Artikel Pembaca : Yesus, Sang Arsitek Terhebat (Part 1)
Sumber: http://theamericanceo.com

Kata Alkitab / 30 September 2015

Kalangan Sendiri

Artikel Pembaca : Yesus, Sang Arsitek Terhebat (Part 1)

Puji Astuti Official Writer
5496

 Bacaan: Lukas 6: 47-48

“Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mendengarkan perkataan-Ku serta melakukannya – Aku akan menyatakan kepadamu dengan siapa ia dapat disamakan --, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun.”

Wahh.. rumah ini keren banget ya terlihat minimalis tapi megah.. yang punya hebat ya bisa bangun rumah seperti itu. Ketika kita sedang berjalan-jalan di suatu komplek perumahan, mungkin secara tidak sadar kita pernah bergumam seperti itu. Tapi tahukah kalo yang mendesain rumah tersebut, bukan si empunya rumah, melainkan menggunakan jasa seorang arsitek. Yup, seorang arsitek!!

Dalam membangun sebuah rumah, Sang Arsitek bertugas merancang dengan segala detail-nya, dari fondasi rumah, bahan-bahan yang diperlukan, letak ruangan, sambungan listrik bahkan sampai perkiraan biaya yang diperlukan. Sadarkah kita, bahwa tujuan hidup kita seperti membangun sebuah rumah? ‘Rumah’ seperti apa yang akan kita bangun, ditentukan kepada sang arsitek dan si pemilik rumah. Arsitek bisa saja mempunyai rancangan-rancangan yang hebat, tapi hasil akhirnya tetap saja dikembalikan lagi kepada sang pemilik rumah.


Yesus, Sang Arsitek punya rancangan-rancangan yang luar biasa dalam mendesain “rumah” kita. Dia memikirkan dengan sangat detail setiap bagian dalam proses desain tersebut, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membangun setiap bagiannya sehingga benar-benar siap untuk digunakan. Tapi terkadang kita lebih memilih untuk tidak mengikuti Sang Arsitek, kita memilih untuk mengikuti keinginan kita, yang terlihat seolah-olah bagus, lebih cepat dan praktis, yang malah justru menghancurkan rumah tersebut. Kita lebih memilih menggunakan kekuatan sendiri dalam membangun ‘rumah’, memilih menggunakan bahan-bahan yang ‘murah’ daripada mengikuti saran (Firman Tuhan) Sang Arsitek? Sehingga ketika ‘badai’ atau masalah datang, rumah tersebut gampang rusak dan mudah hancur? Ketika rumah tersebut sudah rusak dan hancur, kita baru datang dan menyalahkan Sang Arsitek karena tidak membangunnya dengan benar. Pernahkah kita seperti itu?


Teman, jika kamu merasa hidupmu seperti itu, yukk.. kita berbalik pada Sang Arsitek, kita kembalikan sepenuhnya rancangan-rancangan hidup kita kepada Sang Arsitek terhebat kita, Yesus. Datang pada-Nya,  pelajari dan lakukan Firman Tuhan. Terkadang ‘rumah’ yang sudah rusak tidak dapat diperbaiki, dan perlu dirubuhkan kembali. Mungkin akan terasa sangat sakit dan kecewa ketika kita melihat apa yang sudah kita bangun, tiba-tiba dirubuhkan begitu saja, tetapi percayalah, ketika ‘rumah’ tersebut dirubuhkan, bukan berarti tidak akan pernah dibangun kembali, karena sesungguhnya ‘rumah’ yang terbaik akan dibangun kembali. Bangun kembali rumah kita, gali fondasi yang dalam dan kuat di dalam Yesus. Percayalah, ketika kita sudah membangun ‘rumah’ di atas fondasi yang kuat, tidak ada badai yang dapat menghancurkan ‘rumah’ tersebut. Yeremia 29:11 “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” Aminnnn...


Doa: Tuhan Yesus, terima kasih sudah menyadarkanku, terkadang aku ingin mengambil alih semuanya dalam merancang jalan hidupku. Aku sadar, aku tidak dapat mengandalkan kekuatanku sendiri, Tuhan, pegang tanganku, tuntun jalanku, agar aku tetap berjalan sesuai kehendak dan rancangan-Mu. Apa yang telah rusak dan hancur, aku percaya, Engkau akan membantuku untuk memulihkan dan membangun kembali dengan yang lebih baik. Terima kasih Tuhan Yesus. Amin. 


Penulis : @lydia_oct


Tulisan ini adalah kontribusi dari visitor Jawaban.com, Anda juga dapat berbagi dan menjadi berkat dengan mengirimkan kisah inspiratif, kesaksian, renungan, pendapat Anda tentang isu sosial atau berita yang terjadi di lingkungan dan gereja Anda dengan mengirimkannya ke alamat email : [email protected].

Sumber : Lydia Octaviani
Halaman :
1

Ikuti Kami