Keributan dan perkelahian seakan menjadi ‘teman dekat’ yang lekat dengan kehidupan Andreas Tuhenay. Perasaan hebat dan kuat karena berkelahi menjadi kebanggaan tersendiri baginya. Meski berlaku seperti preman, kehidupan Andreas di dalam rumah jauh berbeda.
Sebisa mungkin dia menjaga perasaan kedua orang tua. Di rumah, Andreas selalu berusaha untuk menjadi anak yang baik, patuh, serta tidak membuat hati orang tua terluka.
Kondisi keuangan keluarga yang memburuk mengancam kelanjutan sekolah Andreas ke perguruan tinggi. Namun harapan untuk bisa tetap bersekolah yang membuat keluarganya berjuang dan memasukkannya dalam sebuah universitas.
Selama kuliah, Andreas tidak bisa lepas dari kewajibannya untuk membayar sejumlah biaya. Inilah yang kemudian menjadi masalah. Dan diakui olehnya bahwa dia malu saat harus menghadapi bagian keuangan setiap kali mengikuti ujian. Pikiran untuk berhenti sudah pasti melintas di benaknya.
Bosan menghadapi tunggakan yang tidak terbayar, entah bagaimana Andreas tertarik untuk masuk dalam satu organisasi masyarakat. Saat itu, dirinya merasa sangat terbantu dan mudah untuk mendapatkan uang, ketenaran, dan keamanan.
Pergaulan ini pula yang membawanya pada kehidupan malam dan terlibat dalam transaksi wanita penghibur. Kerap menjadi penghubung, Andreas dengan mudah mendapat keuntungan yang banyak di klub malam. Dan dengan mudah pula dia menghabiskan seluruh uang miliknya.
Kenyamanan semu ini tidak lama dirasakannya, karena saat itu ormas tempatnya bergabung terlibat perkelahian dan tawuran yang sangat besar dan masuk televisi. Dari sini orang tuanya tahu segala kejelekan anaknya.
Hati orang tua mana yang tidak hancur saat tahu anaknya terlibat dalam ormas, dunia malam, dan kekerasan. Ini pula yang dirasakan Yuliana Tuhenay, sang Ibu. “Hati saya hancur dan putus asa saat tahu hal itu. Tuhan, saya sudah tidak sanggup. Anak yang saya banggakan dan baik di mata saya kenapa berlaku seperti itu?”
Sadar telah menyakiti hati orang tua, dalam hati kecil Andreas ada keinginan untuk berubah. Dia tetap ingin menjadi kebanggaan bagi orang tuanya. Selama kurang lebih sebulan meninggalkan kebiasaan buruknya, godaan untuk bisa seperti dulu tetap ada.
“Saya lihat kondisi keuangan keluarga semakin buruk. Godaan dalam pikiran untuk kembali ke dunia sebelumnya semakin besar”, ujar Andreas. Hidup tidak berkekurangan dan bisa mendapat banyak uang dari klub malam sangat menggiurkan. Apalagi saat itu yang ada dalam pikirannya hanya uang dan popularitas.
Belum lagi dengan emosi yang tidak bisa di kontrol dan perasan anggar yang kerap menimbulkan masalah. Andreas bahkan sempat dipukul, dihajar, dan dikeroyok massa hingga babak belur. Saat itulah dia merasa bahwa kejadian yang menimpanya adalah peringatan dari Tuhan. Belum lagi Sang mama juga divonis menderita tumor dan harus dioperasi.
Saat itu, perasaan khawatir, takut, dan tidak berdaya melingkupi Andreas. Dia bahkan sempat komplain ke Tuhan kenapa hal ini terjadi pada keluarganya. “Kenapa Dia tidak adil. Kenapa Tuhan tidak memberi penyakit ini kepada yang lebih mampu?”
Berjuang untuk biaya pengobatan mama, Andreas pun berusaha mencari pinjaman dari kenalan dan teman-temannya. Tapi tetap tidak ada jawaban yang bisa menenangkan dan membuatnya senang. Andreas harus puas dengan berbagai alasan.
Satu-satunya pertolongan yang belum dicobanya adalah berbicara dengan Tuhan. Dalam hati kecil, Andreas memulai percakapan pribadi dengan Tuhan. “Kalau memang Tuhan baik, tolong kasih jalan keluar untuk saya. Saya berjanji saya tidak akan hidup sama lagi dan melayani Tuhan,” pintanya dalam hati.
Usai operasi pengangkatan tumor, biaya rumah sakit masih menjadi bebannya. Andreas sadar bahwa biayanya tidak sedikit dan kondisi finansial keluarganya masih belum membaik. Namun hal yang tidak pernah disangka olehnya terjadi.
Saat pergi ke ke loket pembayaran untuk menanyakan biaya pengobatan Sang ibu, semua ternyata sudah lunas. Andreas dan keluarganya tidak perlu membayar apapun. Saat itu dia kaget dan terkagum dengan karya Tuhan.
Sontak dia langsung sujud dan berterima kasih sama Tuhan saat itu juga. “Saat itu saya melihat mukjizat Tuhan nyata dan saya ambil keputusan untuk tidak lagi mengecewakan Tuhan dan orang tua.”
Kini Andreas menjadikan Tuhan sebagai panutan dan menjadi berkat bagi orang banyak. Dia juga tidak lupa untuk menjangkau teman-temannya yang dulu dan membawa mereka mengenal Yesus.
“Satu hal yang saya ingat bahwa Samaria adalah orang yang dianggap najis dan dipandang sebelah mata. Bahkan tidak bisa disentuh. Tapi saat bertemu Yesus, perempuan Samaria itu diubahkan. Kisah ini juga yang memotivasi saya untuk tidak meninggalkan teman-teman saya.”
Andreas juga sangat bersyukur kepada Tuhan karena kebaikan-Nya yang telah menerima dia apa adanya. “Dia memulihkan kehidupan saya dan keluarga. Sampai saat ini, Dia terus pimpin kehidupan saya untuk terus melayani Dia dan Tuhan percayakan banyak hal di kehidupan pelayanan saya.”
Andreas saat ini juga aktif bergabung dalam sebuah komunitas yang beranggotakan mantan preman dan pecandu yang telah diubahkan dan memiliki visi yang sama. Yakni untuk menjadi berkat dan memenangkan banyak jiwa untuk memuliakan nama Tuhan.
“Saya bangga punya Tuhan Yesus. Kuasa-Nya sanggup memulihkan saya dan keluarga. Saya juga mau bilang bahwa saya tidak bisa balas kasih Tuhan selain dedikasikan hidup saya hanya untuk kemuliaan nama Tuhan,” tutupnya.
Apakah artikel ini memberkati Anda? Jangan simpan untuk diri Anda sendiri. Ada banyak orang di luar sana yang belum mengenal Kasih yang Sejati. Mari
berbagi dengan orang lain, agar lebih banyak orang yang akan diberkati
oleh artikel-artikel di Jawaban.com seperti Anda. Caranya? Klik di sini.