Pada abad ke-14 (1305-1378), semata-mata demi alasan politis, Kepausan pernah berpindah dari Roma ke Avignon. Di istana ini sembilan paus sempat menggurat sejarah, menjadikan Avignon sebagai magnet kepemimpinan Katolik. Kini, bangunan ini berperan sebagai museum yang dikunjungi sekitar 60 ribu wisatawan dari belahan dunia setiap tahunnya.
Setelah Benediktus
XI wafat pada 1304, terjadi perseteruan panjang dalam konklaf antara para cardinal
Prancis dan Italia. Sebagai jalan tengah, diangkatlah Uskup Bordeaux yang
dianggap netral, sebagai paus dengan nama Klemens V. Ternyata, jalan tengah itu
tidak berarti tidak condong sebelah. Klemens V memutuskan untuk memindahkan kepausan
ke Avignon, sebuah daerah yang saat itu masih di bawah kekuasaan Roma, namun secara geografis dan politis sangat dipengaruhi Prancis.
Kemegahan arsitektural
Palais des Papes (Istana Kepausan) tersohor sebagai bangunan bergaya gotik terbesar
di dunia. Luasnya mencapai 15 ribu meter persegi, setara empat buah katedral. Pembangunannya
memakan waktu kurang dari 20 tahun, dari 1335-1352, di bawah kepemimpinan Paus Benediktus
XII dan penerusnya, Klemens VI. Di langit-langit kapel dan kamar paus, terpajang lukisan dinding nan indah karya seniman Italia, Matteo Giovannetti.
Kesatria Templar
ordo yang saat itu berwenang mengelola keuangan Gereja, pernah menyulut dendam Raja
Prancis Philippe IV, dengan menolak memberikan pinjaman uang kepada sang raja.
Melalui Klemens V, ia berhasil menganulir keputusan gereja dan menfatwakan Kesatria Templar sebagai bidah. Perburuan besar-besaran pun dilakukan.
Bagi Petrarca, penyair
Italia yang kemudian dikenal sebagai pelopor humanisme, Avignon adalah perpaduan
antara cinta dan benci. Kritik-kritiknya terhadap kehidupan gereja, berbalas reguk
tidak hanya cintanya kepada Laure de Sade, tetapi juga jendela menuju literature
klasik. Dia beberapa kali bertemu dengan para cendikiawan di Avignon berkat koleksi
pustaka Istana Kepausan yang saat itu menjadi perpustakaan terkaya di Eropa.
Museum Palais
des Papes bahkan menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1995. Dalam sejarahnya, museum ini hanya tinggal
menjadi kenangan bagi Gereja Katolik Roma sejak Revolusi Perancis meledak hingga
tahun 1791 dan museum ini secara penuh berpindah tangan menjadi bagian dari
Perancis.