat yang sama dia juga merasa bahwa betapa beruntungnya menjadi anak-anak yang bisa selalu bahagia. Mendengar itu, saudara Niko hanya berkata bahwa bukan itu alasannya. Anak-anak itu, merubah fokusnya. Mereka tidak lagi memikirkan alasan kenapa orang tua mereka meninggalkan mereka, namun mereka memilih untuk bersyukur atas kasih Tuhan terhadap mereka.
Mendengar itu, Niko sadar bahwa selama ini dia hanya memandang keburukan dirinya. Sedang mata hatinya tertutup pada kebaikan-kebaikan Tuhan yang diberikan kepadanya. Sebab kenyataannya, Tuhan sayang padanya dan tidak pernah memberikan rencana buruk dalam kehidupan umat-Nya.
Perjalanan ini membawanya pada pengenalan akan Isa Almasih. Niko pun kembali bersemangat dan kembali melanjutkan studinya hingga program S1. Perjuangannya melawan keterbatasan menjadi inspirasi bagi warga sekitar.
“Hal buruk bisa terjadi pada kita, pilihan hanya ada dua. Pertama, keadaan ini bisa menurunkan hidup kita atau justru menaikkan kapasitas kita? Saya percaya bahwa hidup saya bukan diatur oleh keadaan, tetapi oleh Tuhan. Dan saya percaya Tuhan punya rencana indah dalam hidup saya.”
Bersama Tuhan, Niko mampu mencapai kesuksesan dalam bidang pertanian sawit. Tidak hanya itu, Tuhan juga memberkatinya dalam kehidupan sebagai suami dan ayah dari dua orang anak dalam keluarga bahagianya.
Hal buruk bisa terjadi pada kita semua, namun fokus dalam meresponi masalah terletak pada masing-masing kita. Apakah kita akan menggunakan masa kesesakan ini untuk menyalahkan keadaan atau melihat pada rencana Tuhan dalam kehidupan kita? Kita bebas untuk memilih.
Apakah artikel ini memberkati Anda? Jangan simpan untuk diri Anda sendiri. Ada banyak orang di luar sana yang belum mengenal Kasih yang Sejati. Mari berbagi dengan orang lain, agar lebih banyak orang yang akan diberkati oleh artikel-artikel di Jawaban.com seperti Anda. Caranya? Klik di sini.
Sumber : Nikolaus Supin