Kasih Terbesar

Kata Alkitab / 12 January 2016

Kalangan Sendiri

Kasih Terbesar

Lori Official Writer
4132

Pada suatu pagi yang sunyi di sebuah desa kecil di Korea, terdapat bangunan kayu mungil yang atapnya ditutupi oleh seng-seng. Itu adalah panti asuhan dimana anak yang ditinggalkan orang tuanya meninggal akibat perang ditampung.

Tiba-tiba, kesunyian itu dipecahkan oleh bunyi mortir yang jatuh di atas rumah tersebut. Atapnya hancur oleh ledakan, dan kepingan-kepingan seng berhamburan ke seluruh ruangan sehingga membuat banyak anak terluka. Ada seorang gadis kecil yang terluka parah dibagian kakinya. Dia terbaring di atas puing-puing ketika ditemukan oleh P3K, lalu segera membopongnya ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan.

Ketika para dokter dan perawat tiba, mereka mulai memeriksa anak-anak lain yang terluka, termasuk si gadis kecil. Sang dokter menyadari bahwa pertolongan yang paling dibutuhkan gadis tersebut adalah darah. Dia pun segera melihat arsip yatim piatu itu untuk mengetahui apakah ada orang yang memiliki golongan darah yang sama.

Perawat yang fasih berbahasa Korea mulai memanggil nama anak-anak yang memiliki golongan darah yang sama. Setelah mengumpulkan anak-anak itu, dokter mulai berbicara kepada mereka. “Apakah ada diantara kalian yang bersedia memberikan darah untuk gadis kecil ini?” Anak-anak tersebut tampak ketakutan, dan tak seorang pun yang berani berbicara. Sekali lagi dokter mulai memohon, “Tolong, apakah ada di antara kalian yang bersedia memberikan darahnya untuk teman kalian, karena jika tidak ia akan meninggal!”

Akhirnya, ada seorang bocah laki-laki di belakang mengangkat tangannya. Dengan segera, perawat meminta anak tersebut berbaring di ranjang untuk menjalani proses transfusi darah. Ketika perawat mengangkat lengan anak tersebut untuk membersihkannya, bocah itu mulai gelisah.

“Tenang saja,” kata perawat itu.

“Tidak akan sakit kok”.

Lalu dokter mulai memasukkan jarum, meski si anak agak sedikit menangis.

“Apakah sakit?” tanya dokter.

Tetapi bocah itu malah menangis lebih kencang. “Aku telah menyakiti bocah ini!” katanya dalam hati dan mencoba untuk meringankan sakit bocah itu dengan menenangkannya, tetapi usaha itu gagal. Tangis sang bocah malah semakin menjadi-jadi.

Setelah beberapa lama, proses transfuse spun selesai dan dokter meminta perawat bertanya kepada sang bocah.

"Apakah sakit?”

Bocah itu menjawab, “Tidak, tidak..tidak.”

“Lalu kenapa kamu menangis?” tanya sang dokter.

“Karena aku sangat takut mati” jawab bocah itu.

Dokter itu pun segera tercengang. “Kenapa kamu berfikir bahwa kamu akan meninggal?”

Dengan air mata di pipinya, bocah itu menjawab, “Karena aku kira untuk menyelamatkan gadis itu aku harus menyerahkan seluruh darahku!”

Dokter itu tidak bisa berkata apa-apa lagi. “Tetapi jika kamu berpikir bahwa kamu akan meninggal, kenapa kamu bersedia untuk memberikan darahmu?” Sambil menangis ia berkata, “Karena ia adalah temanku, dan aku mengasihinya!”

Semoga kisah ini mengingatkan kita akan pengorbanan Yesus di kayu salib, meski sekalipun Dia takut dengan kematian, namun karena kasih-Nya yang begitu besar akan manusia, Ia rela mengorbankan darahnya tertumpah di kayu salib. 


Apakah artikel ini memberkati Anda? Jangan simpan untuk diri Anda sendiri. Ada banyak orang di luar sana yang belum mengenal Kasih yang Sejati. Mari berbagi dengan orang lain, agar lebih banyak orang yang akan diberkati oleh artikel-artikel di Jawaban.com seperti Anda. Caranya? Klikdi sini

Sumber : Renungan Harian Kita/jawaban.com/ls
Halaman :
1

Ikuti Kami