Di sebuah Dusun Turgo, tepatnya di Desa Purwobinangun, Sleman, Yogyakarta, terdapat seorang nenek tua yang bernama Mbah Jirah. Di lereng
merapi inilah Mbah Jirah hidup seorang diri. Namun demikian, dirinya tidak
pernah kesepian karena ada semut yang selalu menemani kemanapun dirinya pergi.
Semut adalah anjing tua yang berwarna hitam dan putih.
"Dulu saya bawa kalau jualan, ?saya taruh (Semut) di dalam tas. Dia ikut saya jualan," kata mbah Jirah mengenang saat itu. Semut yang sudah
dibesarkan oleh mbah Jirah sejak kecil, kini mata sebelah kiri Semut sudah
buta. Walaupun hidup seorang diri, namun mbah Jirah tetap dapat menghidupi
Semut. Makanan yang dimakan mbah Jirah sama dengan yang dimakan Semut. "Yang saya makan, ya dimakan sama
semut. Nasi, sayur, tempe," ungkap mbah Jirah dengan tersenyum.
Alasan mbah Jirah memberi nama anjinya Semut adalah karena warna bulunya
ada hitam, jadi dipanggil semut. Mbah Jirah mengungkapkan bahwa Semut adalah
anjing yang sangat penurut, karena ketika dipanggil Semut, dia langsung datang.
Ketika ada orang yang mendekati Semut, Semut akan merasa ketakutan
karena memang tidak biasa dengan orang asing. Namun, Semut dan mbah Jirah
selalu terlihat mesra. Mereka ibarat seorang sahabat yang selalu memahami satu
sama lain.
Kisah mbah Jirah sangat berkesan dan inspiratif. Di tengah kesendirian hidupnya di lereng merapi, dia masih bisa merasakan cinta dari seekor anjing. Anjing adalah salah satu hewan yang paling setia kepada tuannya. Pelajaran dari mbah Jirah adalah siapapun yang memberikan cinta kepada Anda, hargailah dan syukurilah. Jangan pernah sia-siakan orang-orang yang mengasihi Anda. Karena perhatian seseorang adalah sebuah hal yang berharga. Mereka memberikan waktu mereka untuk memperhatikan Anda. Cinta tidak harus dinilai dengan uang dan harta, tetapi waktu dan perasaan yang diberikan sesungguhnya adalah bentuk nyata dari kasih seseorang.
Sumber : Berbagai sumber/Jawaban.com by tiur