Harapan Yang Tidak Realistis
Sumber: news.americanbible.org

Marriage / 28 July 2016

Kalangan Sendiri

Harapan Yang Tidak Realistis

Puji Astuti Official Writer
3792

Janganlah menginginkan kecantikannya dalam hatimu, janganlah terpikat oleh bulu matanya

(Amsal 6:25 TB)

Apakah yang Anda inginkan dalam pernikahan? Apakah yang Anda lihat dalam diri calon isteri atau suami Anda? Mengapa Anda memilih untuk menikahi calon isteri Anda (calon suami Anda) dari sekian banyak wanita (pria) yang ada didunia ini? Mengapa Anda tertarik kepada calon isteri (suami) Anda? Apa yang terlintas dalam alam pikiran Anda pada saat Anda menjatuhkan pilihan Anda? Apakah Anda berpikir bahwa menikah itu adalah sebuah perjalanan yang hanya memiliki kamanisan bulan madu, sebuah jalan yang selalu rata dan tidak pernah bergelombang? Bagaimana perjalanan masa pengenalan Anda saat Anda berpacaran? Selalu mulus? Yang satu selalu mengalah terhadap yang lain? Apakah Anda dapat melihat perbedaan minggu pertama pada saat Anda mulai berpacaran dengan bulan pertama, dengan tahun pertama? Perubahan apakah yang Anda lihat dari segi kedewasaan dalam berpacaran?

Penulis telah memulai artikel ini dengan sebuah pertanyaan, yaitu "Apakah yang Anda inginkan dalam pernikahan?" Apakah Anda menikah dengan sebuah harapan bahwa suami atau isteri Anda dapat menyelesaikan masa lampau Anda? Apakah Anda menikah dengan sebuah harapah bahwa suami Anda atau isteri Anda dapat menggantikan posisi Ayah atau Ibu Anda? Jika ini yang merupakan harapan Anda, maka pernikahan Anda sudah bermasalah sejak awal, karena pria atau wanita yang berada disamping Anda adalah suami atau isteri Anda dan bukan Therapist, Ayah atau Ibu Anda. Jika Anda menikah dengan gambaran suami atau isteri seperti itu, maka apapun yang suami atau isteri Anda kerjakan, Anda tidak pernah merasa puas karena mereka pasti tidak pernah bisa mengisi kekosongan masa lampau Anda.

Jika Anda selaku suami atau isteri berusaha hidup memenuhi tuntutan kekurangan yang pernah dialami pasangan hidup Anda dimasa lampau, Anda akan hidup dalam kekecewaan karena Anda tidak pernah mampu memenuhinya. Apapun yang Anda kerjakan masih tetap tidak cukup, jika apa yang Anda kerjakan tidak sesuai dengan tuntutan pasangan hidup Anda, maka pasangan hidup Anda akan segera mengeritik Anda bahkan menjadi hakim yang menjatuhkan hukuman yang berat terhadap ketidak mampuan Anda untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan standar masa lampaunya. Mampukah Anda membayangkan model pernikahan seperti ini? Bingung dan putus asa menyebabkan suami atau isteri yang mendapatkan perlakuan seperti ini dari pasangan hidupnya memilih untuk menjauhkan diri. Ini adalah awal dari sebuah perceraian!

Jika Anda menikah dengan sebuah harapan bahwa suami atau isteri Anda adalah seseorang yang dapat menyembuhkan luka masa lampau Anda, maka Anda menikah dengan membawa masalah yang Anda sendiri tidak ingin selesaikan tetapi justru melemparkan masalah itu kepundak pasangan hidup Anda. Harapan seperti ini akan mengikis habis kebahagiaan berumah tangga, harapan seperti ini akan menghancurkan pernikahan Anda karena suami atau isteri Anda memang bukan seorang Therapist! Lihat "gelar" yang diberikan kepada pasangan hidup Anda, maka Anda akan sadar bahwa pasangan hidup Anda sesungguhnya adalah suami atau isteri Anda. Gelar pasangan hidup Anda disaat bekerja mungkin seorang pengacara, dokter, therapist, perawat, manager, CEO dan sebagainya, namun dirumah ia adalah seorang suami yang selayaknya Anda hormati atau isteri yang sepatutnya Anda kasihi.

Rumah tangga bukan sebuah perusahaan dan juga bukan sebuah rumah sakit. Rumah tangga adalah sebuah rumah (bukan gedung bangunan) yang dibangun oleh suami dan isteri atas dasar kasih sayang, pengertian, toleransi, saling menghormati, saling mengisi kekosongan masing-masing yang ada bukan sebuah rumah yang dibangun untuk saling menuntut, untuk saling membalas namun untuk saling mengasihi, untuk saling mengampuni, untuk saling membangun atas dasar kasih sayang dan untuk saling membahagiakan. Aku ingin membahagiakanmu, apakah engkau mau menjadi isteri / suamiku? Rumah tangga yang dibangun atas dasar kasih sayang seperti ini tidak mudah tergoyahkan. Suami dan isteri saling percaya karena mereka menempatkan Tuhan diatas segalanya atas pernikahan mereka. Mata mereka tidak berhenti untuk menatap kecantikan atau ketampanan wajah lawan jenis mereka karena hati mereka saling merindukan satu dengan yang lainnya.

Jarak antara hari pernikahan dengan hari dimana Anda ingin pulang kerumah orang tua Anda menunjukkan bahwa Anda tidak ingin menyelesaikan masalah yang ada. Orang tua yang bijak sana dengan sabar akan menyarankan agar anak mereka segera kembali kepada pasangan hidup mereka untuk terlebih dahulu menyelesaikan masalah rumah tangga yang ada diantara mereka berdua, kecuali jika masalah yang ada adalah kekerasan dalam rumah tangga maka pihak berwajib dapat diikut sertakan. Didalam menyelesaikan masalah yang ada baik suami ataupun isteri sebaiknya memberikan ruang gerak kepada pasangan hidup mereka untuk dapat menenangkan diri, berpikir dengan tenang agar kemudian pihak suami ataupun isteri dapat membicarakan isi hati mereka secara terbuka tanpa merasa adanya tekanan atau ancaman.

Penulis sadar artikel yang singkat ini tidak dapat menjawab semua pertanyaan dari berbagai masalah yang ada, namun penulis yakin dengan tekad yang baik kedua belah pihak akan dapat menyelesaikan masalah yang ada karena Anda akan menempatkan kasih dan kepentingan keluarga diatas kepentingan ego peribadi Anda. Semoga bermanfaat dan boleh menjadi berkat. Tuhan memberkati.


Penulis

Harry Lee

Gembala Restoration Christian Church di Los Angeles - California

www.rccla.org

Sumber : Harry Lee
Halaman :
1

Ikuti Kami