Shawn Johnson Mengubah Kegagalan Menjadi Kemenangan
Sumber: en.people.cn

Kata Alkitab / 26 July 2016

Kalangan Sendiri

Shawn Johnson Mengubah Kegagalan Menjadi Kemenangan

Lori Official Writer
4958

Dalam sebuah video berjudul ‘I Am Second’, juara senam indah dan peraih medali emas Olimpiade 2008 Amerika Serikat, Shawn Johnson mengungkapkan seluruh isi hatinya dan berbagi tentang pengalaman di masa lalu ketika ketakutan dan kekecewaan menghantui perjalanan karirnya. Dan bagaimana perasaan mengerikan itu justru membawa Johnson semakin dekat dan mengenal Tuhan.

“Saya ingat saat diserahkan medali perak di podium, seseorang yang menyerahkan medali itu memeluk saya dan berkata ‘Maafkan saya’. Saya diberi medali perak di Olimpiade dan mengatakan ‘maaf’ adalah seperti cerminan dalam hati saya bahwa saya gagal,” ucap Johnson ketika mengenang momen saat dirinya bermain di Olimpiade 2008 di Beijing.

Kala itu, gadis kelahiran 19 Januari 1992 ini memiliki prinsip bahwa jika ia gagal menjadi pesenam berarti dia gagal menjadi manusia. Dan tekat itulah yang dibawanya saat bertanding di Olimpiade Beijing.

“Saya ingat Nastia Liukin naik dan bersaing dan memberikan penampilan yang indah. Dan saya ingat saat melihat skornya dan satu titik lebih tinggi dari skor tertinggi yang saya sudah tekatkan dalam benak saya. Tak mungkin lagi bagi saya untuk mendapatkan medali emas. Saya ingat hati saya menciut,” ucapnya.

Johnson pun memberikan penampilan yang terbaik untuk memperoleh medali emas, namun tetap berdiri untuk mendapatkan tepuk tangan dari penonton bukan untuk medali emas. Dia mengaku tetap bersikap tegar dan mengaku terhormat meski mendapatkan medali perak, namun sesungguhnya hatinya begitu hancur saat itu.

Johnson bahkan mendapat dua tambahan medali perak sebelum pada akhirnya memperoleh medali emas.

Saat dirinya bergabung dengan pemain senam dari ABC ‘Dancing with the Stars’, Johnson kembali meraih gelar juara bersama pasangannya Mark Ballas. Saat kemenangan, orang-orang bukannya memuji keberhasilan tersebut justru dia malah mendapat kritikan. “Saya ingat dari 16, 17 blog dan artikel ‘Dancing With the Stars’ yang saya baca, saya melihat orang-orang mengkritik berat badan, penampilan, kepribadian dan karakter saya. Hal ini sangat mempengaruhi saya,” ucapnya.

Sejak itulah dia mulai bertindak menjadi orang lain dan mencoba terlihat seperti orang lain dan itu begitu melelahkan dirinya. Dia merasa seperti telah ditolak oleh dunia dan itu adalah masa yang begitu menyakitkan bagi Johnson.

Enam bulan sebelum ujian Olimpiade 2012, Johnson menemukan dirinya berada di bagian terendah kehidupan. Dia menghabiskan latihan hingga 40 jam seminggu dan mencoba menurunkan berat badan tanpa hasil apa-apa. Rambutnya bahkan rontok, waktu tidur dan makannya tidak teratur. Dia tak lagi berusia 16 tahun dan fakta itulah yang sulit diterimanya.

Namun segala tekanan itu segera berlalu saat suatu kali dirinya berada di ruang gym dan berdiri di tepi balok keseimbangan seluas 4 inci. “Ini adalah salah satu momen yang benar-benar sulit dijelaskan dan sulit dipahami bagi banyak orang. Tetapi saat itu, saya merasa Tuhan mengatakan kepada saya, ‘Kau sudah begitu takut atas kekecewaan banyak orang dan tidak menjadi dirimu sendiri, akan lebih baik mengikuti kata hatimu dan meletakkan semua beban itu di belakang.’ Pada saat itu, saya merasa seluruh dunia terangkat dari bahu saya,” terangnya.

“Saya memberikan hati dan jiwa saya dan memposisikan diri untuk tak lagi berhasrat mendapatkan medali emas. Ketika saya berdiri di sana dan mendapatkan medali emas, ya, itu adalah pengalaman yang monumental yang indah. Tapi itu bukan akhir dari segalanya,” terangnya kembali.

Sejak saat itu, Johnson menyadari satu hal bahwa dalam kehidupan ini hanya ada satu sumber yang memberikan jawaban atas segalanya, yaitu Tuhan Yesus yang telah mengorbankan segalanya di kayu salib. Bagi Johnson sensasi berdiri di atas podium mendapatkan medali emas memang sangat monumental dan menakjubkan, tetapi hal itu tidak lebih indah dibanding hadiah terbesar yang dia dapatkan dalam hidup yaitu Yesus. Itulah puncak kemenangan Shawn Johnson yang sesungguhnya. “Dia akan selalu menjadi hadiah terbesar saya dan reward paling membanggakan bagi saya,” tandasnya.

Setelah menjalani karirnya dengan baik hingga di garis finish, Johnson akhirnya memutuskan untuk pensiun pada Juni 2012 silam. Belum lama ini dia menikah dengan pemain football profesional Andrew East dari Oakland Raiders.


Kisah Shawn Johnson ini mengingatkan kita bahwa prestasi yang kita dapatkan di dunia ini hanya bersikap sementara. Kebanggaan dan prestasi yang kita raih hanya bisa menyenangkan diri kita sendiri dan orang lain dalam sekejap waktu lalu hilang. Namun, saat kita menyadari bahwa hidup kita adalah kepunyaan Tuhan seutuhnya, maka segala pretasi tersebut tiada artinya. Segalanya harus kita kembalikan kepada Tuhan yang empunya kehidupan kita. 

Sumber : CP/jawaban.com/ls
Halaman :
1

Ikuti Kami