Kemudian saya dankeluarga mencoba berkonsultasi ke dokter lain dan dokter mengatakan bahwa memang satu-satunya cara untuk mengetahui apa sebenarnya gumpalan tersebut adalah dengan biopsi. Dan apabila hasilnya benar sarcoma maka harus dilakukan kemoterapi dan sebagainya. Saya takut dan sedih sekali membayangkan hal itu.
Atas masukan dari keluarga ,kami mencoba menemui berbagai dokter di Jakarta, Singapura dan China. Selama pergumulan itu banyak keluarga dan teman yang memberi dukungan dan ikut mendoakan. Kakak saya juga membawa saya menemui seorang pendoa, dia mendoakan saya dan berkata bahwa saya harus terus berdoa pada Tuhan. Saya tak henti-hentinya berdoa mengharapkan pertolongan dan mujizat Tuhan. Dan akhirnya setelah berbagai pertimbangan, kami memutuskan untuk melakukan pengobatan dengan Dokter Tan di Singapura. Beliau memutuskan untuk melakukan operasi mengambil seluruh gumpalan tersebut dari dalam lutut saya untuk kemudian diperiksa apakah itu tumor atau bukan untuk kemudianditentukan pengobatan selanjutnya.
Sebelum berangkat ke Singapura Bapak Pendeta juga mendoakan. Tanggal 1 Juli 2009 saya operasi ditemani papa mama dan calon suami. Saat dibawa masuk ke ruang operasi saya takut sekali dan menangis, saya terus berdoa hingga beberapa saat kemudian saya disuntik dan tertidur. Setelah operasi selesai saya masih menginap di rumah sakit selama 4 hari. Sedikit lega karena operasi sudah selesai tapi saya masih cemas karena menunggu hasil lab. Satu minggu kemudian kami kembali ke rumah sakit untuk menemui dokter yang memeriksa gumpalan tersebut dan saya sungguh gembira dan bersyukur ketika dokter mengatakan bahwa gumpalan bukan tumor melainkan gumpalan darah beku sehingga saya boleh pulang ke Semarang dan tidak perlu kemoterapi dan sebagainya, hanya perlu belajar berjalan untuk memulihkan luka pasca operasi. Sungguh Tuhan itu baik. Mujizat-Nya dinyatakan dalam hidupku. Semua yang diizinkan Tuhan terjadi dalam hidup kita bertujuan mendatangkan kebaikan, membawa kita semakin dekat kepada-Nya. Jangan pernah berhenti berharap pada-Nya.
Penulis : Ivana Ratna Dewi