Nasihat itu kedengaran masuk akal karena didukung oleh teori yang menyatakan bahwa perut yang penuh saat berenang bisa menyebabkan aliran darah ke organ pencernaan meningkat, sehingga otot-otot kekurangan aliran darah dan memicu kram. Selain itu perenang juga bisa mengalami pusing, sesak napas hingga kehilangan kesadaran.
Teori tersebut mungkin tidak sepenuhnya benar. Dr Roshini Rajapaksa, seorang gastroenterologi di New York University School of Medicine, mengatakan bahwa seseorang yang dalam kondisi perut kenyang dan diikuti berenang secara aktif lah yang menyebabkan kram dan tenggelam. Sedang bagi perenang yang hanya melakukan sedikit gerakan atau berenang santai, kemungkinan berisiko jauh lebih kecil. Sebuah studi menemukan bahwa kecelakaan berenang setelah makan hanya terjadi 1 persen saja secara keseluruhan.
Namun lain hal bila seorang perenang kondisinya makan ditambah dengan minum alkohol. Pada tahun 1989, misalnya, sebuah studi dalam jurnal Peditrics menemukan bahwa dari 100 remaja yang tenggelam di Washington, sekitar 25 persennya disebabkan akibat kondisi mabuk. Satu tahun kemudian, sebuah studi menyatakan bahwa dari ratusan kasus tenggelam pada orang dewasa di California ditemukan sebanyak 41 persen akibat pengaruh alkohol.
Jadi kedua studi ini membuktikan bahwa berenang setelah makan tidak sepenuhnya berisiko tenggelam atau kram, kecuali dalam kondisi tertentu seperti berenang keras dalam kondisi perut kenyang atau mengkonsumsi minuman keras sebelum berenang.
Sumber : Livestrong.com/Nytimes.com/ls