Yuliana: Di Depan Mataku, Tubuh Ibu Terbakar Api
Sumber: JC Channel/Youtube

Family / 18 January 2016

Kalangan Sendiri

Yuliana: Di Depan Mataku, Tubuh Ibu Terbakar Api

Theresia Karo Karo Official Writer
7817

Berbicara dengan orang tua sendiri dirasa Yuliana sangat sulit. Melihat bahkan menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga menjadi kepahitan yang dipendamnya sejak kecil. Yuliana muda bahkan sempat berniat untuk membunuh ayahnya sendiri, karena tidak tahan lagi menerima pukulan dan kemarahan dari ayahnya.

“Saya tidak akan pernah lupa kejadian itu. Orang yang saya paling sayangi terbakar dalam kobaran api. Tangan yang selalu memeluk dan wajah yang selalu tersenyum meski sakit, kini tidak lagi ku dapatkan” ujar Yuliana.

Sejak kedua orang tua Yuliana menikah, hanya satu hal ini yang menjadi masalah. Ayahnya selalu ingin memiliki keturunan anak laki-laki. Akan tetapi kenyataannya berbeda, kelima anak yang lahir adalah perempuan. Inilah yang membawa perubahan dalam hidup ayahnya. “Bapak sering marah-marah dan menyakiiti ibu. Apa yang dilakukan mama selalu salah dihadapan bapak,” jelasnya.

Selain Sang istri, ayah Yuliana bahkan tidak segan untuk memukuli anak-anaknya yang masih kecil. Meski diperlakukan buruk, tidak pernah sekalipun mama dari Yuliana melawan. Setiap hari, dia bahkan sangat setia menunggu suaminya pulang meski hingga larut malam.

Memiliki pekerjaan yang mumpuni, ayahnya tentu memiliki penghasilan yang cukup baik. Akan tetapi tidak semua dari penghasilannya itu diberikannya kepada istri dan anak-anaknya. Curiga, satu kali mama dari Yuliana nekat membongkar tas suaminya yang dikira menyembunyikan banyak uang. Benar saja, uang memang ditemukan dalam tas suaminya. Akan tetapi yang lebih mengejutkan lagi adalah kehadiran satu foto balita laki-laki di dalamnya. “Saat itu saya melihat reaksi mama yang ‘panas’ dan menyakitkan. Meski dia berusaha tenang,” terang Yuliana.

Dia menganggap mamanya sebagai seorang wanita yang sangat sabar sebagai seorang istri. Meski mengetahui Sang suami selingkuh dan mempunyai anak laki-laki, ibunya tetap memaafkan. Melihat itu, Yuliana mengaku kesal. Dia sangat ingin bisa membela mamanya.

“Sempat saya berpikir. ‘Seandainya saya dilahirkan sebagai laki-laki Tuhan, saya pasti bisa melawan bapak. Tapi kenapa saya lahir sebagai perempuan?’ Hal inilah yang membuat saya bertambah benci dan luka semakin dalam terhadap bapak,” paparnya.

Yuliana tidak pernah menyangka bahwa pertengkaran kedua orang tuanya akan berubah menjadi pengalaman paling menyakitkan dalam hidupnya. Satu hari saat dirinya terlelap, Yuliana terbangun karena teriakan Sang ibu. Bergegas bangun dan keluar dari kamar, dia mendapati ibunya sudah dilalap api. Sementara ayahnya hanya berdiri di samping kulkas, tidak bergeming melihat istrinya yang berusaha memadamkan api. Saat itu Yuliana hanya bisa teriak, memohon pertolongan untuk menyelamatkan ibunya.

Setibanya di rumah sakit, Yuliana yang masih terkejut tidak banyak mengatakan apa-apa. Dia hanya bisa menangis melihat orang yang paling dikasihinya dengan luka bakar di sekujur tubuh. “Saya membayangkan ketika tangan kena percik minyak panas saja sudah sakit. Apalagi mama terbakar api hampir seluruh tubuh. Itu menyakitkan saya. Saya menyimpan dendam yang sangat besar di hati,” kenangnya.

Satu kali saat saudara mengunjungi ibunya, Yuliana tidak sengaja mendengar seluruh kronologi sebenarnya. Saat tahu ini adalah ulah ayahnya, di hati Yuliana timbul niat untuk membunuh Sang ayah. “Kalau saya punya kemampuan untuk membunuh bapak, saya akan bunuh bapak.”

Setelah ibunya diperbolehkan pulang ke rumah, Yuliana sepenuh hati menjaga dan merawat ibunya. Saat itulah ibunya meminta Yuliana untuk memaafkan Sang ayah. Kesal, Yuliana tetap tidak bisa mengampuni segala perbuatan ayahnya. Tidak lama, akhirnya Sang ibu menghembuskan nafas terakhir. Sebelumnya, sayup Yuliana mendengar ibunya berkata demikian, “Tuhan, aku melepaskan pengampunan kedalam tanganmu. Kuserahkan hidupku”.

Setelah kepergian ibu, Yuliana juga harus menghadapi kenyataan lain. Hukum menjatuhkan vonis 10 tahun penjara kepada Sang bapak. Meski begitu, tetap saja Yuliana tidak bisa memaafkannya. Dia hidup dengan rasa benci, dendam, dan takut kepada ayahnya.

Berjalannya waktu, Yuliana bertemu dengan seorang pembimbing rohani. Inilah yang kemudian menjadi titik balik dalam hidupnya. “Ayat Alkitab di Ulangan 5:16 selalu tergiang-ngiang di hati saya. Kalau saya tidak mengampuni bapak saya, kalau tidak memberikan maaf, ini artinya saya sedang tidak menghormati dia.”

Dia belajar untuk tidak hidup di dalam dendam dan kepahitan. Dia sadar bahwa orang yang hidup dalam dendam dan kepahitan tidak akan pernah berhasil dalam hidupnya. Pengorbanan Yesus menuntunnya untuk melepas pengampunan kepada orang lain dan sekaligus ‘mematikan’ egonya.

“Saya teringat karya Salib Tuhan. Bagaimana manusia masih hidup dalam dosa, namun Yesus rela datang ke dunia untuk menebus dosa manusia, termasuk saya. Ini membuat saya mengambil keputusan untuk saya mengampuni bapak, menerima dia, dan hidup dalam damai” ucap Yuliana.

Meski tidak mudah, dia tahu bahwa Tuhan yang akan memampukan dan memberi kekuatan padanya untuk melepas pengampunan penuh. Saat Yuliana minta maaf kepada Sang ayah, sungguh ajaib mukjizat yang diterimanya. Perasan benci tadi berubah menjadi rasa sayang yang tulus.

“Saya hidup dengan damai sejahtera, saya mengalami kebebasan, kemerdekaan, tidak lagi hidup  dalam ketakutan.” Kini meski Sang ayah telah berpulang, Yuliana tidak pernah takut melangkah ke depan. Sebab dia tahu bahwa dia punya Bapa yang kekal, yaitu Tuhan Yesus.

Apakah artikel ini memberkati Anda? Jangan simpan untuk diri Anda sendiri. Ada banyak orang di luar sana yang belum mengenal Kasih yang Sejati. Mari berbagi dengan orang lain, agar lebih banyak orang yang akan diberkati oleh artikel-artikel di Jawaban.com seperti Anda. Caranya? Klik di sini.

Sumber : Yuliana
Halaman :
1

Ikuti Kami