Kisah Kitab Delapan Penjuru Mata Angin
Sumber: www.earthtimes.org

Kata Alkitab / 30 April 2016

Kalangan Sendiri

Kisah Kitab Delapan Penjuru Mata Angin

Lori Official Writer
15118

Ada seorang murid yang sudah bertahun-tahun belajar ilmu kebijakan dari seorang guru di sebuah pulau terpencil. Kini ia merasa telah cukup ilmu dan berniat untuk mengabdikan dirinya pada masyarakat di seberang pulau. Singkat kata, ia pamit pada sang guru dan meninggalkan pulau terpencil tersebut.

Beberapa lama kemudian ia mendirikan sebuah perguruan dan memiliki banyak murid pula. Teringatlah ia pada sang guru. Ia berniat untuk menunjukkan hasil pengabdiannya selama ini. Ia lalu menulis sebuah kitab yang berisi ajaran-ajaran kebijakan. Kitab itu diberi judul "Kitab Delapan Mata Angin" karena bila orang mengamalkan isi kitab itu maka ia akan tetap tegar dalam kebenaran meski didera angin badai dari delapan penjuru mata angin. Ia mengutus seorang muridnya untuk mengantarkan kitab itu pada gurunya di seberang pulau.

Sang guru menerima kiriman "Kitab Delapan Mata Angin" dengan suka cita. Namun, setelah membaca isinya, tanpa terduga-duga beliau mencorat-coret sampul kitab itu dengan tulisan : "Kamu tak lebih dari angin kentut belaka". Kemudian Sang guru mengembalikan kitab itu.

Betapa terkejutnya si murid ketika menerima dan membaca tulisan sang guru. Mukanya merah padam. Ia memutuskan untuk menemui gurunya dan meminta penjelasan apa maksud tulisan itu. Bergegas ia melepas tali perahu dan mendayung sendiri menemui gurunya.

Sesampai di sana, ia langsung bertanya pada gurunya, "Apa maksud guru menulis kata-kata kotor seperti ini ?"

Jawab sang guru dengan kalem : "Lho..., katanya kamu mampu bertahan dari gempuran angin badai yang datang dari delapan penjuru mata angin. Tapi, mengapa, hanya dengan tiupan angin kentut saja, sudah membuatmu terpental dari seberang sana ke pulau terpencil ini, heh..?"

Mendengar jawaban gurunya, ia langsung menyesali kesalahannya.

Kisah ini menyiratkan pelajaran bahwa setinggi apa pun kebijakan yang terucap dari bibir atau tertulis di buku tidak akan lebih berarti dibandingkan dengan apa yang terpatri dalam hati. Jadi, sebelum memamerkan ilmu pengetahuan Anda, perbaharuilah hati Anda terlebih dahulu.

Sumber : Winksite.com/jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami