Hanya dalam
waktu sepekan, lebih dari 15 ribu jemaat gereja protestan di Norwegia mengundurkan
diri sebagai anggota gereja. Hal ini terungkap sejak pemberlakuan sistem keanggotaan baru secara online di website gereja.
Sistem ini bertujuan
untuk mempermudah anggota jemaat mendaftarkan diri sebagai bagian dari gereja. Meski
begitu, anggota gereja yang sudah terdaftar juga dapat dengan mudah bisa keluar
dari keanggotaan hanya dengan sekali klik, dan dengan cara yang sama, mereka juga bisa dengan mudah kembali bergabung.
Sistem keanggotaan
gereja ini sebenarnya dibuat sebagai solusi dari banyaknya kritikan terhadap sistem
yang sebelumnya. Namun ternyata hanya dalam beberapa hari setelah pemberlakuannya,
sekitar 10.854 jemaat justru mengundurkan diri. Selama seminggu, terhitung 15.053
orang telah meninggalkan gereja dan hampir 15.900 orang telah mengundurkan diri sepanjang setahun belakangan ini.
Seperti diberitakan
di Norwegia VG News, sepanjang tahun ini gereja-gereja menerima pengunduran diri
jemaatnya sebanyak 24.278 orang dan sekitar 1.369 yang mendaftar sebagai
anggota baru. Uskup Norwegia Helga Haugland Byfuglien mengaku bahwa dirinya tidak terkejut dengan data tersebut.
“Kami siap menghadapi
sejumlah besar pengunduran diri (anggota jemaat gereja) dan menghormati pilihan
masing-masing. Kami menangkap sinyal-sinyal ini dengan sangat serius. Tugas kami
adalah menyampaikan pesan Kristen dan pentingnya peran gereja di dalam kehidupan masyarakat,” ucap uskup Byfuglien.
Sementara pemimpin
dewan gereja protestan Norwegia, Kristin Gunleiksrud Raaum mengatakan, mereka memiliki
gedung gereja yang besar. Gereja ini terbuka bagi siapapun yang mau datang tanpa
harus terpaksa menjadi anggota dari sebuah komunitas gereja. “Mereka yang keliru
terdaftar sebagai anggota Gereja Norwegia atau tidak ingin menjadi anggota saat
ini dapat dengan mudah mengubah status mereka, dan hal itu akan memberikan kami
data yang lebih akurat,” ucap Raaum.
Seperti disampaikan
oleh uskup Byfuglien, salah satu peran gereja adalah untuk memberitakan firman Tuhan,
bukan untuk memperbanyak kuantitas jemaat gereja. Dan inilah yang seharusnya juga
diterapkan gereja-gereja di berbagai belahan negara.