6 Kasus ‘Salah Paham’ Dalam Pernikahan
Sumber: tembok-keju.blogspot.com

Marriage / 21 March 2016

Kalangan Sendiri

6 Kasus ‘Salah Paham’ Dalam Pernikahan

Lori Official Writer
4217

Banyak orang yang berpikir bahwa pernikahan adalah sesuatu yang lebih mudah dan membahagiakan. Namun pada kenyataannya, rata-rata pasangan menikah mengaku sudah melewati beragam tantangan dan persoalan rumah tangga, yang bahkan tak mereka duga-duga sebelumnya. Sebagian besar kasus itu disebabkan oleh kesalahpahaman paradigm tentang pernikahan ini. Lalu apa saja kasus yang sering dialami pasangan menikah? Simak 6 kasus kesalahpahaman pernikahan ini.

Kesalahpahaman 1 : kasus 'Tingkat Kesulitan'

Dulu saya mengira pernikahan adalah sesuatu yang jauh lebih mudah dari yang saya alami sekarang. Saya berpikir bahwa begitu kami menikah, secara otomatis pasti kami akan langung bisa menyesuaikan diri, ya kurang lebih seperti Ken dan Barbie-lah. Saya pikir cinta pasti akan membawa kami meluncur berdua tanpa halangan yang berarti. Atau paling tidak, semua masalah yang kami hadapi pasti dapat diatasi dengan cara yang paling romantis seperti di film Hollywood atau di sineton-sinetron Indonesia.

Tetapi nyatanya didalam hubungan sebuah pernikahan, sangat sedikit hal yang bisa 'terjadi secara otomatis'.

Pernikahan adalah sebuah pekerjaan yang kadang penuh kerikil, penuh keringat dan penuh ketidaknyamanan. 'Tingkat kesulitan' dalam pernikahan ternyata tinggi, bahkan kira-kira sama sulitnya dengan meredakan badai! Atau minimal seperti mencari parkir di Cilandak Town Square Jakarta  pada malam minggu yang ramai. Susah banget! 

Akhirnya saya sampai pada satu kesimpulan bahwa hanya Tuhanlah yang dapat membuat sebuah pernikahan berjalan dengan sangat baik. Jalan-jalan Tuhan dalam menjaga sebuah pernikahan adalah salah satu mujizatNya yang terindah. Cara Tuhan membuat dua orang yang berbeda tetap terikat dengan sempurna dalam sebuah pernikahan benar-benar sesuatu yang jauh lebih besar daripada yang dapat manusia pikirkan!

Kesalahpahaman 2 : kasus 'Segala Tahu'

Ketika saya baru menikah selama beberapa bulan, saya berpikir jika Samuel (suami saya) benar-benar mencintai saya, dia seharusnya jadi 'si segala tahu'. Dia seharusnya sudah tahu secara otomatis apa yang sedang saya pikirkan, rasakan dan butuhkan tanpa saya perlu capek-capek bicara. Dan kalau dia lalai melakukannya, saya bisa saja berkesimpulan bahwa dia tidak mencintai saya lagi.

Sebuah terobosan yang luar biasa bagi saya pada akhirnya untuk menyadari bahwa Samuel sebenarnya ingin melakukan yang terbaik sebagai seorang suami. Dia ingin memenuhi semua kebutuhan saya sebisa mungkin. Tapi dia bukan komputer. Dia tidak akan tahu apa yang saya butuhkan jika saya tidak bilang padanya!

Setelah melalui proses itu, jadilah tahun-tahun yang kami lalui sebagai jalinan komunikasi yang indah. Saling berbagi perasaan, pikiran, mimpi, harapan dan kebutuhan satu sama lain. Sebagai konsekuensinya, kami menjadi semakin baik dalam saling membantu dan saling menjawab kebutuhan satu sama lain.

Kesalahpahaman 3: kasus 'Kunci Kebahagiaan'

Sebelum saya menikah, saya pikir 'bahagia' berarti 'mendapatkan apa yang saya mau'. Setelah menikah saya belajar bahwa 'bahagia' berarti 'mencintai dan mensyukuri apa yang saya miliki sekarang'.

Kesalahpahaman 4: kasus 'Sop Buntut'

Pada awal pernikahan, kami berdua masih kuliah sekaligus bekerja. Samuel bahkan mengambil "part time job' di dua tempat yang berbeda. Karena itu, kami berdua jadi jarang bertemu. Kesalahpahaman saya terletak di pemikiran bahwa sebuah pernikahan dapat berjalan seratus persen normal dengan keadaan demikian.

Setelah sekian lama, saya belajar bahwa meramu pernikahan kurang lebih sama dengan meramu sop buntut. Rasanya hanya akan lezat jika bumbu yang dimasukkan kedalamnya benar-benar lengkap. Jika anda dan pasangan selalu tenggelam dalam kesibukan masing-masing dan tidak pernah mengambil waktu untuk sharing, untuk jalan bareng, untuk makan malam berdua, bercanda bersama atau benar-benar berduaan dan membagi waktu romantis di rumah, pernikahan anda akan terasa hambar, bahkan tidak enak seperti air putih dicampur daging mentah. Aneh sekali rasanya!

Kesalahpahaman 5: kasus 'Momen Yang Paling Penting'

Saya sempat berasumsi bahwa momen atau hari terpenting dalam pernikahan kami ialah pada saat ulang tahun pernikahan, tahun baru, valentine, atau acara kumpul keluarga. Seiring waktu, ternyata saya menemukan bahwa hari yang paling penting dalam pernikahan adalah hari ini. Lakukan sesuatu yang indah hari ini juga!

Kesalahpahaman 6: kasus 'Sanggup Menahan Tanpa Mengeluh'

Saya harus mengakui bahwa pemikiran saya tentang pernikahan dan Tuhan sempat benar-benar keliru. Saya berpikir bahwa kalau akhirnya sebuah pasangan sudah benar-benar terjebak dalam suatu pernikahan yang buruk, Tuhan ingin pasangan itu diam dan tabah sampai kepahitan itu hilang sendiri. Ini salah! Kita memang harus tabah karena Tuhan ingin agar sebuah pasangan tetap bersatu. Tetapi tabah tidaklah cukup. Dia menginginkan agar kita berbuat sesuatu yaitu dengan tetap setia berdoa dan setia mencintai pasangan kita seburuk apapun keadaannya. Dia menginginkan kita untuk memberiNya waktu dan tempat untuk membuat pernikahan buruk tadi menjadi sesuatu yang indah dan kuat sehingga dapat menjadi saksi kepada pasangan lain tentang kebaikan Tuhan.

Jangan memiliki harapan yang rendah terhadap kuasa Tuhan atas pernikahan. Pernikahan seburuk apapun pasti bisa diperbaiki dengan sempurna oleh tanganNya yang ajaib!

Sumber : Claire C. dan Karla W. cbn
Halaman :
1

Ikuti Kami