Uskup Agung Fred Hiltz dari Gereja Anglikan Kanada mengajak anggota gereja fokus menyampaikan pesan Natal untuk mendukung para pengungsi Suriah. Ia menilai kisah kelahiran Yesus sangat identik dengan penginapan yang dibutuhkan Maria dan Yusuf untuk sekadar beristirahat.
Hiltz mencatat pengalaman hidup Yesus sebagai pengungsi merupakan penggenapan nubuat Perjanjian Lama dan terus berlanjut sepanjang masa-masa pelayananNya. “Seperti yang kita ketahui, dalam beberapa minggu kelahirannya, Yesus sendiri menjadi pengungsi. Maria dan Yusuf melarikan diri dari tirani Herodes. Mereka membawa anaknya ke Mesir dan di sana mereka menetap untuk beberapa waktu lamanya, dan ketika situasi aman mereka kembali melakukan perjalanan. Sehingga genaplah nats, ‘Dari Mesir Kupanggil anak-Ku’. Dan penginjilan Yesus Kristus dimulai,” terang Hiltz, seperti dilansir Anglicanjournal.com.
Hiltz menghimbau anggota gereja untuk memiliki kesadaran tentang krisis pengungsi dan kebutuhan untuk meresponi hal itu. Mereka juga diminta agar membuka hati dan negaranya untuk memberi para pengungsi tempat untuk berlindung.
“Pada saat Natal ini, mengapa tidak memberikan hadiah tambahan sebagai kesadaran atas hadiah yang telah diberikan kepada kita, melalui junjungan dan penyelamat kita Yesus Kristus, untuk mendukung permohonan atau bantuan lain untuk pengungsi? Mari kita menjadi seperti seperti penginapan yang memang memberikan tempat yang hangat dan aman bagi seseorang yang membutuhkan,” tandasnya.
Selain itu, Hiltz juga berharap agar Natal dan Tahun Baru bisa berjalan dengan baik dan penuh damai.
Sumber : Anglicanjournal.com/jawaban.com/ls