Hari
Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia ke-71 sudah di depan mata. Pada 17 Agustus
2016 pekan depan bangsa ini akan memasuki satu tahun peringatan kemerdekaannya.
Sebagai bangsa yang telah menikmati kemerdekaan selama lebih dari 7 dekade, Indonesia
dianggap sebagai bangsa yang dewasa. Hal inilah yang disampaikan oleh mantan ketua Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) Pendeta (Pdt) Andreas Yewangoe.
Melalui
akun Facebooknya, Pdt. Andreas menyampaikan sebuah pesan kuat terkait hari kemerdekaan
yang akan segera berlangsung ini. Tak hanya menyampaikan soal harapannya bagi bangsa
ini ke depan, tetapi juga kerukunan antarumat beragama yang belakangan ini tengah
terusik. Ia juga menyampaikan tentang beragam persoalan bangsa lain seperti kasus
korupsi yang juga terus membelit serta pembakaran hutan yang tidak bertanggung jawab. Adapun pernyataannya disampaikan seperti tertera di bawah ini:
Hanya tinggal hitungan hari saja negeri
kita akan memasuki usia yang ke-71. 17 Agustus 2016 merupakan hari sangat
bersejarah bagi bangsa kita. Indonesia yang sebelumnya tidak ada, pada 17
Agustus 1945 itu diproklamasikan sebagai BANGSA oleh Soekarno-Hatta. Maka 17
Agustus 1945 itu kita bukan mengumumkan bahwa kita merdeka, tetapi juga satu bangsa baru sudah tercipta: Indonesia.
Bangsa itu diciptakan oleh kita secara
bersama-sama tanpa memandang SARA. Justru itulah kekuatan bangsa kita. Kita mau
bersatu. Kita bisa bersatu. Tetapi pada saat yang ini juga kelemahan. Kalau
keanekaragaman kita dimainkan dan dibenturkan satu sama lain, maka kita bisa bubar sebagai bangsa.
Ada banyak contoh di dunia ini di mana
sebuah bangsa bubar, bahkan dengan berdarah-darah. Kita harus cukup waspada dan arif untuk tidak terjerumus kedalam kemungkinan perpecahan itu.
Dalam rangka perenungan ini kita secara
jujur mesti mencatat berbagai persoalan kita. Kita masih terus bergumul dengan
persoalan korupsi kendati KPK sudah bekerja keras. Kemiskinan masih ada di
depan kita, walaupun Pemerintah punya komitmen tinggi untuk memberantasnya.
Kemungkinan konflik horizontal karena kecurigaan SARA masih ada. Ancaman
terorisme sangat nyata. Perusakan lingkungan hidup terlihat jelas misalnya dgn pembakaran hutan yang berulang setiap tahun.
Saya kira usia 71 tahun sudah cukup
untuk kita dianggap sebagai bangsa yang dewasa. Maka kita tidak boleh
menghinakan diri kita dengan terus berlaku kekanak-kanakan. Dirgahayu
Indonesia. Tuhan menyertai bangsa kita.
Semoga
pesan yang disampaikan Pdt. Andreas ini memberikan kita satu pandangan dan
pengharapan baru bagi Indonesia di usianya yang ke-71 ini. Mari berdoa agar pemerintah
dan seluruh pihak mau berkomitmen merajut kembali persatuan di tengah kegeramaan
agama, suku, ras dan bahasa ini.