Bersiap untuk yang Terburuk
Sumber: Google

Kata Alkitab / 25 January 2016

Kalangan Sendiri

Bersiap untuk yang Terburuk

daniel.tanamal Official Writer
4913


"Mengharapkan yang terbaik, mempersiapkan yang terburuk." Sebuah nasehat yang baik untuk kita semua. Kalimat itu senada dengan petuah kuno yang mengatakan "On a good day, enjoy yourself; On a bad day, examine your conscience. God arranges for both kinds of days. So that we won't take anything for granted." (PKH)

Kalimat di atas merupakan nasehat kuno dari seorang raja yang sangat terkenal di Timur Tengah. Kalau disimak dengan seksama, kita akan menemukan sebuah hikmah yang bisa menjadi modal hidup. Semua orang tahu bahwa hidup itu bagaikan roda, ada saat di bawah, ada pula saat di atas. Putaran waktu itu tidak bisa dihentikan. Ada hari baik, ada hari yang tidak baik, ada kelimpahan ada pula saat kekurangan.

Semua sudah diatur oleh mesin waktu. "Bagi segala sesuatu ada waktu dan caranya sendiri, tetapi sedikit sekali yang kita fahami! Tidak seorang pun tahu nasib apa yang menanti, dan tak ada yang dapat mengatakan apa yang akan terjadi."

" ..bergembiralah jika engkau sedang mujur. Tetapi kalau engkau ditimpa bencana, jangan lupa bahwa Allah memberikan kedua-duanya. Kita tak tahu apa yang terjadi selanjutnya."

Jangan lupa bergembrira, karena hati yang gembira adalah obat yang manjur. Bukan hanya saat hari baik kita bergembira, saat hari 'kurang baik' kita harus berusaha menemukan sukacita. Alasannya sangat jelas, kedua hari tersebut diijinkan oleh Allah untuk dialami oleh setiap anak manusia. Jangan hanya menerima yang baik dan menolak yang buruk. Sebab jika Allah memberikan keduanya pasti ada maksud dibalik semuanya. Bukankah Allah turut bekerja sama dalam segala perkara untuk mendatangkan kebaikan?

Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!" Kalimat ini ditulis oleh seorang hamba Allah yang sedang dipenjara dan menderita penyakit. Ia tahu bahwa saat masa sulit datang, manusia sedang diberi kesempatan untuk mengevaluasi hati nurani. Tidak semua kesulitan dan musibah merupakan upah kesalahan atau dosa yang kita lakukan. Namun merupakan ladang yang paling subur untuk pertumbuhan iman. Makanya jangan takut menghadapi pergumulan, kegagalan dan kesulitan yang menghadang perjalanan ini.

Tepatnya 17 tahun yang lalu, kami pernah menjadi pengungsi di Pangkalan Angkatan Laut, Ambon. Itu semua karena konflik berkepanjangan yang berbau SARA. Tinggal di sebuah gedung TK yang kotor. Tidur dilantai beralas tikar, makan apa adanya. Untuk mendapat nasi putih harus mengantri berjam jam. Tidak ada kepastian kapan perang akan berakhir. Tiap hari mendengar ledakan bom rakitan atau letusan senjata. Keadaan itu membuat kami pindah ke Bali. Dengan modal dua koper, sandal jepit dan celana pendek, kami naik pesawat Hercules sambil berdiri selama beberapa jam. Memang semua terasa "pahit" dan memilukan. Belum lagi cemooh dan kalimat yang melecehkan "kamu itu pemimpin yang penakut dan tidak beriman". Lengkap sudah penderitaan yang kami alami. Namun ternyata semua itu dipakai oleh Allah untuk mengarahkan kehidupan kami supaya lebih berhasil dan berdampak.

Makanya jangan pernah menyesali hari buruk, karena Allah bisa menjadikan hari itu sebagai 'titik balik' dalam hidup. Jangan sakit hati karena dicemooh orang, karena mereka tidak tahu apa yang sedang Anda hadapi. Siapa tahu cemooh itu memang diijinkan mendera Anda, untuk menguji nurani. Makanya berterima kasihlah kepada mereka yang pernah mencemooh, menggosipkan atau menjelekan Anda. Mereka telah dipakai oleh Allah untuk membentuk karakter dan iman kita. Datangi mereka dan katakan "terima kasih musuhku, Anda telah menjadi bagian dari proses keberhasilan. Undang mereka makan malam dan berkati dengan doa. Pasti Anda akan bertambah bahagia.


*Penulis adalah Pdt Paulus Wiratno
Sumber : Pdt Paulus Wiratno (diedit seperlunya tanpa mengurangi atau menambah maksud penulisan, oleh Daniel Tanamal - Jawaban.com)
Halaman :
1

Ikuti Kami