Dalam sebuah video
berjudul ‘I Am Second’, juara senam indah dan peraih medali emas Olimpiade 2008
Amerika Serikat, Shawn Johnson mengungkapkan seluruh isi hatinya dan berbagi tentang pengalaman
di masa lalu ketika ketakutan dan kekecewaan menghantui perjalanan karirnya. Dan
bagaimana perasaan mengerikan itu justru membawa Johnson semakin dekat dan mengenal Tuhan.
“Saya ingat saat
diserahkan medali perak di podium, seseorang yang menyerahkan medali itu memeluk
saya dan berkata ‘Maafkan saya’. Saya diberi medali perak di Olimpiade dan mengatakan
‘maaf’ adalah seperti cerminan dalam hati saya bahwa saya gagal,” ucap Johnson ketika mengenang momen saat dirinya bermain di Olimpiade 2008 di Beijing.
Kala itu, gadis kelahiran
19 Januari 1992 ini memiliki prinsip bahwa jika ia gagal menjadi pesenam berarti
dia gagal menjadi manusia. Dan tekat itulah yang dibawanya saat bertanding di Olimpiade Beijing.
“Saya ingat Nastia
Liukin naik dan bersaing dan memberikan penampilan yang indah. Dan saya ingat saat
melihat skornya dan satu titik lebih tinggi dari skor tertinggi yang saya sudah
tekatkan dalam benak saya. Tak mungkin lagi bagi saya untuk mendapatkan medali emas. Saya ingat hati saya menciut,” ucapnya.
Johnson pun memberikan
penampilan yang terbaik untuk memperoleh medali emas, namun tetap berdiri untuk
mendapatkan tepuk tangan dari penonton bukan untuk medali emas. Dia mengaku tetap
bersikap tegar dan mengaku terhormat meski mendapatkan medali perak, namun sesungguhnya hatinya begitu hancur saat itu.
Johnson bahkan mendapat dua tambahan medali perak sebelum pada akhirnya memperoleh medali emas.
Saat dirinya bergabung
dengan pemain senam dari ABC ‘Dancing with the Stars’, Johnson kembali meraih gelar
juara bersama pasangannya Mark Ballas. Saat kemenangan, orang-orang bukannya memuji
keberhasilan tersebut justru dia malah mendapat kritikan. “Saya ingat dari 16,
17 blog dan artikel ‘Dancing With the Stars’ yang saya baca, saya melihat orang-orang
mengkritik berat badan, penampilan, kepribadian dan karakter saya. Hal ini sangat mempengaruhi saya,” ucapnya.
Sejak itulah dia
mulai bertindak menjadi orang lain dan mencoba terlihat seperti orang lain dan
itu begitu melelahkan dirinya. Dia merasa seperti telah ditolak oleh dunia dan itu adalah masa yang begitu menyakitkan bagi Johnson.
Enam bulan sebelum
ujian Olimpiade 2012, Johnson menemukan dirinya berada di bagian terendah kehidupan.
Dia menghabiskan latihan hingga 40 jam seminggu dan mencoba menurunkan berat
badan tanpa hasil apa-apa. Rambutnya bahkan rontok, waktu tidur dan makannya tidak
teratur. Dia tak lagi berusia 16 tahun dan fakta itulah yang sulit diterimanya.
Namun segala tekanan
itu segera berlalu saat suatu kali dirinya berada di ruang gym dan berdiri di tepi
balok keseimbangan seluas 4 inci. “Ini adalah salah satu momen yang benar-benar
sulit dijelaskan dan sulit dipahami bagi banyak orang. Tetapi saat itu, saya merasa
Tuhan mengatakan kepada saya, ‘Kau sudah begitu takut atas kekecewaan banyak
orang dan tidak menjadi dirimu sendiri, akan lebih baik mengikuti kata hatimu dan
meletakkan semua beban itu di belakang.’ Pada saat itu, saya merasa seluruh dunia terangkat dari bahu saya,” terangnya.
“Saya memberikan
hati dan jiwa saya dan memposisikan diri untuk tak lagi berhasrat mendapatkan medali
emas. Ketika saya berdiri di sana dan mendapatkan medali emas, ya, itu adalah
pengalaman yang monumental yang indah. Tapi itu bukan akhir dari segalanya,” terangnya kembali.
Sejak saat itu,
Johnson menyadari satu hal bahwa dalam kehidupan ini hanya ada satu sumber yang
memberikan jawaban atas segalanya, yaitu Tuhan Yesus yang telah mengorbankan segalanya
di kayu salib. Bagi Johnson sensasi berdiri di atas podium mendapatkan medali
emas memang sangat monumental dan menakjubkan, tetapi hal itu tidak lebih indah
dibanding hadiah terbesar yang dia dapatkan dalam hidup yaitu Yesus. Itulah
puncak kemenangan Shawn Johnson yang sesungguhnya. “Dia akan selalu menjadi
hadiah terbesar saya dan reward paling membanggakan bagi saya,” tandasnya.
Setelah menjalani karirnya dengan baik hingga di garis finish, Johnson akhirnya memutuskan untuk pensiun pada Juni 2012 silam. Belum lama ini dia menikah dengan pemain football profesional Andrew East dari Oakland Raiders.
Kisah Shawn Johnson
ini mengingatkan kita bahwa prestasi yang kita dapatkan di dunia ini hanya bersikap
sementara. Kebanggaan dan prestasi yang kita raih hanya bisa menyenangkan diri kita sendiri dan orang
lain dalam sekejap waktu lalu hilang. Namun, saat kita menyadari bahwa hidup
kita adalah kepunyaan Tuhan seutuhnya, maka segala pretasi tersebut tiada artinya.
Segalanya harus kita kembalikan kepada Tuhan yang empunya kehidupan kita.