Kesetiaan Sang Ayah
Sumber: www.rogerebert.com

Kata Alkitab / 24 May 2016

Kalangan Sendiri

Kesetiaan Sang Ayah

Lori Official Writer
6168

Adalah seorang ayah pada suatu akhir pekan mengajak anaknya untuk pergi ke pasar malam. Mereka pulang sangat larut. Di tengah jalan, si anak melepas seat belt-nya karena merasa tidak nyaman. Si ayah sudah menyuruhnya memasang kembali, namun si anak tidak menurut.

Benar saja, di sebuah tikungan, sebuah mobil lain melaju kencang tak terkendali. Ternyata pengemudinya mabuk. Tabrakan tak terhindarkan. Si ayah selamat, namun si anak terpental keluar. Kepalanya membentur aspal, dan menderita gegar otak yang cukup parah. Setelah berapa lama dirawat di rumah sakit, akhirnya si anak siuman. Namun ia tidak dapat melihat dan mendengar apapun. Dia menjadi buta dan tuli. Si ayah dengan sedih, hanya bisa memeluk erat anaknya, karena ia tahu hanya sentuhan dan pelukan yang bisa dirasakan sang anak.

Begitulah kehidupan sang ayah dan anak yang tak lagi mampu melihat dan mendengar suara apapun. Dengan kasihnya yang begitu besar, sang ayah senantiasa setia menjaga anaknya.

Pada suatu kali, si anak merasa kepanasan dan meminta es, si ayah diam saja. Sebab ia melihat anaknya sedang demam, dan es akan memperparah demam anaknya. Lalu di suatu musim dingin, si anak memaksa berjalan ke tempat yang hangat, namun si ayah menarik keras sampai melukai tangan si anak, karena ternyata tempat 'hangat' tersebut tidak jauh dari sebuah gedung yang kemudian terbakar.

Suatu kali anaknya kesal karena ayahnya membuang liontin kesukaannya. Si anak sangat marah, namun sang ayah hanya bisa menghela nafas. Komunikasinya terbatas. Ingin rasanya ia menjelaskan bahwa liontin yang tajam itu sudah berkarat. Namun apa daya si anak tidak dapat mendengar, hanya dapat merasakan. Ia hanya bisa berharap anaknya sepenuhnya percaya kalau dia melakukan yang terbaik untuk anaknya.

Saat-saat paling bahagia si ayah adalah saat dia mendengar anaknya mengutarakan perasaannya, isi hatinya. Saat anaknya mendiamkan dia, dia merasa tersiksa, namun ia senantiasa berada disamping anaknya, setia menjaganya. Dia hanya bisa berdoa dan berharap, kalau suatu saat Tuhan boleh memberi mujizat. Setiap pukul 4 pagi, dia bangun untuk mendoakan kesembuhan anaknya. Ya, setiap hari!

Beberapa tahun telah berlalu, di suatu pagi yang cerah mujizat pun terjadi. Doa-doa sang ayah akhirnya terkabul. Sayup-sayup bunyi kicauan burung membangunkan si anak. Ternyata pendengarannya pulih! Anak itu berteriak kegirangan, sampai mengejutkan si ayah yang tertidur di sampingnya. Mujizat lainnya juga terjadi saat itu, dia bisa melihat. Dia bisa melihat rambut ayahnya yang telah memutih dan tangannya yang mengeras penuh luka. Pelan-pelan si anak memeluk erat sang ayah, sambil berkata. “Ayah, terima kasih. Engkau telah setia menjagaku”.

Kita belajar dari kisah ini bahwa seorang ayah tidak akan pernah membiarkan anaknya melakukan pilihan yang salah. Namun, seringnya anak keras kepala dan memberontak. Akibatnya, sang anak harus menerima konsekuensi dari pilihannya itu dan seorang ayah justru tetap menerima sang anak apa adanya. Begitulah kasih Bapa Surgawi kepada anak-anak-Nya. Ketika kita jatuh dalam dosa, kita tidak dibiarkannya terus tersesat. Dia dengan penuh kasih mengulurkan tangan-Nya dan mengasihi kita apa adanya.


Apakah artikel ini memberkati Anda? Jangan simpan untuk diri Anda sendiri. Ada banyak orang di luar sana yang belum mengenal Kasih yang Sejati. Mari berbagi dengan orang lain, agar lebih banyak orang yang akan diberkati oleh artikel-artikel di Jawaban.com seperti Anda. Caranya? Klik di sini.

Sumber : Airhidup.com/jawaban.com/ls
Halaman :
1

Ikuti Kami