Secara hukum dan
keyakinan agama tertentu, praktik pologami atau menikah dengan lebih dari satu pasangan dianggap tak pantas terjadi pada pasangan
menikah. Oleh karena itu, sebagian besar pasangan menikah memilih status pernikahan monogami (pernikahan dengan satu pasangan, red).
Dalam sebuah studi
yang dilakukan di Universitas of Waterloo menemukan bahwa manusia prasejarah diperkirakan
telah mendukung praktik monogami (dan menolak poligami) sejak munculnya beragam penularan penyakit seksual (IMS) serta terjadinya beragam cercaan dari lingkungan sosial.
Hasil studi ini didapatkan
setelah melakukan penelitian simulasi evolusi perilaku kawin yang berbeda dalam
populasi manusia berdasarkan demografi dan penularan penyakit. Manusia prasejarah
yang hidup dengan cara berburu dan hidup dalam komunitas mulai menetap di suatu
tempat dan tinggal dalam sebuah lingkungan komunitas yang lebih besar. Dan
ternyata peneliti menemukan bahwa kehidupan seksual manusia prasejarah yang sebelumnya
poligami menimbulkan penyebaran beragam penyakit seksual seperti gonorrhea, sifilis,
dan klamidia. Masalah ini bukan hanya terjadi di masa itu juga, tetapi masih
terus terjadi hingga saat ini menjangkiti mereka yang suka bergonta-ganti pasangan.
Ketika penyebaran
penyakit semakin menurun, pria yang suka bergonta-ganti pasangan menyebabkan kesuburan pria tersebut menurun.
Itu sebabnya sejak
saat itu, nenek moyang manusia mulai memilih praktik monogami atau satu pasangan
hidup. Mereka yang menjalani pernikahan monogami bahkan memiliki lebih banyak
keturunan, sementara mereka yang terus melakukan poligami menghadapi masalah kesuburan dan berkurangnya keturunan.
Para peneliti juga
menemukan alasan lain dibalik praktik monogami, bahwa peran perempuan dianggap sudah
mulai meningkat dan memberi dampak dan kontribusi besar dalam sebuah keluarga.
Sehingga lambat laun pasangan menikah memilih praktik monogami.
Meskipun hal ini
sudah dibuktikan secara ilmiah dan medis, praktik monogami memang sudah sewajarnya
menjadi pilihan bagi pasangan menikah. Sebab firman Tuhan menyampaikan pesan
yang sama bahwa hendaknya pasangan yang telah dipersatukan oleh Allah harus saling
mengasihi sampai maut memisahkan. Jadi, saat pria dan wanita telah dipersatukan
Tuhan, tak ada alasan untuk berselingkuh dan menceraikan pasangannya selain daripada
dipisahkan oleh maut. Karena apa yang diluar daripada firman Tuhan adalah dosa
yang timbul dari keinginan daging.