Renungan Sebatang Pohon
Sumber: www.wallpapersonweb.com

Kata Alkitab / 1 December 2015

Kalangan Sendiri

Renungan Sebatang Pohon

Lori Official Writer
5085

Untuk menjadi sepenting saat ini, sebatang pohon yang gagah dan rindang mulai merenung tentang kejadiannya yang luar biasa. Masa itu bukan masa yang menyenangkan karena betapa banyaknya masa yang dia habiskan hanya untuk menunggu sang biji tumbuh menjadi tunas baru yang muncul dipermukaan tanah. Dalam keheningan, sebatang pohon mulai merenung tentang pelajaran di balik masa-masa penantian itu.

“Dalam kegelapan aku merenung. Mengapa aku harus ditaruh di tanah ini? Mengapa aku belum melihat mentari yang bersinar gagah itu? Mendengar kicauan burung yang merdu dan merasakan desiran lembut angin berhembus?”

Lalu ia melihat di sekelilingnya bagaimana teman-temannya sesama pohon justru tumbuh jauh lebih cepat. “Kami ditanam pada hari yang sama. Tapi lihatlah mereka, begitu cepatnya mereka bertumbuh, keluar mendobrak kegelapan ini”.

“Apakah mereka terlalu kuat dan aku terlalu lemah? Atau apakah keberuntungan memihak mereka dan tidak padaku? Ataukah aku bukanlah sesuatu yang luar biasa seperti mereka? Barang kali aku hanyalah sebuah kebetulan!” gumamnya.

Kala itu si pohon berpikir untuk mematikan saja dirinya dan tak lagi mau tumbuh. Ia lelah dengan kegelapan dan penantian yang begitu lama. Sesaat sebelum melakukan hal itu, ia diingatkan dengan sang petani yang begitu setia menyiram dan merawatnya setiap hari. Ia mulai mengurungkan niatnya.

“Walaupun dia belum melihat aku bertumbuh, tetapi sepertinya dia begitu percaya bahwa aku masih hidup. Dan dia begitu yakin bahwa suatu hari nanti akupun akan dapat mendobrak kegelapan ini. Demi petani itu, aku akan bertahan! Jika aku tidak tumbuh, aku akan merambat ke bawah. Aku akan menguatkan akar-akar kokohku sampai mencapai sumber mata air. Aku tidak akan mengecewakan petani setia itu!”

Setelah berusaha melakukan hal itu, sebuah tunas baru pun menerobos permukaan tanah. Sebuah kehidupan baru yang tak pernah terlintas dalam benak si pohon. Kali itulah ia menyaksikan mentari yang bersinar, mendengar kicau burung dan merasakan lembutnya hembusan angin. Si pohon kecil terus tumbuh menjadi lebih besar dan rindang.

“Aku menjadi begitu besar dan rindang. Sehingga burung-burung bersarang di lengan-lengan kokohku. Buahku dapat dinikmati. Orang-orang bahkan suka sekali berteduh di bawah pohon rindangku untuk melindungi diri dari terik matahari yang menyengat”.

Ia mulai menyadari, untuk menjadi sebatang pohon yang sepenting saat ini, dibutuhkan waktu bertumbuh yang lama dan panjang. Bukan karena ia tidak berharga dari pohon-pohon lain di sekelilingnya. Tetapi karena sang pohon dirancangkan untuk sesuatu yang lebih besar.

Bukankah kita juga kerap berpikir seperti sebatang pohon ini? Saat kita menghadapi ujian, tantangan dan persoalan yang tampak begitu besar, kita menyerah pada keputusasaan. Padahal firman Tuhan mengatakan bahwa jikalau pencobaan, ujian, tantangan, persoalan yang kita alami lebih hebat, lebih besar, itu karena kita diberi bagian yang lebih besar dan istimewa. Rancangan Tuhan akan selalu mendapatkan hari depan yang penuh harapan (Yeremia 29:11).


Apakah artikel ini memberkati Anda? Jangan simpan untuk diri Anda sendiri. Ada banyak orang di luar sana yang belum mengenal Kasih yang Sejati. Mari berbagi dengan orang lain, agar lebih banyak orang yang akan diberkati oleh artikel-artikel di Jawaban.com seperti Anda. Caranya? Klik di sini.

Sumber : Airhidup.com/jawaban.com/ls
Halaman :
1

Ikuti Kami