Peduli Anak, 300 Pemimpin Gereja di NTT Bersatu
Sumber: http://humas.kedirikab.go.id/index.php/2

Internasional / 23 July 2015

Kalangan Sendiri

Peduli Anak, 300 Pemimpin Gereja di NTT Bersatu

Theresia Karo Karo Official Writer
4757
Anak merupakan anugerah, yang sudah seharusnya dijaga dan dirawat. Namun belakangan, kasus kekerasan anak semakin santer terdengar. Penelantaran, penculikan, hingga pembunuhan anak sempat menjadi masalah sosial yang sangat menyedihkan di Indonesia.

Oleh sebab itu, gereja Katolik di Provinsi 
Nusa Tenggara Timur berupaya untuk melawan kekerasan anak dengan menggelar kampanye di Kupang pada Rabu (22/7) kemarin. Hal ini dilakukan, sekaligus untuk memperingati Hari Anak Nasional yang jatuh tepat pada hari ini, 23 Juli 2015.

Tidak sendiri, pihaknya juga menggandeng 300 pemimpin gereja di NTT dan para aktivis perlindungan anak ‘Jaringan Peduli Anak Bangsa’ untuk bersama-sama melawan kekerasan terhadap anak. Sekitar 5.000 anak, termasuk anak jalanan dan panti asuhan mendeklarasikan 10 seruan yang ditujukan kepada berbagai pihak.

“Kami anak-anak Nusa Tenggara Timur mendesak keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara untuk membebaskan anak-anak Indonesia, khususnya anak-anak Nusa Tenggara Timur dari segala bentuk kekerasan,” ujar anak-anak ini serentak saat mendeklarasikan salah satu poin.

Harapannya kedepan adalah agar Indonesia dan NTT khususnya, bisa menjadi daerah yang ramah bagi anak. Dilansir dari Ucanews, Wakil ketua Jaringan Peduli Bangsa Pastor Apolonaris Deddy Ladjar mengungkapkan bahwa pihaknya ingin menggugah banyak pihak terutama pemerintah, untuk memberi perhatian kepada anak-anak NTT yang kerap menjadi korban kekerasan.

Berdasarkan keterangannya, saat ini gereja juga tengah berusaha melayani, mengurus anak yang menjadi korban (kekerasan). Mulai dari pencarian data, pendampingan bagi mereka yang mengalami trauma, dan melakukan sosialisasi human trafficking di paroki-paroki pedalamanan. Upaya ini dilakukan, mengingat bahaya besar yang sedang dihadapi anak-anak NTT.

Data dari kepolisian menyebutkan bahwa NTT merupakan provinsi dengan kasus human trafficking terbanyak di Indonesia. Situasi ini dirasanya semakin gawat, karena ada jaringan mafia yang sangat kuat dan sistematis. Sehingga cukup sulit untuk bisa memberantasnya dalam waktu singkat.

“Banyak anak-anak NTT yang dijual dan kemudian diperlakukan sebagai budak, serta yang lain jadi pekerja seks baik di dalam negeri, maupun yang dikirim ke luar negeri,” jelas Pastor Ladjar.

Menanggapi aksi ini, Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Arist Merdeka Sirait, menyambut baik deklarasi tersebut. Dirinya juga mengakui bahwa perlindungan anak-anak di NTT masih terbilang minim. “Maka perlu komitmen orang dewasa, anak-anak dan Gereja memerangi kekerasan itu,” ungkapnya.

Menurutnya, kasus kekerasan sosial adalah yang tertinggi di NTT. Sepanjang tahun 2010-2014, terdapat 21,6 juta kasus kekerasan anak dan 58 persen diantaranya tergolong dalam kekerasan seksual.

“NTT berada di posisi kelima di Indonesia dari 34 kota provinsi untuk kekerasan seksual tersebut,” ungkap Arist. Sedang posisi pertama hingga keempat adalah DKI Jakarta, Makasar, Sumatera Utara, dan Jawa Barat.


Sumber : Tempo/Ucanews.com by tk
Halaman :
1

Ikuti Kami