Adapun keikutsertaannya dalam gerakan ini didorong oleh keprihatinannya atas tingginya tingkat perokok aktif di Indonesia. Di lihat dari data, Indonesia menjadi perokok aktif terbesar ketiga di dunia. Sehingga, ia menyampaikan bahwa gerakan Anti-Rokok ini sepatutnya digalakkan dengan serius.
Oleh karena itu, mahasiswa jurusan Teknik Planologi Universitas Diponegoro ini menghimbau agar pemerintah, masyarakat dan orang tua turut serta membantu anak-anak muda untuk terhindar dari bahaya mengkonsumsi rokok.
“Di sekolah bisa dimulai dari para guru, jangan merokok di depan murid-muridnya,” tandas Anindya. Ia pun meminta agar orang tua juga ikut serta memberi pembelajaran yang positif kepada anaknya. “Meski awalnya anak itu tidak merokok, tetapi karena sering disuruh beli rokok lama-lama dia akan penasaran, barang apa ini? Dari penasaran itu mereka lalu mulai mencoba,” tambahnya.
Ironis memang, sebab data dari Kementerian Kesehatan menemukan bahwa para pengkonsumsi rokok sudah menjangkau anak-anak usia 7-10 tahun. Pemenang Gadis Sampul 2008 ini pun menyarankan pencegahan dini terhadap penggunaan rokok dengan cara memberi pemahaman tentang bahaya rokok kepada anak. “Upaya menyadarkan anak pada bahaya rokok ini sangat efektif bila disertai contoh,” tandasnya.
Berkenaan dengan
Hari Anak Internasional yang jatuh pada 1 Juni ini pula, kita diingatkan bahwa mengkonsumsi
rokok hanya akan merugikan kesehatan anak serta menghambat pertumbuhan generasi
muda yang sehat. Sehingga kita diajak untuk ambil bagian dalam menyelamatkan generasi bangsa dari bahaya rokok yang mengintai.