Efesus 4: 26
Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu.
Menjadi marah namun tidak berbuat dosa? Bukankah ini terdengar aneh bahwa seseorang marah tanpa berbuat dosa? Bagaimana mungkin marah bukan dosa sementara dosa dikenal sebagai sesuatu hal yang menginfeksi semua yang kita pikirkan, katakan dan lakukan?
Kutipan [kitab]Mazmu4:4[/kitab] yang disampaikan Paulus kepada jemaat di Efesus seolah menyampaikan bahwa tidak semua kemarahan umat Kristen berakar pada kesombongan dan keegoisan alami kita. Ada kemarahan yang berasal dari dosa turunan, karakter bawaan, dan bahkan dari karakter yang rusak akibat penggunaan pikiran dan lidah yang buruk. Sementara kemarahan yang pernah dilakukan Paulus yang sudah dipenuhi Roh Kudus dianggap kemarahan yang benar.
Lalu apa maksud marah tetapi tidak berbuat dosa itu?
Marah yang benar adalah kemarahan yang membuat Allah juga ikut marah. Tuhan tidak pernah menginginkan kemarahan. Pada dasarnya, Allah itu benar. Namun murka-Nya lah yang kemudian memperbaiki yang tidak benar.
Kebenaran Tuhan menjadi sempurna dalam caranya sendiri. Demikian apa yang diucapkan Yesus dalam Markus 10: 18, “Jawab Yesus: "Mengapa kau katakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja.” Tuhan juga punya standar tertentu akan apa yang Ia katakan (Ibrani 6:5) dan apa yang Tuhan lakukan (Mika 6:8).
Allah marah karena umat-Nya melanggar kebenaran-Nya. Saat hal itu terjadi, Allah mengambil respon dengan menuntut keadilan yang sepadan terhadap mereka yang melakukan pelanggaran. Kemarahan demikianlah yang dipandang orang Kristen sebagai marah yang benar. Kita perlu marah jika seseorang melanggar firman Allah dan menyimpang dari kebenaran-Nya.
Lalu bagaimana kemarahan yang berdosa itu?
Manusia yang jahat (Lukas 11: 13), tidak ditandai dengan kemarahan yang benar tetapi kemarahan yang berdosa. “..sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah (Yakobus 1: 20)”. Kemarahan yang berdosa merupakan kemarahan yang timbul lebih karena keegoisan dan ketidaknyamanan kepada orang lain (baca kisah anak sulung di Lukas 15: 28 dan kisah Yunus yang marah kepada Tuhan di Yunus 4: 9-11).
Kemarahan yang berakar dari dosa kita hanya akan menimbulkan perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, fitnah, bisik-bisikan, keangkuhan, dan kerusuhan (2 Korintus 12: 20). Sementara kemarahan yang benar didorong karena kasih yang tulus. Seperti Tuhan yang adalah kebenaran, dan juga kasih (1 Yohanes 4: 8). Dan kasih itu sabar (1 Korintus 13: 4).
Itu sebabnya, Allah berulangkali menggambarkan dirinya sebagai penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih dan setia-Nya (Keluaran 34: 6; Bilangan 14: 18; Nehemia 9: 17; Mazmur 86: 15; 103: 8; 145: 8; Yoel 2: 13; Yunus 4: 2; Nahum 1: 3).
Berikut ciri-ciri kemarahan yang tidak berdosa menurut Kristen:
1. Kemarahan
yang benar disebabkan oleh kejahatan yang melanggar kekudusan dan kebaikan Allah. Saat orang benar tersiksa dengan kejahatan yang ada disekitarnya, maka Tuhan
akan bertindak menyelamatkan orang-orang benar itu dan menghukum mereka yang jahat
(2 Petrus 2: 7-8).
2. Kemarahan yang benar harus didasari oleh keteladan
diri sendiri (Matius 7:5). Sebelum menegur dan marah terhadap tindakan buruk
orang lain, ada baiknya memeriksa diri terlebih dahulu.
3. Kemarahan yang benar menimbulkan duka yang mendalam karena penyimpangan yang dilakukan seseorang. Hal ini digambarkan seperti saat Yesus marah di Bait Allah dan berduka atas apa yang dilakukan orang-orang saat itu di rumah Tuhan (Matius 23: 37).
4. Kemarahan yang benar dibentuk oleh kasih Allah dan oleh karena itu kita mengambil waktu untuk mengungkapkannya pada waktu yang tepat. “Sebab penghakiman yang tak berbelas kasihan akan berlaku atas orang yang tidak berbelas kasihan. Tetapi belas kasihan akan menang atas penghakiman. (Yakobus 2: 13)”.
5. Kemarahan yang benar dilakukan dengan tindakan ketika hal itu diperlukan. Beberapa bentuk kejahatan mendorong kita untuk segera bertindak dan berbicara. Seperti dalam kasus pembantaian terhadap anak-anak, perdagangan manusia, perbudakan, perzinahan, kemiskinan, penganiayaan dan kejahatan lainnya (Amsal 24:11).
Kita memang bukan manusia sempurna, tetapi kita bisa belajar untuk terus bertumbuh dalam kasih karunia sehingga kita bisa bertindak sesuai dengan kebenaran-Nya. Yesus berkata, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. (Yohanes 14:15)”. Dan salah satu perintahnya dalam Alkitab adalah, “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa”.
Apakah artikel ini memberkati Anda? Jangan simpan untuk diri Anda sendiri. Ada banyak orang di luar sana yang belum mengenal Kasih yang Sejati. Mari berbagi dengan orang lain, agar lebih banyak orang yang akan diberkati oleh artikel-artikel di Jawaban.com seperti Anda. Caranya? Klik di sini.
Sumber : Desiringgod.com/jawaban.com/ls