Kisah Pembaca : Amazing Prayer
Sumber: www.unlockingthebible.org

Kata Alkitab / 18 May 2015

Kalangan Sendiri

Kisah Pembaca : Amazing Prayer

Puji Astuti Official Writer
4457

Nama saya Widia, saya anak ke 2 dari 6 bersaudara. Saya ingin menceritakan perjalanan hidup saya dan hal tersebut membawa diri saya kepada suatu komitmen di usia yang terbilang muda. Komitmen itu adalah "perjanjian antara saya dengan Tuhan".

Saya berasal dari keluarga yang tidak miskin dan tidak kaya, bisa dibilang serba cukup tetapi tidak berlebihan. Dengan kata lain golongan ekonomi menengah. Ekonomi keluarga yang mulai goyang di saat saya berada di kelas 6 SD. Saat itu saya mulai belajar apa artinya hidup yang sulit. Papa menganggur selama hampir 2 tahun. Hidup saya saat itu tidak begitu sengsara karena masih bisa makan cukup hanya saya mulai melihat pertengkaran antara orang tua. Semuanya masih bisa terkendali hingga saya berada di kelas 2 SMP.

Di kelas tiga SMP barulah saya merasa hidup saya bagaikan mimpi buruk karena untuk makan pun sulit. Mama hamil lagi (anak ke 6) tapi tidak dalam keadaan sehat. Selama hamil dia selalu berobat terlebih lagi usianya menginjak umur 46 tahun. Makin banyak spekulasi tentang bahaya hamil di usia tersebut. Lalu setelah 9 bulan lebih, tiba waktunya untuk melahirkan dengan cara operasi caesar. Setelah melahirkan, mama pun harus berobat jalan, lalu tibalah waktunya kelulusan menuju SMU.

Melihat keadaan ekonomi keluarga yang sedang  buruk saat itu membuat diri saya lebih mengutamakan keluarga. Maksudnya adalah saya sangat ingin masuk ke sekolah pariwisata tetapi karena biayanya besar jadi saya minta ke sekolah swasta yang biayanya lebih rendah dari sekolah pariwisata. Saya pun mengambil jurusan yang berbeda, administrasi perkantoran. Saya pikir itu akan lebih baik melihat keadaan yang ada, walaupun dalam hati saya tidak rela.

Akhirnya saya sekolah di sana tetapi kendala selalu ada, papa yang kerjaannya sepi order (pendapatan sedikit) dan mama yang masih harus berobat jalan hampir 2 tahun usai operasi caesar. Papa dan mama kembali bertengkar karena saya harus melunasi beberapa pembayaran untuk kenaikan kelas 2. Tidak sengaja saya mendengar salah satu dari mereka berkata: "sudah biarkan saja tidak sekolah, berhentikan kalau tidak ada uang". Di saat yang sangat genting itu saya berdoa diam-diam.

Saya bilang kepada Tuhan, Tuhan jangan biarkan saya putus sekolah. Saya sudah mengalah dengan masuk ke sekolah yang bukan impian saya tetapi apakah Engkau masih membiarkan mereka memberhentikan sekolah saya? Tuhan Yesus tolong bukakan pintu/celah rejeki sekecil apapun di luar sana sehingga papa mampu membiayai sekolah saya. Saya berjanji akan menjadi anak yang patuh dan taat pada-Mu seutuhnya, saya akan menjadi juara kelas supaya orang tua saya semangat melihat saya sekolah. Aku mohon Tuhan, paling tidak hanya sampai SMA ini saja, setelah lulus saya berjanji untuk belajar mandiri dan mereka tidak perlu lagi pusing untuk membiayai hidup saya.

Doa saya dijawab Tuhan kurang lebih 1 bulan, papa selalu mendapat bagian untuk mengantar barang ke tempat proyek. Pekerjaan proyek itu selalu jatuh di akhir dan awal bulan sehingga tepat setiap tanggal 10 saya bisa membayar spp sekolah. Sungguh ajaib karya Tuhan, tidak hanya itu saja tetapi Ia membuat saya mampu menjadi juara kelas selama 3 tahun di SMK. Bahkan, saya mendapat predikat siswa berprestasi.

Namun, selama saya sekolah, saya berhadapan dengan suasana pertemanan yang kurang enak/nyaman. Predikat sebagai murid berprestasi membuat saya jauh dengan teman-teman di kelas karena guru-guru pun lebih perhatian kepada saya. Fokus saya selama sekolah adalah hanya ingin membanggakan orang tua. Jadi saya tidak peduli akan semua hal yang terjadi di kelas.

Tepat seperti apa yang ada dalam doa saya. Setelah lulus sekolah saya pun menepati janji saya pada Tuhan untuk mandiri karena Tuhan pun tidak pernah lalai akan janji-Nya. Bahkan Dia selalu melipatgandakan apa yang kita minta dalam doa.

Penulis : Widia

Tulisan ini adalah kontribusi dari visitor Jawaban.com, Anda juga dapat berbagi dan menjadi berkat dengan mengirimkan kisah inspiratif, kesaksian, renungan, pendapat Anda tentang isu sosial atau berita yang terjadi di lingkungan dan gereja Anda dengan mengirimkannya ke alamat email : [email protected].

Sumber : Widia
Halaman :
1

Ikuti Kami