Pat Beck adalah seorang seniman yang bekerja dengan lumpur. Atau tepatnya dengan adobe, campuran lumpur dan jerami. Dari bahan inilah dia membuat patung berwujud aneka bentuk keanggunan primordial yang menawan. Seperti kebanyakan seniman lainnya, dia tinggal di antara bebatuan dan tempat yang keras, antara lumpur dan lubang lumpur, dan kadang-kadang menambah penghasilannya dengan melakukan pekerjaan lain.
Pada tahun 1994, dia dan seorang temannya, Holly, dibayar untuk menangani sebuah proyek seni masyaraat di sebuah kota kecil Magdalena, New Mexico. Magdalena dihuni sekelompok masyarakat di Pegunungan Gallinas di tepi dataran luas St Augustine. Dulu Magdalena adalah pusat pertambangan dan jalan kereta api, tetapi sekarang penduduknya menyusut sampai hanya tinggal sekitar 1000 orang saja.
Untuk memulai proyek mereka, Pat dan Holly mendapat sebidang tanah dekat sisa-sisa kandang ternak, peninggalan masa kejayaan Magdalena sebagai pusat peternakan. Dengan bantuan masyarakat, Holly menciptakan dua ekor sapi raksasa dan seorang koboi. Patung-patung itu seluruhnya terbuat dari barang yang mereka temukan dis ana-sini, seperti bagian mobil rongsokan, gulungan kawat bekas yang disumbangkan oleh peternak yang tinggal di sekitarnya, dan bahkan drum untuk latihan menembak yang sudah berkarat yang diambil dari pekarangan seorang penduduk.
Pat mengajari murid SMU membuat bata adobe, dan dari batu bata itulah Pat sdan masyarakat mendirikan dinding adobe. Murid sekolah dasar diajak membuat berbagai benda dari lumpur dan semua hasilnya digunakan sebagai relief hiasan.
Ketika dinding itu mulai tampak bentuknya, banyak sorang tua dan muda mampir untuk melihat kemajuannya, dan mereka diajak mencetakkan telapak tangan mereka, serta stempel dan inisial mereka pada dinding. Sebagai sentuhan akhir, zat warna tanah dikumpulkan dari tempat permukiman suku Navajo, bagian sejarah utama daerah itu, dan zat warna itu dipoleskan ke dinding itu. Secara keseluruhan, lebihd ari 300 orang ikut berperan dalam proyek itu. Salah satu tamu Pat yang rajin datang setiap hari adalah seorang pensiunan pekerja tambang, Gene. Hampir setiap hari dia membawa sesuatu untuk membantu Pat memahami hari-hari indah di masa penambangan dulu, sebuah gambar contoh bijih dari tambang, dan artikel dari surat kabar tua.
Suatu hari ketika dinding itu sudah hampir rampung, Gene datang seperti biasa. Terdorong oleh suatu inspirasi, Pat mengukirkan wajah si pekerja tambang itu pada dinding. Gene pernah memberinya sebongkah biji yang mengkilap, dan biji itu digunakan untuk membuat lampu di helm di penambang. Setelah selesai, dia menorehkan nama Gene di bawah ukiran kepala si penambang itu. Keduanya mundur selangkah dan mengagumi hasil karya Pat. Lalu, tanpa kata, Gene berbalik pergi. Pat tidak tahu apakah Gene tersinggung atau bagaimana, tetapi 10 menit kemudian dia kembali lagi sambil membawa dua buah pisang yang ranum. Lagi-lagi, tanpa berkata apa-apa, Gene meletakkan pisang itu pada dinding yang sedang dikerjakan Pat, lalu pergi.
Pat sudah menerima dan akan terus menerima pengahrgaan atas karyanya. Tetapi, akankah ada penghargaan yang begitu langka seperti hadiah dua buah pisang yang ranum itu?
Kisah ini menginspirasi kita tentang pentingnya memberikan penghargaan kepada seseorang atas kerja keras dan usahanya. Sekalipun Anda tidak memiliki hal berharga untuk diberikan, berikanlah apa yang Anda bisa berikan sebagai bentuk penghargaan kepada orang lain.
Sumber : Chicken Soup for the Soul/jawaban.com/ls