Matius 11: 28
Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.
Seorang teman
baru saja bercerita tentang sebuah kejadian tragis di dekat rumahnya. Seorang
tukang bakso yang masih sangat muda mengakhiri hidupnya dengan menggantung diri
akibat diputuskan pacarnya. Malam sebelum si pemuda menggantung diri, ia
terlihat tertekan. Duduk berdiam diri dan tidak mau berkumpul seperti biasa
bersama teman-temannya seusai berjualan. Keesokan harinya, sekitar jam 11
siang, warga pun gempar karena sekelompok anak-anak yang sedang bermain
menyaksikan dirinya tewas tergantung di atas pohon. Depresi atau tekanan yang
dialami jiwa kerap membuat manusia tak berdaya. Bentuk-bentuk depresi pun
timbul sebagai akibatnya. Trauma, kehilangan motivasi, putus asa, kehilangan
harapan dan dalam bentuk paling ekstrim, bunuh diri bisa menjadi akibat yang
timbul akibat tekanan bertubi-tubi yang menyerang jiwa. Problema hidup yang
majemuk tidak hanya menyerang masyarakat kelas bawah, tapi bisa menyerang siapa saja, termasuk seorang nabi besar bernama Elia.
Elia adalah
seorang nabi yang luar biasa. Dalam Perjanjian Lama Elia dikenal sebagai
"nabi api", nabi yang bisa menurunkan api dari Surga. Di sisi lain
ketika hujan tidak kunjung turun selama tiga tahun enam bulan seperti yang
tertulis dalam Yakobus 5:17, Elia mampu menurunkan hujan lewat doanya, dan hal
itu membuatnya mendapat julukan lain yaitu “nabi hujan”. Dalam 1 Raja-Raja
18:20-40 kita menyaksikan bahwa Elia pernah dengan gagah berani berhadapan
dengan 450 nabi Baal. Dia berhasil membuktikan bahwa Allah Abraham, Ishak dan
Israel adalah Allah yang sesungguhnya. Allah menurunkan api dari langit sesuai
doa Elia, membakar habis korban bakaran bahkan air di sekeliling mesbah persembahan (ayat 36-38).
Sekitar 450 nabi
Baal ditaklukkan oleh satu-satunya nabi Tuhan pada saat itu. Begitu istimewanya
Elia, ia pun menjadi salah satu dari dua orang selain Henokh yang tidak
mengalami kematian jasmani akibat langsung diangkat ke Surga (baca 2 Raja-Raja
2:11). Tapi di samping itu semua, Elia tetaplah seorang manusia biasa yang
punya kelemahan dan keterbatasan seperti diri kita juga. Di luar semua kisah
luar biasa yang dialami Elia, pada suatu saat Elia pun pernah merasakan tekanan
berat dalam jiwanya. Ia pernah dilanda ketakutan ketika mendapat ancaman dari Isebel.
Pada saat itu
tampaknya Elia mengalami kelelahan baik jasmani maupun rohani, putus asa,
sehingga ia mencapai puncak depresinya dengan berdoa, bukan untuk meminta
dikuatkan, tapi malah untuk diambil saja nyawanya. “Tetapi ia sendiri masuk ke
padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar.
Kemudian ia ingin mati, katanya: "Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN,
ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku (1
Raja-Raja 19:4)”. Perhatikan bagaimana nabi yang baru saja dengan hebat
membuktikan kuasa Allah dalam menghadapi 450 nabi Baal mencapai anti klimaks
dalam menghadapi ancaman seorang Isebel. Tapi Tuhan adalah Allah yang peduli.
Allah tidak membiarkan anak-anaknya mengalami kehancuran. Yang terjadi adalah
demikian. "Sesudah itu ia berbaring dan tidur di bawah pohon arar itu.
Tetapi tiba-tiba seorang malaikat menyentuh dia serta berkata kepadanya:
"Bangunlah, makanlah! (ayat 5)”. Elia kemudian makan dan beristirahat.
Setelah beristirahat, untuk kali kedua malaikat datang dan kembali memberinya
makan. "Tetapi malaikat TUHAN
datang untuk kedua kalinya dan menyentuh dia serta berkata: "Bangunlah,
makanlah! Sebab kalau tidak, perjalananmu nanti terlalu jauh bagimu (ayat 7)”.
Perhatikan betapa baiknya Tuhan yang tidak membiarkan Elia terpuruk. Dia
memberikan makanan dua kali, bahkan memberikan kesempatan bagi Elia untuk
beristirahat memulihkan kondisinya. Tuhan kembali menguatkan Elia agar mampu
meneruskan tugasnya. Kita tahu kemudian, apa yang diberikan Tuhan itu sanggup
memulihkan Elia untuk berjalan empat puluh hari empat puluh malam menuju gunung
Horeb dimana Allah kemudian menyatakan diriNya. Elia pun "kembali ke jalannya (ayat 15)”.
Tuhan adalah
Allah yang sangat peduli pada kehidupan anda dan saya. Jika pada Elia Tuhan mau
mengulurkan tanganNya, maka kepada anda dan saya pun sama. Elia memang nabi
besar, namun ia juga seorang manusia biasa yang punya keterbatasan seperti
halnya anda dan saya. Yakobus menyatakan hal tersebut. "Elia adalah
manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa, supaya
hujan jangan turun, dan hujanpun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam
bulan. Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumipun mengeluarkan buahnya (Yakobus 5:17-18)”.
Dalam ayat Yakobus ini kita bisa melihat kuncinya, apa yang membuat Elia sanggup menjalani itu semua hingga akhir adalah sikapnya yang selalu bersungguh-sungguh berdoa. That's the power or praying! Tidak hanya Elia, namun Daud pun pernah tertekan jiwanya. Berkali-kali pula Daud mengingatkan jiwanya agar selalu mengingat Tuhan. Berharap pada Allah. “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku! (Mazmur 42:6, 42:12, 43:5)”. Mungkin saat ini ada di antara teman-teman yang sedang mengalami tekanan berat dalam jiwa anda akibat pergumulan dan masalah yang bertubi-tubi. Seperti Elia dan Daud, janganlah putus asa, apalagi sampai berpikir untuk mengakhiri hidup, tapi teruslah bersyukur, sebab Allah sanggup memulihkan keadaan kita sebagaimana Dia memulihkan Elia!
Apakah artikel ini memberkati Anda? Jangan simpan untuk diri Anda sendiri. Ada banyak orang di luar sana yang belum mengenal Kasih yang Sejati. Mari berbagi dengan orang lain, agar lebih banyak orang yang akan diberkati oleh artikel-artikel di Jawaban.com seperti Anda. Caranya? Klik di sini