Baru-baru ini dunia usaha dikejutkan oleh skandal perusahaan otomotif asal Jerman, Volkswagen. Perusahaan ini harus menarik 11 juta unit kendaraannya dari seluruh dunia karena memanipulasi data uji emisi menggunakan perangkat lunak khusus yang ada pada mobil produksi mereka. Direktur utama VW, Martin Winterkom menyatakan permintaan maaf perusahaan tersebut melalui siaran pers, dan menyebut bahwa perusahaannya telah "mengkhianati kepercayaan" jutaan orang pelanggan mereka.
Karena skandal ini, VW menghadapi ancaman denda, di Amerika Serikat saja denda mencapai $37.500 per mobil. Sejak tahun 2008 hingga 2015 diperkirakan sudah ada 482.000 unit yang terjual, maka denda yang harus dibayar sekitar $18 miliar. Belum lagi ancaman denda dari negara-negara eropa dan yang lainnya.
Selain denda, kerugian yang dihadapi VW adalah jatuhnya nilai saham yang mencapi 17% pada Selasa (22/9) lalu. Total nilai saham VW mencapai 66 miliar Euro atau sekitar 1000 triliun rupiah.
Skandal ini menjadi pukulan telak atas reputasi Volkswagen yang sudah lama dikenal sebagai kendaraan dengan performa tinggi - efesien, akselerasi dan kendali yang baik. Hal tersebut menjadi nilai jual yang penting, terutama di negara-negara maju yang mengharuskan produk ramah lingkungan. VW sendiri memiliki posisi kuat di pasar Amerika Serikat, yaitu perusahaan nomor dua dengan penjualan tertinggi setelah Toyota.
Namun sayangnya, reputasinya kini tercoreng oleh ketidakjujuran. VW tidak mematuhi aturan yang ada, dan melakukan manipulasi untuk mengejar keuntungan. Forbes.com mengelurkan data yang membandingkan VW dengan perusahaan asal Jepang yang menjadi pesaingnya, Toyota. Dari keuntungan, VW unggul dengan pencapaian $237,45 milyar sedangkan Toyota hanya $231,42 Milyar. Namun karyawan VW lebih besar sejumlah 600.000 karyawan, sedangkan Toyota hampir setengahnya yaitu 344.000 orang. Secara kasar kita bisa melihat bahwa Toyota lebih unggul dan produktif.
Membangun reputasi yang baik butuh waktu bertahun-tahun, namun seperti yang dialami oleh Volkswagen, reputasi itu bisa dihancurkan dalam waktu satu malam. Untuk itu sangat penting baik secara personal maupun perusahaan untuk menerapkan nilai integritas. Integritas adalah melakukan apa yang benar kapanpun, bahkan saat tidak ada orang yang melihatnya, apapun keadaannya. Sukses dapat datang dan pergi, namun integritas tinggal tetap, untuk itu sangat penting menjaga integritas.
Namun sering dalam dunia usaha, seseorang melakukan kompromi demi mendapatkan keuntungan yang lebih banyak. Dalam jangka pendek hal itu sepertinya menguntungkan, namun dalam jangka panjang hal tersebut akan menghancurkan bisnis tersebut.
Warren Buffet, Chairman dan CEO of Berkshire Hathaway pernah berkata, “In looking for people to hire, look for three qualities: integrity, intelligence, and energy. And if they don’t have the first one, the other two will kill you.” Tanpa integritas, kejeniusan dan kemampuan terbaik seseorang akan menghancurkan, bukan hanya untuk orang itu, namun orang-orang yang ada disekitarnya.
Investasi terbesar Anda bukanlah saat Anda menaruh uang Anda untuk membangun usaha, namun saat Anda membangun integritas diri dan perusahaan Anda sehingga mendapat kepercayaan para pelanggan Anda. Karena itu, jagalah kepercayaan itu sebaik mungkin.
Apakah skandal ini menjadi akhir dari perusahaan VW, mungkin tidak. Namun mereka akan butuh waktu, usaha dan uang untuk membangun kembali kepercayaan pelanggan. Satu hal yang pasti, kejujuran itu sangat mahal, terlebih di dalam persaingan dunia usaha saat ini. Namun yang satu ini tidak bisa dikompromi.
Sukses tidak hanya diukur dari berapa banyak yang
kita miliki, namun berapa banyak yang kita bagikan. Mari berbagi! Bagikan
artikel ini lewat sosial media Anda dan bawa perubahan positif kepada hidup
mereka. Dan jangan hanya berhenti disitu. Lakukan lebih dengan bermitra dengan
kami (Mitra CBN). More info, KLIK DISINI