Pengamat Politik Universitas Indonesia, Ari Junaedi menegaskan, menjadi ketua partai harus memiliki potensi di bidang politik yang kuat. Sementara Grace yang merupakan mantan pekerja media televisi itu dinilai masih minim pengalaman bekerja di politik.
“Kembali kepada masyarakat masih belum aware sama Grace. Dia harus bekerja di politik dulu baru mendirikan partai, seperti pembelaan anak tidak mampu, atau perempuan harus diperjuangkan,” terang Ari, seperti dilansir Merdeka.com, Jumat (27/3).
Kendati begitu, Ari berharap partai ini bisa membawa gebrakan besar bagi kaum perempuan dalam kiprahnya di dunia politik.
Menyikapi pendapat Ari, dalam deklarasi yang diselenggarakan di Kantor PP Muhammadiyah, Jakarta, Kamis, 26 Maret 2015 lalu, Grace Natalie menegaskan, menjadi ketua umum partai tidak perlu harus berpengalaman di partai politik. Dirinya bahkan dengan terang mengatakan, jajaran kepengurusan partai politik baru ini justru diisi oleh orang-orang yang tidak berpengalaman dalam bidang politik dan rata-rata masih berusia muda.
“Tidak hanya saya (yang tidak berpengalaman), seluruh pengurus PSI tidak pernah berpartai. Masing-masing adalah profesional di bidangnya masing-masing. Menurut kami hal ini justru merupakan kekuatan dan bukan kelemahan,” tutur Grace.
Mereka mengaku tidak ditunggangi partai dan organisasi apa pun sebagai tulang punggung awal. Namun Grace tetap optimis PSI pimpinannya akan menjadi partai besar.
Grace adalah perempuan kedua yang memimpin sebuah partai politik menyusul Megawati Soekarno Putri sebagai Ketua Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Segera setelah memenuhi segala syarat untuk lolos verifikasi, partai baru ini bakal diresmikan tahun 2016 mendatang.
Sumber : Merdeka.com/Viva.co.id