Seorang pria berjalan mendekati sebuah jembatan baja 500 kaki di atas sungai deras. Dia lalu berdiri di jembatan tersebut, menyalakan rokok terakhirnya sebelum bunuh diri. Tidak ada jalan lain. Dia telah mencoba segala hal-hal yang merusak kehidupannya, mulai dari perjalanan dan petualangan, pelampiasan hawa nafsu birahi, minum-minuman dan obat bius.
Dan ia bahkan mengalami kegagalan dalam pernikahan. Tak ada seorang wanita pun yang tahan hidup bersamanya setelah beberapa bulan. Dia terlalu menuntut dan tidak memberi apa pun. Dia merasa tidak berguna dan tidak punya alasan lagi untuk melanjutkan hidup. Sungai akan menjadi tempat yang paling baik, pikirnya.
Tepat pada saat itu, seorang pengemis tiba-tiba lewat, melihatnya berdiri di kegelapan, pengemis itu berkata, “Tolong pak beri saya lima ratus rupiah untuk membeli makanan”. Orang itu tersenyum dalam kegelapan. Lima ratus rupiah! Sungguh jumlah yang tidak berarti bagi si pria, tetapi jumlah itu akan sangat berarti bagi pengemis yang kelaparan itu.
“Saya punya lebih dari itu,” ucap pria tersebut sambil mengambil dompetnya.
“Ini ambil semua,” lanjutnya.
Dalam dompet tersebut terdapat Rp 250.000. Dompet itu lalu diserahkan kepada pengemis itu.
“Lho, mengapa semua?” tanya pengemis itu.
“Tidak apa-apa. Saya tidak membutuhkannya di tempat yang akan saya tuju,” jelas pria itu sambil menunjuk ke bawah ke arah air.
Pengemis itu lalu mengambil dompet tersebut dan berdiri memegangnya dengan sedikit ragu. Kemudian mulai mengucapkan sesuatu. “Tidak pak! Saya memang seorang pengemis, tapi saya bukan seorang pengecut; dan saya juga tidak akan mengambil uang dari seorang pengecut. Bawalah uangmu ke dalam sungai,” terang si pengemis.
Pengemis lalu menyodorkan kembali dompet tersebut. Namun si pria itu masih saja memaksa memberikan dompet tersebut dan si pengemis tetap saja menolak. Ia pun segera pergi.
Pria yang hendak bunuh diri itu pun mulai menarik nafas. Tiba-tiba ia menginginkan pengemis itu untuk mengambil uangnya. Dia ingin merasa berguna dengan menolong pengemis tersebut. Keinginan itu justru terhambat karena tindakan bodoh yang dilakukannya. Dia mulai berpikir mengapa baru saat itu terbersit tindakan untuk melakukan sebuah kebaikan kepada orang lain? Memberi dan menjadi bahagia.
Tampak sebuah senyum di wajahnya. Dan tak lama kemudian dia mulai beranjak dari jembatan memandang derasnya aliran sungai di bawah sana dan beranjak meninggalkan tempat itu. Pria itu mengurungkan niat untuk bunuh diri karena mengetahui satu hal berguna yang bisa dia lakukan untuk memperbaiki segala kegagalan hidup di masa lalu.
Kisah ini mengingatkan kita bahwa seseorang yang mengisi hidup dengan hal-hal yang sia-sia akan membuat hidupnya hampa dan merasa tidak berguna. Satu-satunya pribadi yang bisa mengisi kekosongan dan mengarahkan kita kepada hidup yang berguna hanyalah Tuhan. Ketika kita menyerahkan hidup kita kepada Tuhan, Dia akan memakai hidup kita untuk hal-hal yang kekal dan berguna. Tuhan bisa memakai orang-orang yang berdosa dan putus asa menjadi saluran berkat bagi banyak orang. Namun hal itu hanya bisa kita dapatkan apabila kita mau mengenal dan mengundang Dia hadir di dalam hidup kita setiap waktu. Ingatlah bahwa Tuhan tidak menciptakan seorang manusia pun untuk hidup dalam kekosongan dan kesia-siaan.
Apakah artikel ini memberkati Anda? Jangan simpan untuk diri Anda sendiri. Ada banyak orang di luar sana yang belum mengenal Kasih yang Sejati. Mari berbagi dengan orang lain, agar lebih banyak orang yang akan diberkati oleh artikel-artikel di Jawaban.com seperti Anda. Caranya? Klik DI SINI.
Sumber : Buku Citra Diri/jawaban.com/ls