Sebuah Pilihan Yang Mengubah Kehidupan
Sumber: Awesomeaj.com

Marriage / 16 May 2016

Kalangan Sendiri

Sebuah Pilihan Yang Mengubah Kehidupan

Puji Astuti Official Writer
3729

Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: "Di manakah engkau?" (Kejadian 3:9 TB)

Kisah ini dimulai pada saat Adam memilih untuk tidak taat kepada perintah Tuhan yang melarangnya untuk memakan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat. Saat Adam sebagai kepala rumah tangga memilih secara sadar untuk tidak mengikuti ketentuan yang telah Tuhan tetapkan baginya dan istrinya, Adam sadar akan kesalahan itu dan timbul rasa takut. Segera mereka menyembunyikan diri mereka diantara pohon-pohonan dalam taman. Apakah Anda dapat melihat bahwa didalam buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat tidak terdapat kehidupan melainkan kematiaan? Bukan berkat melainkan kutuk?

Penulis yakin sebelum manusia jatuh dalam dosa, Adam dan istrinya sering berjalan-jalan dengan Tuhan bersama-sama dalam taman Eden tersebut. Alkitab mencatat, hari dimana manusia memilih untuk berontak terhadap Tuhan berubah menjadi hari yang menakutkan dan bukan lagi hari yang menyenangkan. Hari itu terlihat Tuhan berjalan-jalan sendirian dalam taman itu pada waktu hari sejuk sedangkan Adam dan isterinya bersembunyi diantara pohon-pohonan dalam taman. Mereka bersembunyi dari kehidupan yang nyaman karena dosa. Tuhan memiliki pola yang tidak pernah berubah sejak awal dunia diciptakan yaitu Tuhan selalu menawarkan manusia untuk memilih antara kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Namun Tuhan mengatakan pilihlah kehidupan, supaya engkau dan keturunanmu hidup (lihat Ulangan 30:19)

Pertanyaan "Di manakah engkau?" bukan berarti Tuhan tidak tahu dimana Adam dan istrinya bersembunyi karena Tuhan Maha Tahu. Tuhan yang dipenuhi dengan kasih itu tahu secara persis bahwa itu adalah hari terakhir kedua manusia itu berada dalam taman Eden yang indah itu. Dosa telah membentuk sebuah tembok pemisah antara manusia dan Tuhan. Tuhan tidak pernah membangun tembok apapun sebelumnya karena Ia ingin selalu bersama-sama dengan manusia ciptaanNya. Manusia yang membangun tembok yang memisahkan mereka dari Tuhan melalui dosa pemberontakan mereka (lihat Yesaya 59:2). Bukankah dosa pemberontakan terhadap Tuhan itu sebuah pilihan?

Apakah Anda dapat merasakan luapan perasaan yang terdapat dalam pertanyaan  "Di manakah engkau?" Sebuah pertanyaan yang diliputi dengan luapan kesedihan yang dalam karena perpisahan harus terjadi. Namun kedua manusia tersebut tidak berani mengambil tanggung jawab atas dosa pemberontakan mereka dan sebaliknya mereka saling menyalahkan bahkan Adam berani menyalahkan Tuhan dengan mengatakan "Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan." Dengan perkataan lain Adam mengatakan andaikan Engkau tidak menempatkan perempuan ini (Adam menolak menyebut nama istrinya) disisiku maka aku tidak akan melakukan dosa pemberontakan ini.

Adam sebagai kepala rumah tangga dengan sadar memilih untuk memberontak terhadap Tuhan. Dengan demikian Adam melalui dosa pemberontakannya terhadap Tuhan telah membangun sebuah tembok yang memisahkan diri mereka dari Tuhan. Dapat dikatakan Adamlah yang memisahkan taman Eden dari keturunan mereka yang akan datang, Adamlah yang memisahkan Tuhan dari keturunan mereka yang akan datang, Adamlah yang menyebabkan keturunan mereka yang akan datang mengalami kematian secara fisik dan rohani. Pertanyaan "Di manakah engkau?"  merupakan detik-detik terakhir mereka bersama Tuhan ditaman Eden, sebuah kesalahan yang berakibat fatal bagi Adam, istrinya dan keturunan mereka sekalian sampai hari ini karena kenikmatan dosa yang hanya bersifat sementara.

Apakah Anda selaku suami atau istri pernah mendengar pertanyaan seperti ini dari pasangan hidup Anda? Apakah Anda selaku orang tua pernah melontarkan pertanyaan seperti ini kepada anak-anak Anda? Bukankah pertanyaan ini mengandung kekuatiran yang beralasan? Bukankah dalam pertanyaan ini terdapat perasaan yang mencekam dari pihak yang bertanya? Apakah Anda bersembunyi dari dosa Anda saat pertanyaan ini dilontarkan kepada Anda? Jika Anda memilih untuk mabuk-mabukkan sudah barang tentu Anda tidak berada dirumah. Jika Anda memilih untuk berjudi sudah barang tentu Anda tidak berada dirumah. Jika Anda memilih untuk berselingkuh sudah barang tentu Anda tidak berada dirumah. Dan sudah barang tentu Anda juga akan memusuhi pertanyaan "Di manakah engkau?"

Apakah Anda sadar jika Anda melakukan hal-hal seperti tersebut diatas (dan masih banyak lagi hal-hal lain yang tidak selayaknya Anda lakukan), Anda sebenarnya telah membangun sebuah tembok yang memisahkan diri Anda dari pasangan hidup Anda dan anak-anak Anda. Jika Anda mengendarai mobil saat mabuk, Anda dengan mudah dapat menimbulkan kecelakaan bahkan mengambil nyawa orang yang tidak bersalah karena perilaku Anda. Jika hal ini terjadi sebenarnya Anda telah mengambil suami atau istri, papa atau mama, anak atau keponakan, paman atau bibi dari sebuah keluarga. Anda telah memisahkan sebuah keluarga dari orang yang dikasihi mereka oleh karena perilaku Anda. Jika Anda memilih untuk berselingkuh, maka Andapun sesungguhnya sedang memisahkan diri Anda dari pasangan hidup dan anak-anak Anda. Jika Anda memilih untuk berjudi, Anda sesungguhnya sedang mencuri uang yang dapat dipergunakan untuk keluarga dan masa depan anak-anak Anda bahkan Anda sedang memisahkan diri Anda sebagai bapa ataupun ibu dari kehidupan anak-anak Anda.

Apakah Anda dapat merasakan detik-detik yang mencekam dalam pertanyaan "Di manakah engkau?" Apakah saat pertanyaan ini dilontarkan Anda juga berusaha berkelit atau bahkan menyalahkan pasangan hidup Anda, menyalahkan anak-anak Anda, menyalahkan orang-orang disekitar Anda atau mungkin Anda menyalahkan Tuhan dengan mengatakan "Di manakah Engkau Tuhan saat aku membutuhkan Engkau"? Aku berdosa karena Engkau tidak berusaha menghindari aku untuk tidak jatuh dalam godaan dosa. Dan Anda "lupa" bahwa Andalah yang memilih untuk berdosa dan bahwa Anda adalah orang yang paling bertanggung jawab dalam memilih untuk tidak berontak terhadap ketetapan-ketetapan Tuhan.

Pada akhir dari artikel ini, penulis ingin mengajak Anda sekalian yang membaca tulisan penulis hari ini untuk dapat merefleksikan setiap informasi yang terdapat dalam tulisan hari ini kedalam kehidupan Anda secara peribadi karena mencegah jauh lebih baik dari mengobati. Semoga bermanfaat dan boleh menjadi berkat. Tuhan memberkati.


Penulis

Harry Lee, MD., Psy.D.

Gembala Restoration Christian Church di Los Angeles - California

www.rccla.org

Sumber : Dr.Harry Lee
Halaman :
1

Ikuti Kami