Ia berpikir bahwa ia punya cara sendiri pula untuk menjalani hidup. Ia mulai suka dengan kekerasan dan parahnya terjerumus dalam narkoba. “Saya jadi pribadi yang kacau, artinya suka kekerasan. Slek sedikit dengan teman, ya, main hajar aja, main pukul aja,” terang Anthony.
Kekecewaan kepada orang tua berujung pada keputusan untuk merusak diri dan masa depannya. Sepulang sekolah, Anthony lebih memilih nongkrong dengan komunitas bandar judi daripada harus kembali ke rumah. Dari kebiasaan itulah dia mulai mengenal dan mencicipi narkoba hingga menjadi pecandu.
Kebiasaan itu terus berlanjut meski sudah dinasihati oleh orang tua. Atau bahkan kehadiran sang calon istri Angel pun tak merubahnya menjadi pribadi yang lebih baik. Narkoba lambat laun memenjara hidup Anthony hingga di suatu waktu ia mengalami overdosis (OD) dan menyebabkan kelumpuhan.
“Di satu momen tertentu saya memutuskan untuk saya pakai dengan dosis yang cukup banyak karena saat itu saya dalam masalah. Saat itu saya sedang frustrasi. Saya merasa, ternyata kalau pun mati karena OD pun yang biasa aja gitu loh. Hal yang, malah bisa dibilang hal yang indah”.
“Ternyata saya mengalami OD dan mengalami kelumpuhan, dari pinggang sampai kaki nggak bisa digerakkan,” terangnya.
Dengan menjalani pengobatan, akhirnya Anthony pun sembuh. Meski kelumpuhan itu tak mengubah keputusan orang tuanya untuk bisa hidup dengan akur dan harmonis. Dalam situasi itu, satu-satunya orang yang ia butuhkan adalah Angel, seorang wanita yang sudah berkorban banyak untuk membuatnya menjadi pribadi yang lebih baik. Anthony memutuskan untuk menikahi Angel dan berkomitmen untuk lepas dari narkoba.
“Tahun 2006, kita menikah. Tapi ternyata kehidupan saya pun nggak berubah. Artinya hidup dengan narkoba, itu terus ada. Walaupun akhirnya saya lakukan secara sembunyi-sembunyi”.
Nahasnya, tindakan itu tidak berlangsung lama. Dia pun kepergok polisi saat melakukan transaksi pembelian narkoba. Hingga akhirnya, penjara pun menjadi rumah sementara baginya.
“Sering kali saya ingatin, bahwa risikonya kamu mau mati atau kamu masuk penjara. Dan ternyata dia masuk penjara,” terang Angel.
Di penjara, Anthony merasakan kesedihan yang mendalam. Ia menyadari bahwa segala hal yang ia lakukan selama ini adalah sia-sia. Ia merasa kehilangan dan mulai merenungi diri tentang hal berharga yang dia bisa lakukan. Untungnya, pencarian kebenaran itu didapatkan oleh Anthony ketika menghadiri sebuah ibadah yang digelar di penjara. Ia tersentuh dengan khotbah yang disampaikan oleh seorang hamba Tuhan. “Ada satu hamba Tuhan yang memberitakan ayat di Yeremia 29 ayat 11. Itu yang saya pegang dalam kehidupan saya. Ketika saya mendengar bahwa sesungguhnya apapun yang terjadi dalam kehidupan saya, Dia Allah yang bertanggung jawab atas hidup saya”.
Anthony memegang ayat tersebut sebagai kekuatan bahwa Tuhan adalah pribadi yang masih menerimanya sekalipun sudah berbuat banyak kesalahan. Komitmen-komitmen baru pun mulai tumbuh dalam hatinya. Sebuah keputusan besar untuk mengubah jalan-jalan hidupnya yang lama. Dia mulai belajar menerima segala kekurangan orang tuanya dan bagaimanapun itu, mereka adalah orang tua yang sudah Tuhan percayakan dalam hidupnya.
Sampai pada hari
kebebasan tiba, Anthony sudah menjadi pribadi yang baru. Dan berkomitmen untuk
kembali ke penjara dengan satu misi, untuk menceritakan sebuah kesaksian tentang perjalanan hidupnya yang telah diubahkan oleh Tuhan kepada banyak orang di dalam sana.