Angelique Widjaja, Bayar Harga Demi Raih Prestasi di Bidang Tenis
Lori Official Writer
19510
Petenis Angelique Widjaja adalah salah satu atlet muda berprestasi Indonesia lewat prestasinya merebut gelar juara Wimbledon Junior (2001) dan Rolland Garros Junior (2002). Meski sangat berbakat di bidang tenis, yang diakuinya sebagai panggilan hidupnya, namun wanita kelahiran Bandung, 12 Desember 1984 ini tak lekang dari beragam tantangan untuk mencapai puncak prestasi itu.
Angie sapaan akrabnya, mengakui bahwa bakatnya di bidang tenis adalah anugerah yang telah ia terima sejak kecil. Sehingga dengan maksimal Angie akhirnya mampu merebut kedua gelar bersejarah itu di sepanjang karirnya.
“Saya bangga bukan karena saya bisa juara aja, karena diantara yang dua ini (Wimbledon dan Roland Garros) hanya orang Indonesia yang menang, itu hanya saya. Tapi di dalam lubuk hati saya yang paling dalam, itu yang saya paling senang karena saya bisa membanggakan orang tua saya,” jelas Angie.
Namun disaat Angie berada di puncak kariernya, tahun 2004 Angie mengalami cedera pada lututnya dan mengharuskannya beristirahat dari lapangan tenis. Hampir setahun lamanya, Angie harus menelan pil pahit berhenti secara total dari lapangan. “Habis operasi pertama itu kan saya harus stop selama hampir setahun, fisikkan dari nol lagi karena nggak pernah kelihatan di lingkungan tenis itu setahun cukup lama. Saya benner-benner latihannya dari titik nol, dari titik yang paling bawah. Latihannya masih kayak orang yang baru main tenis, tapi menurut saya itu harga yang harus saya bayar karena nggak ada sesuatu pun yang bisa saya dapat dengan instan,” tuturnya.
Untuk kembali lagi bermain di lapangan, latihan itu pun harus dijalankannya dengan kerja keras demi kembali meraih prestasi dalam bidang tenis. Tahun 2007, Angie kembali merebut juara di ajang tim wanita Indonesia dan memenangkan Asean Games, dilanjutkan dengan prestasinya di ajang ITF di Jakarta sekaligus sebagai akhir dari prestasinya di dunia tenis. Entah alasan apa, ia merasa sangat yakin mengambil keputusan untuk gantung raket saat masih di usia produktif.
“Tuhan memberikan saya kekuatan, ketika saya harus mengambil keputusan itu, saya damai sejahtera sih. Saya nggak pernah menyesal dengan keputusan yang saya ambil”.
Setelah pensiun dari lapangan tenis, Angie pun aktif membangun sekolah tenis khusus untuk anak-anak di Jakarta. Ia berharap dengan akademi olahraga ini, tenis dapat menjadi olahraga yang banyak diminati di Indonesia.
Demi kenyamanan Anda selama mengakses Jawaban.com, kami menggunakan cookie untuk memastikan situs web kami berfungsi dengan lancar serta memberikan konten dan fitur yang relevan untuk Anda, dan meningkatkan pengalaman Anda di situs web kami. Data Anda tidak akan pernah diperjualbelikan atau digunakan untuk keperluan pemasaran. Anda dapat memilih untuk Setuju atau Batalkan terhadap penggunaan cookie dalam situs web ini. Learn more