Setelah Vatikan menegaskan kembali posisinya mengakui negara Palestina, Israel dan AS menentang pengakuan semacam itu dengan menyebut pakta tersebut prematur dan kontraproduktif. Baik Israel maupun AS bersikeras bahwa satu-satunya cara untuk mengakhiri konflik mematikan itu adalah lewat negosiasi, yang belum mengalami kemajuan selama bertahun-tahun.
Israel juga menyebutkan langkah Vatikan yang tergesa-gesa dapat merusak prospek untuk memajukan kesepakatan damai dan berdampak pada hubungan diplomatik masa depan dengan Vatikan.
Tapi, Tahta Suci di bawah Paus Fransiskus bersemangat untuk memiliki peran diplomatik yang lebih besar di Timur Tengah, di mana banyak warga Kristen telah melarikan diri karena konflik di negara-negara lain seperti Suriah dan Irak.
"Perjanjian ini, dalam aspek penting dari kehidupan dan aktivitas gereja di Palestina, sementara pada saat yang sama menegaskan kembali dukungan untuk solusi negosiasi dan damai untuk konflik di kawasan itu," kata Vatikan.