Dimana Bahagiamu?

Kata Alkitab / 9 June 2015

Kalangan Sendiri

Dimana Bahagiamu?

daniel.tanamal Official Writer
4549
<!--[if gte mso 9]><xml> Normal 0 false false false IN X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4 </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin-top:0cm; mso-para-margin-right:0cm; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-fareast-language:EN-US;} </style> <!--[endif]-->

Sahabat, menurut anda negara manakah yang penduduknya paling bahagia di dunia? Amerika Serikat? Bukan. China? Bukan. Uni Emirat Arab? Juga bukan. Menurut sebuah survei yang dilakukan Adrian White dari Universitas Leicester, Inggris, negara yang penduduknya paling bahagia di dunia adalah Denmark. Nomor dua Swiss, setelahnya Austria. Negara kita, Indonesia sendiri berada di urutan ke-64. Peringkat Indonesia ini masih lebih baik dibandingkan Thailand (76), China (82), Jepang (90), Korea Selatan (102), dan India (125).

Apa kunci kebahagiaan orang Denmark? Menurut survei itu, orang Denmark umumnya hidup dengan rasa cukup. Mereka memang tidak sekaya orang Amerika atau orang Jepang, tetapi mereka selalu bersyukur dengan apa yang mereka miliki. Selain itu mereka cenderung punya keinginan yang realistis, tidak berharap macam-macam. Ini membuat kesuksesan sekecil apapun dapat membuat mereka berbahagia. Bila menemui kegagalan, biasanya mereka lebih mudah menerima dan akan berusaha lagi.

Rasul Paulus juga digolongkan sebagai orang yang bahagia. Betul, hidupnya tidak berkelimpahan secara materi. Bahkan tidak jarang ia harus menderita kekurangan dan kelaparan (1 Korintus 11:27). Namun dari surat-suratnya kita bisa melihat, betapa ia tidak pernah kehilangan semangat dan sukacita. Mengapa? Karena Paulus selalu belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan (ayat 11). Kita juga bisa mengalami kebahagiaan, pun jika hidup kita biasa-biasa saja, tidak secemerlang atau sehebat orang lain, asal kita mau belajar mencukupkan diri dan selalu bersyukur dengan apa yang ada pada kita. Sahabat, ingat akan hal ini; Kebahagiaan letaknya tidak di luar diri kita, tetapi di dalam hati kita. Tentunya hati dimana Yesus Kristus berada.





*Ditulis oleh Ayub Yahya dalam bukunya Usah Kau Lara Sendiri – 101 renungan tentang hidup berpengharapan. (dengan beberapa pengubahan teknis)

Sumber : Ayub Yahya
Halaman :
1

Ikuti Kami